Aplikasi Daring Beri Arah Masa Depan Daerah
Revolusi Industri 4.0 membawa perubahan di desa-desa dengan berbagai layanan aplikasi dalam jaringan. Ekosistem digital kian kuat seiring kehadiran koneksi internet.
JAKARTA, KOMPAS - Teknologi digital berupa aplikasi dalam jaringan yang disokong koneksi internet di daerah membuka keterisolasian wilayah di Tanah Air dan meningkatkan kualitas hidup. Perubahan bermunculan, di antaranya di dunia kesehatan, kewirausahaan, dan pertanian.
Sejumlah usaha rintisan aplikasi yang berkantor di Jakarta, pelan tetapi pasti tumbuh, sekaligus memberi dampak di lapangan. Lokasi dan jarak tidak lagi jadi masalah besar.
Di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, misalnya, bidan Erly Marlina sangat terbantu akses pada teknologi digital. Lewat aplikasi bidan Sehati yang ia unduh gratis, semua data dan rekam medis pasien tercatat baik. Ia pun bisa mengingatkan para ibu agar rajin mengontrol kehamilan, suntik KB, dan lainnya lewat telepon seluler.
"Sejak pakai aplikasi itu, semua data pasien tercatat di telepon seluler atau komputer tablet. Kertas berkurang," ujar bidan yang berdinas di RSUD Idaman Banjarbaru itu, Jumat (6/9/2019).
Bagi pengunduh yang membeli alat TeleCTG, bisa terkoneksi dokter spesialis kandungan di pusat konsultasi. Melalui alat yang harus dibeli itu, dokter spesialis bantu penafsiran data dan memberi rekomendasi.
“Intinya, kami ingin membantu bidan dalam memberi keputusan dan penanganan tepat dan cepat, sehingga kefatalan dalam kehamilan bisa dihindari sejak dini,” kata Co-founder Sehati, Anda Waluyo Sapardan, di Jakarta.
Anda, istri dokter spesialis kandungan dan kebidanan itu, menambahkan, aplikasi SehatiTeleCTG dibangun untuk merespons tingginya kehamilan berisiko dan anak tengkes (stunting). Padahal, semua bisa dicegah sejak dini, seperti di kota-kota maju di dunia.
"Kalau saya bicara yang lebih dalam lagi, sebagian masalah bangsa ini sebenarnya bisa diselesaikan sejak ibu dalam masa kehamilan. Jika disiapkan dan terkontrol dengan baik, maka akan lahir generasi yang sehat dan kuat," kata dia.
Saat ini, para bidan di Kabupaten Kupang, NTT, adalah salah satu kelompok yang paling aktif menggunakan aplikasi Sehati. Kabupaten itu termasuk daerah dengan kehamilan berisiko tinggi dan tinggi kasus tengkes.
Di bidang kelautan, aplikasi dalam jaringan FishOn juga mulai menunjukkan dampaknya di antara para nelayan, meskipun masih terkendala jaringan internet yang belum stabil di sejumlah daerah terpencil. Saat ini, setidaknya 130 nelayan di Desa Ciwaru, Sukabumi, Jawa Barat, mengakrabi FishOn.
“Ini sangat saya perlukan. Saya coba ikuti petunjuknya ternyata benar, saya dapat 1,2 ton ikan tembang dalam tiga hari,” kata Ahmad Muhaimin, nelayan bagan apung di Ciwaru. Aplikasi itu menunjukkan lokasi fitoplankton matang yang menjadi makanan ikan, yang ternyata agak jauh dari lokasi awal tempat ia pasang bagan.
Aplikasi tersebut dikembangkan anak-anak muda di Jakarta, setelah pendirinya tinggal bersama nelayan di Kalianda, Lampung, dua tahun. FishOn diluncurkan April 2019, versi lanjut dari aplikasi mencari ikan pesanan pemerintah tahun 2014 yang dinyatakan gagal.
