Hampir mirip di banyak negara berkembang, para pebisnis di Hong Kong adalah bagian integral dari ”bangunan” politik negeri itu. Selain menguasai aset-aset ekonomi utama, mereka juga memiliki posisi penting di dalam struktur politik dan pemerintahan di Hong Kong. Situasi itu sedikit banyak menyebabkan ketimpangan.
Setelah menyelesaikan tugas sebagai Kepala Pemerintahan Hong Kong pada 2005, Tung Chee-hwa tidak meninggalkan politik. Pria yang juga pengusaha kelahiran Shanghai itu menjadi salah satu wakil Hong Kong di Dewan Konsultasi Rakyat China. Di dewan setara MPR di Indonesia itu, Tung bukan anggota biasa. Ia menjadi salah satu wakil ketua.
Di Hong Kong pun ia bukan warga biasa. Tung salah satu pengusaha yang sejak puluhan tahun lalu sudah menjadi politisi sekaligus pengusaha di Hong Kong. Ia menjadi pengusaha melalui perusahaan keluarga, Orient Overseas Ltd (OOCL).
Perusahaan pengangkutan laut itu berkali-kali menanggung kerugian jutaan dollar AS dan berkali-kali pula diselamatkan Pemerintah China. Dalam laporan kantor berita AFP pada 1997 disebutkan, OOCL mendapat kucuran dari sejumlah pihak. Salah satunya Henry Fok, jutawan Hong Kong pendukung Beijing.
Fok adalah salah satu dari anggota Dewan Konsultasi Rakyat China (PCC) pada periode 1983-1988 dan pernah menjadi anggota DPR China, atau Kongres Rakyat Nasional. Kala Jiang Zemin menjadi Presiden China, Fok pernah diundang untuk bertemu secara pribadi.
Saat wafat pada 2006, kekayaan Fok ditaksir mencapai 3,7 miliar dollar AS. Setelah Fok meninggal, anak tertuanya, Timothy Fok, ganti menjadi anggota PCC. Kini, cucunya yang bernama Kenneth Fok menjadi anggota PCC periode 2018-2023.
Keluarga Fok menjadi salah keluarga terkaya Asia dengan ragam usaha di sektor properti, restoran, perminyakan, hingga perjudian. Rekan Fok di PCC periode 1983-1988, Gordon Wu, juga masih aktif menjadi pengusaha sekaligus aktif mendukung Beijing.
Bahkan, Wu ikut berunjuk rasa mendukung Beijing dan Pemerintah Hong Kong pada pertengahan Agustus 2019 di Taman Tamar. Ia secara terbuka menentang rangkaian unjuk rasa yang sudah berlangsung sejak Juni 2019 dan belum ada tanda akan reda. Wu juga memasang iklan di sejumlah media cetak Hong Kong. Iklan itu dinilai menentang unjuk rasa anti-Beijing di Hong Kong beberapa bulan terakhir.
Iklan sejenis dipasang orang terkaya Hong Kong, Li Ka-shing. Jutawan dengan kekayaan bernilai 31,7 miliar dollar AS itu pernah diundang secara pribadi oleh Presiden China Hu Jintao. Jika melawat ke Hong Kong, Hu dan Jiang kerap menginap di Hotel Harbour Grand yang dimiliki keluarga Li. Mantan Wakil Presiden China Zeng Qinghong juga kerap menginap di sana. Li dan anak-anaknya kerap menemani mereka sarapan di hotel itu.
Dominasi
Selain lobi politik tingkat tinggi itu, keluarga Li juga aktiv di politik lewat Victor Li Tzar-kuoi. Anak tertua Li Ka-shing itu menjadi anggota PCC. Aktivitas lainnya adalah memimpin HK Hutchison, perusahaan telekomunikasi terbesar Hong Kong, dan CK Asset Holdings yang salah satu asetnya adalah Hotel Harbour Grand.
Adik Victor, Richard Li, memimpin PCCW yang merupakan salah satu dari 10 besar operator telekomunikasi Hong Kong. Pada masa pemerintahan Tung Chee-hwa, Pacific Century yang dipimpin Richard disorot tajam. Sebab, perusahaan itu menggarap proyek Cyberport senilai 13 miliar dollar Hong Kong tanpa tender terbuka.
Selain sejumlah gedung yang dijadikan pusat perbelanjaan, apartemen, hingga perkantoran, keluarga Li juga mengontrol sejumlah supermarket dan jaringan SPBU serta distribusi gas di Hong Kong. Aktivitas politik juga dilakoni anak orang terkaya kedua Hong Kong, Lee Shau-kee. Anaknya, Peter Lee, menjadi salah satu anggota PCC. Peter juga memimpin salah satu perusahaan keluarganya, Henderson Land.
Raymond Kwok dari keluarga Kwok yang mengontrol SHKP juga menjadi anggota PCC. SHKP adalah salah satu pengembang terbesar Hong Kong dan pemilik salah satu dari 10 operator telekomunikasi terbesar Hong Kong, SmarTone. Gabungan kekayaan keluarga Kwok ditaksir mencapai 40 miliar dollar AS. SHKP pernah disorot karena membeli lahan senilai 6,9 miliar dollar Hong Kong dari pemerintah.
Di lahan itu pernah berdiri apartemen murah yang ditinggali sedikitnya 6.000 orang. Apartemen-apartemen itu dirobohkan di masa pemerintahan Donald Tsang dan lahannya dijual kepada SHKP. Oleh SHKP, lahan tersebut dipakai membangun beberapa ratus apartemen mewah dengan taksiran nilai pasar 30 miliar dollar Hong Kong.
Penguasaan lahan dan bangunan oleh keluarga Kwok, Li, dan Lee menjadi salah satu pemicu kegelisahan banyak orang Hong Kong. Banyak orang Hong Kong khawatir tidak akan pernah bisa punya rumah karena harganya kelewat mahal. (REUTERS/RAZ)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.