Menyatu dengan Karya Seni
Di era digital ini, karya seni tak cukup hanya jadi pajangan untuk ditonton, tapi harus juga bisa menyatu dengan pengunjung. Salah satu caranya, membuat karya seni jadi pengelok potret diri yang akan diunggah ke medsos.
Di era digital kini, karya seni tidak cukup hanya menjadi pajangan untuk ditonton, tetapi harus juga bisa menyatu dengan pengunjung. Salah satu caranya, membuat karya seni jadi pengelok potret diri yang akan diunggah ke media sosial. Inilah yang ditawarkan sejumlah museum seni dan studio di Jabodetabek.
Lula (23) bersama dua sahabatnya menenggelamkan diri dalam kolam bola plastik berwarna merah dan putih, Rabu (4/9/2019). Perlahan, seluruh tubuh mereka seperti terisap sampai tersisa hidung di permukaan untuk bernapas, lalu mereka menyembul kembali untuk keseruan berikutnya: saling melempar bola plastik.
Kolam bola tersebut bukan sekadar pembawa kenangan keseruan masa kecil bagi ketiga pemudi itu, melainkan bagian dari instalasi seni berjuluk ”Rafflesia Pool”. Hasil rancangan Felix Tjahyadi ini dipamerkan—dan bisa dipakai ”berendam” oleh pengunjung—di Motomoto Resto and Museum. Tempat dengan museum karya seni kekinian itu berlokasi di Q-Big di bilangan BSD City, Tangerang Selatan.
”Kami tahu ada museum ini, jadi kepengen coba lihat. Makanya, kami janjian bertemu di sini,” ucap Lula.
Apalagi, Motomoto hanya sekitar 30 menit berkendara dari tempat tinggalnya di Bintaro, Tangerang Selatan. Ia dan kawan-kawannya tahu Motomoto dari kabar yang tersiar di media sosial.
Aktor Boy William bekerja sama dengan pamannya mendirikan museum ”ramah media sosial” tersebut dan meluncurkannya April lalu. Ide dasarnya, menangkap peluang dari kegemaran anak milenial berfoto di tempat yang yang akan mengundang puluhan, ratusan, ataupun ribuan jumlah tanda suka di akun media sosial mereka.
Namun, Boy tidak ingin sekadar menyediakan fasilitas yang mempercantik potret, tetapi sekaligus menampilkan obyek yang berkelas. Selain itu, juga mengangkat karya seni anak bangsa untuk menunjukkan kepada kaum milenial luar biasanya potensi kreatif lokal. Jadilah ide itu mewujud sebagai museum karya seni yang sudah dikemas sedemikian rupa untuk memudahkan pengunjung mendapatkan foto istimewa.
Rafflesia Pool, misalnya, berusaha mengekspresikan informasi tentang bunga Rafflesia arnoldii atau padma raksasa dengan cara memikat bagi pengunjung. Lukisan bunga itu menghiasi dinding di sekeliling kolam bola. Jenis flora yang belum berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya itu ditetapkan sebagai satu dari tiga bunga nasional (bersama melati putih dan anggrek bulan) dengan julukan puspa langka.
”Motomoto Museum terdiri atas 23 ruang dengan tema berbeda-beda, karya beragam seniman Indonesia,” ujar Willy Hambali, Manajer Motomoto Resto and Museum.
Setidaknya ada delapan seniman serta studio seni berkontribusi menciptakan instalasi di Motomoto. Adapun Felix Tjahyadi terlibat sebagai konseptor utama desain ruang Motomoto.
Salah satu instalasi seni yang jadi favorit pengunjung untuk berfoto adalah ”Ocean Wonderland” karya Mulyana. Ia menampilkan biota-biota laut tiruan berupa hasil rajutan yang membentuk ikan serta terumbu karang. Berdiam di sana layaknya sedang di keheningan dasar samudra yang diramaikan oleh sepasukan ikan kecil di atas kepala.
Karya Mulyana bukan sekadar produk kreatif. Ia menggunakan metode merajut dan merenda sebagai bentuk meditasi dan doa dalam proses penciptaan. Sebagai karya seni, biota-biota laut Mulyana tidak boleh disentuh pengunjung agar tetap awet untuk ditonton pengunjung lainnya. Namun, pengelola Motomoto membantu dengan menempelkan stiker penanda titik foto terbaik yang menyertakan karya Mulyana sebagai latar potret.
