Frekuensi perjalanan wisata KLM Pelita Arunika belum cukup untuk menutup modal. Selama periode Juli-Agustus 2019, mereka baru mendapat enam perjalanan wisata.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS — Keindahan alam bahari membuat bisnis jasa kapal pariwisata eksklusif diperkirakan akan terus berkembang di Indonesia. PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni membidik kue pariwisata bahari tersebut dengan mengembangkan jasa kapal pariwisata eksklusif hingga tahun 2020 untuk diversifikasi bisnis selain layanan transportasi publik.
Sejak Juli 2019, Pelni telah mengoperasikan Kapal Layar Motor (KLM) Pelita Arunika di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Wakil Presiden Bagian Pemasaran Angkutan Penumpang Kapal Penumpang dan Perintis Pelni Sukendra dalam pelayaran ke Labuan Bajo, Kamis (5/9/2019) sore, mengatakan, Pelni menginvestasikan Rp 5 miliar untuk kapal jenis pinisi tersebut.
”Pelni menyasar pariwisata Labuan Bajo karena memang lokasi ini yang belakangan sedang populer. Beroperasinya KLM Pelita Arunika juga menjadi percobaan kami untuk bisnis kapal pariwisata yang dikelola oleh anak perusahaan,” ujar Sukendra.
Sisi operasional dan bisnis KLM Pelita Arunika dikelola anak perusahaan Pelni, yakni PT Pelita Indonesia Djaya Corporation (PIDC), serta perusahaan di bawah PIDC bernama PT Pelni Wisata Jaya (PWJ). Sukendra mengatakan, kedua anak perusahaan itu direncanakan mengelola sektor kapal pariwisata secara berkelanjutan.
Sukendra mengatakan, unit bisnis ini menjadi penting karena memberikan Pelni kesempatan menggarap pasar komersial dalam jasa kapal penumpang. Selama ini ruang gerak Pelni terbatas karena fokus menjalankan kewajiban layanan publik (public service obligation) yang harga tiketnya disubsidi pemerintah.
”Ini jadi kanal aliran pendapatan yang kami harap dapat menjadi salah satu andalan,” tuturnya.
Pelni juga berencana menggarap pengadaan kapal pinisi untuk pariwisata serupa di Sorong, Papua Barat. Fokus pengadaan ini akan dikejar hingga akhir 2020.
”Pelni berharap aliran pendapatan tambahan dari sektor ini walau saya akui keuntungannya mungkin belum cukup besar akibat banyak kompetitor. Meski begitu, kami akan memonitor perkembangan bisnis ini hingga 2020,” ucap Sukendra.
Kepala Cabang Pelni Labuan Bajo Herman Hamid menambahkan, frekuensi perjalanan wisata KLM Pelita Arunika belum cukup untuk menutup modal. Selama periode Juli-Agustus 2019, mereka baru mendapat enam perjalanan wisata.
Dia menjelaskan, jumlah enam perjalanan masih kurang untuk dapat menutup modal usaha. Padahal, Pelni Labuan Bajo menargetkan agar kapal dapat digunakan sedikitnya dua kali perjalanan dalam sepekan.
”Asumsi harga sewa kapal per hari sudah sangat kompetitif, yakni Rp 20 juta per hari untuk sekitar 12 orang atau Rp 900.000 per individu untuk 25 orang. Kami berharap paket ini laku lebih dari dua perjalanan dalam sepekan," tutur Herman.
Sementara itu, Sukendra menargetkan agar KLM Pelita Arunika dapat memenuhi okupansi pariwisata sebanyak dua pekan dalam sebulan. Dengan asumsi harga sewa kapal perjalanan sekitar Rp 20 juta, ia berharap kapal ini mendapat omzet Rp 300 juta.
”Taruhlah dengan omzet itu, kami mendapat untung Rp 100 juta. Dalam enam tahun, kami baru bisa balik modal. Saya pikir harga ini pun sudah sangat bersaing dengan kompetitor, apalagi penumpang dapat fasilitas snorkling dan makanan terjamin,” ujar Sukendra.