Produksi Kelapa Meningkat, Ekspor Olahan Turut Naik
Produksi kelapa di Banyuwangi meningkat 2 persen setiap tahun. Ekspor olahan kelapa pun terus terdongkrak.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Produksi kelapa di Banyuwangi meningkat 2 persen setiap tahun. Ekspor olahan kelapa pun terus terdongkrak.
Tahun 2018, produksi kelapa di Banyuwangi mencapai 31.130 ton dalam setahun. Aneka produk turunan olahan kelapa yang dihasilkan dan diekspor antara lain serat sabut kelapa (cocofibre) dan serbuk sabut kelapa (cocopeat).
”Kebiasaan petani melakukan penanaman ulang membuat produksi kelapa di Banyuwangi terus meningkat. Walaupun banyak penebangan pohon kelapa, masih lebih banyak tumbuh pohon baru yang membuat produksi terus meningkat,” ujar Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Banyuwangi Ahmad Khoiri di Banyuwangi, Kamis (5/9/2019).
Dinas Pertanian Banyuwangi mencatat, luas areal tanam kelapa di Banyuwangi mencapai 22.491 hektar dengan luas panen mencapai 22.236 hektar. Semua tanaman kelapa ditanam di lahan perkebunan rakyat.
Khoiri mengatakan, semua produk perkebunan kelapa bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis. Air dan daging buah dapat dikonsumsi. Sementara batok kelapa digunakan untuk bahan bakar arang. Adapun sabut kelapa bisa dimanfaatkan menjadi serat sabut kelapa dan serbuk sabut kelapa.
Kebiasaan petani melakukan penanaman ulang membuat produksi kelapa di Banyuwangi terus meningkat. Walaupun banyak penebangan pohon kelapa, masih lebih banyak tumbuh pohon baru yang membuat produksi terus meningkat.
Serat sabut kelapa dan serbuk sabut kelapa menjadi salah satu komoditas ekspor yang cukup menjanjikan. Peningkatan produksi kelapa di Banyuwangi membantu industri serat sabut kelapa dan serbuk sabut kelapa meningkatkan jumlah produksi dan ekspornya.
”Sejak tahun 2016 sudah tidak ada lagi petani yang membuang sabut kelapa. Mereka justru mengumpulkannya dan menjualnya kepada pengepul. Selanjutnya pengepul menjual ke pabrik-pabrik pengolah sabut kelapa,” ujar Khoiri.
Di Banyuwangi ada tiga perusahaan pengolah sabut kelapa menjadi serat dan serbuk. Salah satu yang terbesar ialah PT Sumber Makmur Bakti Mulya yang sudah mengekspor produknya ke China dan Korea Selatan.
”Kami mulai berproduksi pada 2016. Saat itu dalam sebulan kami hanya mampu menghasilkan 400 ton serat sabut kelapa dan 600 ton bubuk sabut kelapa per bulan. Pada 2019 kami sudah bisa memproduksi 640 ton serat sabut kelapa dan 960 ton bubuk sabut kelapa,” ujar Manajer PT Sumber Makmur Bakti Mulya Abdul Haris.
Haris mengatakan, seluruh produksinya dipasok untuk pasar ekspor. Selama ini serat sabut kelapa diekspor ke China, sedangkan bubuk sabut kelapa diekspor ke Korea.
Di China, sabut kelapa tersebut akan diolah kembali menjadi bahan matras untuk jok mobil. Sementara di Korea Selatan, serbuk sabut kelapa akan diolah sebagai bahan pupuk kompos.
Haris menjelaskan, sabut kelapa yang bisa diolah ialah sabut yang berasal dari kelapa yang sudah tua. Dari 10 kg sabut kelapa, akan dihasilkan 1 kg serat sabut kelapa dan 1,5 kg bubuk kelapa.
Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Musyaffak Fauzi mengatakan, ekspor serat sabut kelapa dan bubuk sabuk kelapa dilakukan sejak 2016. Berdasarkan data Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, pada 2018 periode Januari-Agustus ekspor serat sabut kelapa dan bubuk sabuk kelapa mencapai 6.772 ton senilai Rp 19 miliar. Jumlah tersebut meningkat pada periode yang sama tahun 2019 mencapai 11.333 ton dengan nilai mencapai Rp 33 miliar.
”Ada kenaikan jumlah dan nilai ekonomi yang sangat signifikan, yaitu lebih dari 50 persen. Komoditas yang dulunya sering dianggap limbah ternyata saat ini mampu menyumbangkan devisa bagi negara,” ujarnya.
Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian terus berupaya mendukung percepatan ekspor komoditas pertanian utama dan produk sampingnya atau olahan. Hal itu diwujudkan dengan meluncurkan lima strategi, yaitu meningkatkan volume ekspor, mendorong lahirnya pengekspor baru, membuka akses pasar negara baru, mendorong ekspor komoditas olahan, dan menambah ragam komoditas.