Ada enam fitur di sana, yakni fitur mencari ikan, menjual ikan, berkomunikasi, rekapitulasi hasil tangkapan, e-dagang, serta integrasi situasi genting. Ada pula tombol khusus kedaruratan di ponsel untuk kirim sinyal yang terhubung ke operator.
“Dengan aplikasi ini nelayan tak perlu menduga-duga atau menggunakan insting mencari ikan, sehingga hasil tangkapannya signifikan untuk kesejahteraan mereka,” ujar Program Officer PT Daya Gagas Indonesia (pengembang FishOn), Febriyanto Arifin.
Saat ini, sebanyak 25 nelayan Kalianda dan 130 nelayan Ciwaru menggunakan aplikasi berbasis ponsel Android itu. Modem internet of things dipasang di kapal.
Pemerintah wajib menyiapkan publik merespons perkembangan teknologi digital di era Revolusi Industri 4.0.
Terus berkembang
Meski terhitung baru, perkembangan usaha rintisan itu saat ini menjanjikan. Pengembang aplikasi Sehati mulai digandeng perusahaan global penyedia infrastruktur teknologi dan informasi dan siap menerapkannya di Kolombia dan Bolivia. Padalah, Sehati baru beroperasi dua tahun.
Satu negara lain masih dalam proses. “Mudah-mudahan semua lancar,” kata Anda, yang juga Chief of Business Development PT Zetta Sehati Nusantara, pengembang aplikas bidan Sehati.
Di Tanah Air, perusahaan rintisan itu sudah bekerjasama dengan 16 kabupaten, enam di antaranya daerah tertinggal, yakni Manggarai Barat, Sikka, Pasaman Barat (lepas dari status tertinggal bulan Juli 2019), Bengkulu, Mentawai, dan Asmat. Total ada sekitar 8.000 pengguna aplikasi Sehati.
Aplikasi FishOn, saat ini diunduh hampir 600 nelayan di Lampung dan sebagian Jabar. Targetnya, akhir tahun 2019 diunduh 400.000 nelayan di Pulau Jawa saja. “Kami fokus di Jawa dulu,” kata CEO FishOn Fajar Dwisasono. Usaha rintisan yang baru diluncurkan April 2019 itu disokong 25 karyawan. Idealnya, sekitar 200 karyawan.
Fajar optimistis target itu tercapai, karena antusiasme daerah sudah terlihat. Mereka tertarik dengan kemudahan aplikasi itu, termasuk fitur lelang ikan daring yang memungkinkan nelayan lepas dari jerat tengkulak. Program nelayan berdaulat itu didukung 147 BUMN.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2015, sekitar 25 persen atau 7,87 juta penduduk miskin ada di pesisir, tempat dimana nelayan tinggal. Di sisi lain, mereka menyumbang sumber pangan sektor perikanan, termasuk memenuhi kebutuhan gizi dan protein bangsa Indonesia, hingga diekspor. "Kami memerangi kemiskinan nelayan itu," kata Fajar.
Dalam waktu dekat, FishOn akan disuntik modal miliaran rupiah dari investor dalam negeri. Dampaknya, jangkauan layanan akan segera digenjot. “Yang pengin bergabung banyak, tapi saya mencari yang satu visi,” kata Fajar. Saat ditemui, ia baru saja bertemu pengusaha dan perwakilan pemerintah provinsi Riau, sebelum terbang lagi ke Gorontalo.
Di dunia pertanian, teknologi digital turut membangun pertanian presisi (smartfarming) di Situbondo, Batu, Sukabumi, dan Pasaman Barat. Berbagai informasi seperti perkiraan cuaca, kelembaban, pemupukan, dan penyiraman dikirim lewat ponsel petani.
