Ketua Klasis Gereja Kristen Indonesia Manokwari, Papua Barat, Pendeta J Mamoribo menyeruhkan kepada umatnya agar tidak lagi melakukan aksi yang berpotensi menimbulkan kerusuhan.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
MANOKWARI, KOMPAS — Ketua Klasis Gereja Kristen Indonesia Manokwari, Papua Barat, Pendeta J Mamoribo menyerukan kepada umatnya agar tidak lagi melakukan aksi yang berpotensi menimbulkan kerusuhan.
”Kalau ada aspirasi yang ingin disampaikan, silakan menempuh mekanisme yang dapat menjamin keamanan dan kedamaian. Lakukan semua itu dengan cara-cara bermartabat dan manusiawi. Tunjukkan bahwa kita semua ingin selalu ada damai,” tuturnya.
Kalau ada aspirasi yang ingin disampaikan, silakan menempuh mekanisme yang dapat menjamin keamanan dan kedamaian. Lakukan semua itu dengan cara-cara bermartabat dan manusiawi. Tunjukkan bahwa kita semua ingin selalu ada damai.
Menurut dia, aksi berujung kerusuhan 19 Agustus lalu cukup menjadi pelajaran bagi masyarakat Papua dan bangsa Indonesia pada umumnya. Semua etnis di Indonesia yang beragam harus saling menghargai sesama anak bangsa, terlebih manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
”Jangan lagi saling menghina,” kata Mamoribo.
Mamoribo mengajak masyarakat membangun kembali hubungan yang harmonis di Manokwari. Selain fasilitas publik yang dirusak, saat kerusuhan itu ada juga masyarakat sipil yang terdampak dan menderita kerugian.
”Hidup masih akan terus berlanjut. Mari kita rajut kembali, sama-sama bangun Papua menjadi semakin maju,” ujarnya.
Mamoribo meminta pemerintah dan aparat keamanan untuk meyakinkan kembali masyarakat bahwa Manokwari saat ini sudah aman sehingga masyarakat tidak perlu lagi takut. Belakangan beredar isu, masih akan ada lagi aksi unjuk rasa yang berpotensi rusuh. Isu itu, lanjutnya, sangat meresahkan masyarakat.
Sementara itu, Polda Papua Barat menjamin tidak akan ada lagi kerusuhan seperti pada 19 Agustus lalu. Lebih kurang 1.000 personel Polri yang dibantu TNI kini mengamankan Manokwari. Jika terjadi aksi, aparat langsung melokalisasi massa agar tidak bergerak lebih jauh.
”Tidak perlu takut lagi. Silakan beraktivitas seperti biasa. Yang jualan di pasar dan di toko-toko buka kembali tempat usaha. Penjual sayur di jalan dan ojek juga mari kembali hidupkan ekonomi kota ini,” kata Kepala Bidang Humas Polda Papua Barat Ajun Komisaris Besar Mathias Yosia Krey.
Terkait isu unjuk rasa yang kembali berembus, Mathias mengatakan, pihak intelijen sudah mendeteksi hal itu. Jika tidak ada pemberitahuan, ujarnya, aparat keamanan akan membubarkan aksi tersebut. Imbauan tentang mekanisme penyampaian pendapat di muka umum sudah disebarkan ke sejumlah titik di Manokwari.
Senjata tajam
Sementara itu, polisi menangkap tiga pemuda yang kedapatan membawa alat tajam dan barang-barang yang membahayakan di Manokwari, Kamis pagi. Penangkapan itu dilakukan dalam razia kendaraan bermotor yang dilakukan di kawasan Amban, tempat yang dicurigai terdapat banyak penggerak aksi massa.
Polisi menyita 3 pisau, 1 besi yang diasah tajam, dan 2 katapel lengkap dengan peluru batu. Pemilik barang beserta barang itu telah dibawa ke Markas Polres Manokwari untuk pemeriksaan lebih lanjut, dengan pengawalan ketat sekitar 10 personel Brimob bersenjata.
”Belum diketahui motif kepemilikan barang berbahaya itu. Apa rencana mereka menggunakan barang itu. Yang jelas, itu bukan peralatan petani. Kalau petani, akan dilepas,” tutur Kepala Polres Manokwari Ajun Komisaris Besar Adam Erwindi yang memimpin langsung operasi tersebut.