Kabut asap di Pontianak, Kalimantan Barat, semakin pekat, Jumat (6/9/2019). Kabut asap terjadi akibat kebakaran lahan gambut. Akibatnya, penerbangan terganggu.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kabut asap di Pontianak, Kalimantan Barat, semakin pekat, Jumat (6/9/2019). Kabut asap terjadi karena kebakaran lahan gambut. Akibatnya, penerbangan terganggu.
Pesawat kesulitan mendarat di Bandara Internasional Supadio Pontianak karena jarak pandang terbatas sehingga berputar-putar di udara selama beberapa menit. Pelaksana Tugas Operation and Service Manager Angkasa Pura II Bandara Internasional Supadio, Pontianak, Andry Felanie, Jumat (6/9/2019), mengatakan, kabut asap pada Jumat pagi cukup tebal.
Pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 500 dari Jakarta yang dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Supadio pukul 06.44 tidak bisa mendarat dan berputar-putar di udara (holding).
Sementara maskapai Nam Air dari Yogyakarta bernomor penerbangan IN 239 yang seharusnya mendarat di Bandara Internasional Supadio pukul 07.08 juga tidak bisa mendarat. Pesawat itu pun terpaksa berputar-putar di udara (holding).
Jarak pandang di landasan pacu, Jumat pagi, hanya berkisar 500-700 meter. Idealnya minimal sekitar 800 meter. Setelah jarak pandang membaik, sebetulnya dua pesawat itu bisa mendarat. Namun, pada Jumat pagi, selain ada kabut asap, juga ada pesawat kepresidenan yang hendak lepas landas dari Pontianak menuju Jawa Tengah sehingga harus kembali menunggu.
”Maka, pesawat Garuda Indonesia dan Nam Air yang holding di udara itu tidak jadi mendarat di Pontianak meski jarak pandang membaik. Garuda Indonesia pada pukul 07.29 dialihkan ke Batam, Kepulauan Riau, sedangkan Nam Air pada pukul 08.07 dialihkan ke Palembang, Sumatera Selatan,” kata Andry.
Pesawat Garuda Indonesia yang sempat dialihkan itu baru mendarat di Bandara Internasional Supadio pukul 11.20. Sementara Nam Air baru bisa mendarat di Bandara Internasional Supadio pukul 10.18. Secara umum jarak pandang kembali normal sekitar pukul 08.00.
Maka, pesawat Garuda Indonesia dan Nam Air yang holding di udara itu tidak jadi mendarat di Pontianak meski jarak pandang membaik.
Selain mengganggu penerbangan, kabut asap juga kembali membuat kualitas udara di Pontianak tidak sehat dari pukul 09.00 hingga pukul 11.00. Berdasarkan data indeks standar pencemaran udara di laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika angka PM10 pada pukul 09.00 mencapai 203,32 mikrogram per meter kubik.
Pukul 10.00, angka PM10 sebesar 201,76 mikrogram per meter kubik dan pukul 11.00 PM10 sebesar 163,50 mikrogram per meter kubik. Kualitas udara mulai masuk kategori sedang pada pukul 12.00 dengan angka PM10 sebesar 114,79 mikrogram per meter kubik. Angka PM10 tidak boleh lebih dari 150 mikrogram per meter kubik. Jika lebih dari itu, kualitas udara tidak sehat.
Titik panas pun belum bisa dikendalikan. Berdasarkan pantauan citra satelit, titik panas pada Jumat di Kalbar ada 3.116 titik. Titik panas terbanyak terdapat di Kabupaten Ketapang, yakni mencapai 1.019.
Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Pontianak Sahat Irawan Manik mengatakan, berdasarkan data sementara dari Manggala Agni dari sejumlah daerah operasi di Kalbar, jumlah lahan yang terbakar periode Januari hingga 31 Agustus sudah mencapai 2.326 ha.
Dari total luasan yang terbakar itu, 467,40 ha di daerah operasi Pontianak, 417,23 ha di daerah operasi Ketapang, 1.003,30 ha di daerah operasi Singkawang, dan 438,07 ha di daerah operasi Sintang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalbar Lumano mengatakan, kebakaran masih terjadi di daerah-daerah yang belum ada curah hujan, terutama Ketapang dan Kayong Utara. Tim pemadam terus berupaya memadamkan api, baik melalui satuan tugas darat maupun udara.