Sensor-sensor penangkap berbagai indikator lahan dan lingkungan dipasang di lapangan, yang sebelumnya sudah disurvei. Alat bernama RiTx itu mengolah data dari hasil gabungan internet of thing (IOT) dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), di mana sensor tanah dan cuaca diletakkan di sejumlah lokasi,
"Data dari sensor di lahan kami terjemahkan menjadi informasi yang mudah dipahami para petani. Kami juga memberi prediksi,” kata co-founder PT MSMB, pengembang aplikasi smartfarming, Bayu Dwi Apri Nugroho yang juga dosen pertanian UGM. Ia menamatkan studi S2 dan S3-nya di Jepang dengan fokus penanganan dampak perubahan iklim global di dunia pertanian.
Hasilnya, di antaranya petani di Batu, Jawa Timur, bisa menghemat ongkos pupuk karena volume yang ditebar menjadi lebih akurat sesuai analisis data. Minat bertani pun bermunculan, karena ada unsur teknologi di sana.
“Hanya saja harus diakui bahwa alat itu masih ada kekurangan. Misalnya jika diterapkan pada petani yang tidak paham IT, mereka akan cenderung tidak responsif dengan rekomendasi yang diberikan. Selain itu, maintenance alat tersebut jika rusak masih mahal,” kata Bupati Situbondo Dadang Wigiarto.
Dari sisi potensi, pertanian presisi lebih maksimal diterapkan di sawah hamparan yang luas. Didukung informasi akurat dan analisis data yang kuat, produksi lahan akan meningkat karena efektivitas dan efisiensi pemeliharaan. Industri pertanian pun diharapkan maju disokong teknologi digital.
Literasi digital
Direktur Jenderal Pembangunan Derah Tertinggal (PDT) Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi Samsul Widodo menyatakan, pemerintah wajib menyiapkan publik merespons perkembangan teknologi digital di era Revolusi Industri 4.0 ini. "Literasi digital harus. Internet desa akan masif pada tahun 2020," kata dia, yang rajin mengenalkan ekosistem digital di daerah-daerah.
Ia juga menggandeng Tokopedia membuat pusat ekonomi digital di sejumlah desa memanfaatkan gedung BUMDes dan inkubasi bisnis di 34 universitas. Tokopedia center sudah ada di Subang dan Cianjur, Jabar. "Kita tidak bisa menunggu," kata dia.
Data Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kominfo), jumlah pengguna internet di Indonesia akan terus bertambah. Pembangunan infrastruktur internet terus berjalan. Pembangunan Palapa Ring Barat dan Tengah mendekati 100 persen, sedangkan Palapa Ring Timur mencapai 90 persen.
Palapa Ring adalah pembangunan jaringan serat optik nasional yang akan menjangkau seluruh provinsi dan kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Total panjang kabel lautnya lebih dari 35.000 kilometer, sedangkan kabel di daratan hampir 22.000 km. Koneksi internet nasional pun di depan mata.
Secara khusus, Presiden Joko Widodo pun menyoroti perlunya Indonesia segera memanfaatkan teknologi informasi untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Salah satunya, fokus pada pembangunan sumber daya manusia pada periode kedua menjabat sebagai presiden.
Untuk mempercepat gerakan perubahan di era digital, Samsul juga berencana mempertemukan usaha-usaha rintisan yang jumlahnya sangat banyak. Pertemuan berkala yang sudah dirancang itu dimaksudkan untuk menyebarkan dan memaksimalkan ekosistem digital yang masih sangat berpeluang tumbuh besar.
Tujuannya adalah menyatukan kekuatan yang ada untuk menemukan persoalan yang ada, termasuk menyejahterakan sebanyak mungkin orang. Teknologi digital saat ini sangat memungkinkan itu, tetapi harus benar-benar diwujudkan secara sistematis.
"Apa yang kami lakukan ini belum apa-apa. Potensi teknologi digital ini sungguh sangat luar biasa. Kita benar-benar harus menyiapkan semuanya," kata mantan staf Bappenas tersebut. (JUM/HRS/DIA)