Mari ”Menggila” di Pojok Foto
Karya seni kini tidak cukup hanya dilihat, tetapi makin afdal jika bisa menyatu dengan pengunjung. Salah satunya, membuat karya seni jadi pengelok potret diri saat diunggah ke media sosial.
Karya seni kini tidak cukup hanya dilihat, tetapi makin afdal jika bisa menyatu dengan pengunjung. Salah satunya, membuat karya seni jadi pengelok potret diri saat diunggah ke media sosial. Inilah tren yang ditawarkan sejumlah museum seni dan studio di Jabodetabek.
Lula (23) bersama dua sahabatnya menenggelamkan diri dalam kolam bola plastik berwarna merah dan putih. Perlahan, seluruh tubuh mereka seperti terisap sampai tersisa hidung di permukaan untuk bernapas, lalu mereka menyembul kembali untuk keseruan berikutnya: saling melempar bola plastik.
Kolam bola itu bukan sembarang tempat main, melainkan bagian dari instalasi seni ”Rafflesia Pool”. Hasil rancangan Felix Tjahyadi ini dipamerkan—dan bisa dipakai ”berendam” oleh pengunjung—di Motomoto Resto and Museum. Museum karya seni kekinian itu berlokasi di Q-Big di bilangan BSD City, Tangerang Selatan.
”Kami tahu ada museum ini dari media sosial, jadi kepengen coba lihat. Makanya, kami janjian bertemu di sini,” ucap Lula. Apalagi, Motomoto hanya sekitar 30 menit berkendara dari tempat tinggalnya di Bintaro, Tangerang Selatan.
Aktor Boy William bekerja sama dengan pamannya mendirikan museum ”ramah media sosial” tersebut dan meluncurkannya April lalu. Ide dasarnya, menangkap peluang dari kegemaran anak milenial berfoto di tempat yang akan mengundang puluhan, ratusan, ataupun ribuan jumlah tanda suka di akun media sosial mereka.
Mengangkat karya seni anak bangsa dilakukan guna menunjukkan luar biasanya potensi kreatif lokal. Jadilah ide itu mewujud sebagai museum karya seni yang sudah dikemas sedemikian rupa untuk memudahkan pengunjung menyatu dengan karya seni dan mendapatkan foto-foto istimewa.
Rafflesia Pool, misalnya, berusaha mengekspresikan informasi tentang bunga Rafflesia arnoldii atau padma raksasa dengan cara memikat bagi pengunjung. Lukisan bunga itu menghiasi dinding di sekeliling kolam bola. Jenis flora yang belum berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya itu ditetapkan sebagai satu dari tiga bunga nasional bersama melati putih dan anggrek bulan. Ketiganya dijuluki puspa langka.
”Motomoto Museum terdiri atas 23 ruang dengan tema berbeda-beda, karya beragam seniman Indonesia,” ujar Willy Hambali, Manajer Motomoto Resto and Museum.
Motomoto Museum terdiri atas 23 ruang dengan tema berbeda-beda, karya beragam seniman Indonesia.
Setidaknya ada delapan seniman serta studio seni berkontribusi menciptakan instalasi di Motomoto. Adapun Felix Tjahyadi terlibat sebagai konseptor utama desain ruang Motomoto.
Salah satu instalasi seni yang jadi favorit pengunjung untuk berfoto adalah Ocean Wonderland karya Mulyana. Ia menampilkan biota-biota laut tiruan berupa hasil rajutan yang membentuk ikan serta terumbu karang.
Berdiam di sana layaknya sedang di keheningan dasar samudra yang diramaikan oleh sepasukan ikan kecil di atas kepala. Sebagai karya seni, biota-biota laut Mulyana tidak boleh disentuh pengunjung. Namun, ada stiker penanda titik foto terbaik yang menyertakan karya Mulyana sebagai latar potret.
Willy menuturkan, dari luas total Motomoto yang 3.000 meter persegi, 2.200 meter persegi atau 73 persennya didedikasikan untuk ruang museum. Waktu satu jam pun dijamin tidak cukup untuk mengeksplorasi seluruh ruang pamer di Motomoto, apalagi jika satu angle foto di satu ruang belum memuaskan.
