Petenis memiliki hak untuk pergi ke toilet setidaknya satu kali pada jeda antarset saat berlaga. Namun, mereka kerap memanfaatkan kesempatan itu untuk keperluan lain, seperti berganti baju atau meredakan emosi.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
Menjalani laga yang bisa memakan waktu 1-5 jam, petenis tak lepas dari ”panggilan alam”. Induk organisasi tenis pun memberikan hak toilet break kepada petenis saat pertandingan. Namun, tak semua petenis memanfaatkan itu untuk menuntaskan ”panggilan alam” tersebut. Mereka memanfaatkannya untuk berbagai keperluan.
Bermain dalam cuaca panas di AS Terbuka, banyak petenis memanfaatkan toilet break untuk mengganti baju. Petenis peringkat keempat dunia, Stefanos Tsitsipas, melakukan itu menjelang set ketiga saat melawan Andrey Rublev (Rusia) pada babak pertama. Rublev memenangi set pertama, sedangkan Tsitsipas merebut set kedua. Selama 6 menit Tsitsipas memanfaatkan kesempatan itu, Rublev berusaha menjaga panas tubuhnya dengan selalu bergerak, seperti berlari-lari kecil di belakang baseline.
Dua petenis putri, Coco Gauff dan Anastasia Potapova, secara bersamaan meminta toilet break menjelang set ketiga. Waktu 2 menit juga mereka gunakan untuk mengganti baju.
Induk organisasi tenis profesional, WTA (putri) dan ATP (putra), memiliki peraturan yang membolehkan petenis meminta toilet break saat pertandingan. Hak ini tak hanya bisa digunakan untuk ke toilet, tetapi juga mengganti baju pada akhir set. Hanya pada kondisi darurat dan diizinkan wasit, petenis bisa memanfaatkan hak itu sebelum set berakhir. Setiap pemain juga harus didampingi panitia menuju toilet.
Tak ada batasan waktu untuk toilet break, seperti lima menit yang diberikan pada timeout untuk keperluan medis, seperti perawatan cedera. Ini karena jarak antara lapangan dan toilet di setiap stadion berbeda.
Pada turnamen Sirkuit ITF untuk putri di Lexington, Kentucky, AS, Agustus, petenis memerlukan waktu hingga 10 menit untuk ke toilet, lalu kembali ke lapangan.
Batasi
Meski demikian, WTA dan ATP tetap membatasi permintaan toilet break. WTA mengurangi kesempatan itu dari dua kali menjadi sekali untuk setiap atlet pada setiap laga. ATP membolehkan dua permintaan pada pertandingan dengan format best of five sets. Grand Slam, yang memiliki peraturan sendiri untuk setiap turnamen, mengikuti aturan WTA dan ATP.
”Peraturan tersebut dibuat untuk memenuhi kebutuhan petenis. Bukan untuk kepentingan strategi dan mengubah momentum pertandingan,” kata CEO WTA Steve Simon, dikutip dari The New York Times.
Namun, tak sedikit pemain yang memanfaatkan itu untuk kepentingan lain, seperti memperlambat pertandingan atau mendinginkan pikiran karena dalam kondisi tertinggal dari lawan.
Pada Turnamen Cincinnati Masters, dua pekan sebelum AS Terbuka, Nick Kyrgios (Australia) meminta izin ke toilet setelah mendapat penalti karena menghina wasit. Kyrgios mengambil dua raket sambil ditemani panitia.
Dalam lorong menuju toilet, dia melampiaskan emosi dengan membanting kedua raketnya ke lantai. Kyrgios, yang terkenal emosional, kembali ke lapangan dan tak pernah masuk ke toilet.
Salah satu panitia AS Terbuka bercerita pengalamannya saat bertugas pada kategori yunior. Jeda untuk ke toilet dimanfaatkan seorang atlet untuk menelepon dan meminta saran dari ibunya tentang permainannya.
Petenis lain meminta temannya menyampaikan pesan agar ayah si atlet tersebut membawakan pisang yang diberikan saat menuju toilet. Ketika pisang itu dikupas, terseliplah kertas berisi tips bermain pada set berikutnya.
Padahal, peraturan tak membolehkan petenis menerima arahan pelatih saat bertanding. Saat final tunggal putra Wimbledon 2008 yang dua kali terhenti karena hujan, Roger Federer dan Rafael Nadal tak diperkenankan berkomunikasi dengan pelatih meski mereka menanti hujan reda di ruang ganti pemain.
Semifinalis tunggal putri AS Terbuka 2009, Yanina Wickmayer, mengatakan, sudah menjadi kondisi umum ketika petenis memanfaatkan toilet break untuk kebutuhan lain.
”Saya tak pernah ingin buang air kecil saat bertanding. Tetapi, banyak momen ketika saya perlu waktu keluar dari lapangan, berpikir kembali apa yang harus saya lakukan,” ujar petenis Belgia itu.
Saya tak pernah ingin buang air kecil saat bertanding. Tetapi, banyak momen ketika saya perlu waktu keluar dari lapangan, berpikir kembali apa yang harus saya lakukan.
Namun, tak semua petenis memanfaatkan itu. Petenis Ceko, Karolina Pliskova, dan juara AS Terbuka 2017, Sloane Stephens, tak suka membuang waktu dengan meninggalkan lapangan saat bertanding. Bagi mereka, itu bisa mengganggu ritme permainan yang telah didapat.
”Saya merasa orang-orang itu tak sakit dan harus buang air kecil setiap saat. Entahlah, mungkin mereka harus melakukan hal lain,” ujar Stephens.