Iran mulai membangun mesin sentrifugal untuk mempercepat pengayaan uranium sambil memberi Eropa waktu untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir tahun 2015.
TEHERAN, kamis—Langkah Iran membangun mesin sentrifugal itu bakal kian membuat negara tersebut semakin keluar dari kesepakatan nuklir tahun 2015. Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Kamis (5/9/2019), Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, mulai Jumat, Iran membangun mesin sentrifugal untuk mempercepat pengayaan uranium yang bisa digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik ataupun untuk membuat bom atom.
Sesuai kesepakatan nuklir 2015, Iran diperbolehkan memiliki mesin sentrifugal generasi pertama dalam jumlah yang terbatas di dua reaktor nuklirnya. Mesin sentrifugal yang akan dikembangkan Iran itu bakal mampu memproduksi uranium lebih cepat.
Iran mulai melanggar kesepakatan nuklir dengan meningkatkan pengayaan uraniumnya melebihi batas 3,67 persen, seperti diatur dalam kesepakatan nuklir 2015, setelah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi ekonomi kepada mereka menyusul keluarnya AS secara unilateral dari kesepakatan itu. Kesepakatan nuklir Iran ditandatangani pada 2015 oleh Iran dan enam negara, yaitu AS, China, Inggris, Jerman, Perancis, dan Rusia.
Dengan mesin sentrifugal terbaru yang tengah dikembangkan, pejabat Iran memproyeksikan pengayaan uranium bisa mencapai 20 persen. Untuk bisa memproduksi senjata nuklir, pengayaan uranium harus mencapai level 90 persen.
”Mulai Jumat, kita akan menyaksikan hasil penelitian dan pengembangan dalam berbagai mesin sentrifugal dan apa pun yang diperlukan untuk memperkaya uranium dalam waktu lebih cepat,” kata Rouhani.
Iran menyatakan, program pengayaan uraniumnya hanya ditujukan untuk memasok kebutuhan bahan bakar pembangkit listriknya. Namun, AS sejak lama mencurigai program itu bertujuan untuk menghasilkan senjata nuklir.
Tensi hubungan Iran-AS memanas sejak Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir. Padahal, dengan kesepakatan ini, Iran telah setuju membatasi program pengayaan uraniumnya sebagai imbalan atas pencabutan sanksi ekonomi. Namun, Washington justru makin ketat memberlakukan sanksinya kepada Iran hingga membuat penjualan minyak Iran menurun sampai 80 persen.
Trump mengatakan, dirinya terbuka untuk bertemu dengan Rouhani. Namun, dengan jelas ia tidak berniat untuk mencabut sanksi terhadap Iran. ”Itu tidak terjadi,” kata Trump.
Kapal tanker Iran
Sementara itu, AS berupaya mencari jalan untuk merebut kapal tanker Iran, Adrian Darya-1, yang oleh para analis saat ini diperkirakan berada di lepas pantai Suriah. Koran Financial Times melaporkan, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, Brian Hook, secara pribadi menawari kapten kapal itu, yang berkebangsaan India, beberapa juta dollar AS.
Hook mengirim surel kepada kapten itu, menawarkan ”kabar baik” jutaan dollar AS uang tunai untuk hidup dengan nyaman jika sang nakhoda mengarahkan Adrian Darya-1 ke sebuah lokasi agar kapal itu bisa disita oleh AS. Pada Rabu (4/9), Deplu AS mengonfirmasi hal itu. ”Kami telah melihat artikel Financial Times dan mengonfirmasi informasi itu benar,” ujar jubir Deplu AS.