Menjadi Spiderman
Ingin menggantikan Tobey Maguire dan Tom Holland jadi Spiderman? Berlatihlah di Upside Down World Alam Sutera, Ruko Alam Sutera Town Center, Tangerang Selatan.
Latihan yang dimaksud ringan saja, cukup memperagakan pose terbaik yang mendekati aksi-aksi Spiderman kala memanjat dinding atau menempel di langit-langit rumah.
Ini lantaran Upside Down World menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap untuk berfoto dengan konsep dunia terbalik. Tidak perlu menguras tenaga memanjat tembok. Cukup berdiri atau tiduran di lantai, hasil foto bakal mencitrakan diri sedang hinggap di atas.
Pada salah satu ruang studio, kulkas dan meja makan menempel di plafon. Pintu kulkas terbuka, memperlihatkan minuman dan telur yang didinginkan ”penghuni” di bagian pintu, sedangkan di permukaan meja makan terdapat buah, sayur, kudapan, serta sekotak sereal. Amat mirip dengan suasana ruang makan asli, hanya bedanya berposisi terbalik dan berada di atas kepala.
”Kami menggunakan properti asli, bukan misalnya dibuat dari styrofoam. Kulkasnya pun asli,” ucap Supervisor Upside Down World Alam Sutera Harsidi.
Kami menggunakan properti asli, bukan misalnya dibuat dari styrofoam. Kulkasnya pun asli.
Di ruang makan itu, salah satu pose foto yang direkomendasikan adalah berpura-pura meraih makanan di kulkas, sedangkan satu kaki menempel di langit-langit rumah.
Di unit ruko seluas 334 meter persegi itu, pengunjung bisa menjelajahi 13 ruang studio dengan tema berbeda-beda. Ada pula tema restoran dengan nama Cafe Batavia.
Berseluncur di Moja
Di Moja Museum, di Jalan Metro Pondok Indah Blok Tb Nomor 27, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Ilma (20), Citra (20), dan Virly (20) sengaja berdandan dan memakai baju bagus untuk berfoto-foto. Ada 12 pojok foto dengan beragam latar layak Instagram yang bisa dijelajahi. Ada latar terbuat dari pipa paralon warna-warni, instalasi lampu neon yang menyala terang, bar disko dengan jukebox, hingga proyeksi lampu dengan efek.
Seperti di Upside Down World Alam Sutera, di Moja juga selalu ada pemandu yang sigap membantu membidik lensa kamera ponsel ke arah tamu museum. Mereka bisa pula membuat video-video lucu seperti dengan aplikasi Boomerang. Irama musik rancak ditambah proyeksi lampu disko berwarna-warni membuat sore itu kian semarak.
Pengunjung lain, Nadira (24), membawa kamera digital untuk mengabadikan aksinya bersepatu roda di Moja. Ia datang bersama temannya, Kiki (24). ”Tempat ini memang lagi hits di Instagram, makanya kami pengin datang. Apalagi, ada sepatu rodanya bikin tambah unik untuk berfoto-foto,” kata Nadira.
”Rata-rata pengunjung di sini memang anak SMP, SMA, sampai kuliahan. Mereka penasaran memakai sepatu roda serta berfoto-foto di sini,” kata Afifah, pegawai Moja Museum.
Rata-rata pengunjung di sini memang anak SMP, SMA, sampai kuliahan. Mereka penasaran memakai sepatu roda serta berfoto-foto di sini.
Moja Museum dibuka pada Oktober 2018. Setiap enam bulan, pemilik galeri seni itu akan mengubah tema pojok foto. Setelah tema sepatu roda, pada Oktober nanti tema akan diubah lagi. Pantau akun Instagram @MojaMuseum jika penasaran akan tema berikutnya.
Selain Motomoto, Moja, dan Upside Down World, museum serupa ada di beberapa pusat belanja di Jakarta dan sekitarnya. Dengan merogoh kocek sekitar Rp 100.000-Rp 200.000 per orang, bisa berjam-jam asyik ”menggila” dan tabungan foto stok untuk media sosial pun menggelembung berlebih. Aman!
Baca juga : Di Resto Taman, Kami Makan