Willy menuturkan, dari luas total Motomoto yang 3.000 meter persegi, 2.200 meter persegi atau 73 persennya didedikasikan untuk ruang museum. Waktu satu jam pun dijamin tidak cukup untuk mengeksplorasi seluruh ruang pamer di Motomoto, apalagi jika satu angle foto di satu ruang belum memuaskan.
Oleh karena itu, pengunjung tidak dibatasi waktu untuk berada di dalam museum. Jika memang kuat, silakan terus berkeliling di museum sepuasnya, sejak buka pukul 10.00 hingga tutup pukul 22.00, asalkan tidak keluar area museum.
Jika sudah lelah melongok seluruh ruang instalasi seni sampai rasa lapar menghampiri, Motomoto menyediakan solusi. Pengunjung bisa datang ke Restoran Motomoto dan memilih santapan sesuai selera, mulai dari cita rasa lokal, Asia, hingga yang khas Barat.
Tiket masuk museum per orang Rp 100.000 pada hari kerja dan Rp 125.000 pada akhir pekan, tetapi anak dengan tinggi di bawah 90 sentimeter boleh masuk gratis.
Willy menambahkan, Motomoto menawarkan paket bagi pengunjung. Dengan membayar Rp 150.000 pada hari kerja, tarif masuk museum berkurang jadi Rp 90.000, sedangkan Rp 60.000 menjadi besaran diskon makan di restoran. Pada akhir pekan, Motomoto menawarkan paket senilai Rp 175.000, yaitu Rp 100.000 untuk masuk museum dan Rp 75.000 untuk diskon di restoran.
Menjadi Spiderman
Ingin menggantikan Tobey Maguire dan Tom Holland memerankan karakter Spiderman? Berlatihlah terlebih dahulu di Upside Down World Alam Sutera, Ruko Alam Sutera Town Center, Tangerang Selatan.
Latihan yang dimaksud bukan aktivitas fisik untuk mengencangkan otot, melainkan cukup berlatih memperagakan pose terbaik yang mendekati aksi-aksi Spiderman kala memanjat dinding atau menempel di langit-langit rumah.
Ini lantaran Upside Down World Alam Sutera menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap untuk berfoto dengan konsep dunia terbalik. Tidak perlu benar-benar menguras tenaga memanjat tembok. Cukup berdiri atau tiduran di lantai, dan hasil foto bakal mencitrakan diri sedang hinggap di atas.
Upside Down World Alam Sutera menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap untuk berfoto dengan konsep dunia terbalik. Tidak perlu benar-benar menguras tenaga memanjat tembok. Cukup berdiri atau tiduran di lantai, dan hasil foto bakal mencitrakan diri sedang hinggap di atas.
Pada salah satu ruang studio, kulkas dan meja makan menempel di plafon. Pintu kulkas terbuka, memperlihatkan minuman dan telur yang didinginkan ”penghuni” di bagian pintu, sedangkan di permukaan meja makan terdapat buah, sayur, kudapan, serta sekotak sereal. Amat mirip dengan suasana ruang makan asli, hanya bedanya berposisi terbalik dan berada di atas kepala.
”Kami menggunakan properti-properti asli, bukan misalnya dibuat dari bahan styrofoam. Kulkasnya pun asli,” ucap Supervisor Upside Down World Alam Sutera Harsidi.
Di ruang makan itu, salah satu pose foto yang direkomendasikan adalah berpura-pura meraih makanan di kulkas, sedangkan satu kaki menempel di langit-langit rumah.
Di unit ruko seluas 334 meter persegi itu, pengunjung bisa menjelajahi 13 ruang studio dengan tema berbeda-beda, termasuk ruang keluarga, kamar mandi, dan studio musik. Ada pula tema restoran dengan nama Cafe Batavia. Berfoto dengan sensasi dunia terbalik membuat betah berlama-lama di setiap ruang tema.
Namun, jika tidak punya kejelian tinggi dalam membidik kamera, hasil jepret bisa jadi gagal. Harsidi mengatakan, sejumlah pengunjung pernah mengeluh karena foto mereka tampak biasa saja, tidak seperti sedang menapak langit-langit rumah.
Karena itu, Upside Down World Alam Sutera menyiagakan asisten pengunjung yang bakal memandu cara serta titik pengambilan foto terbaik. Untuk yang datang sendiri, misalnya karena masih jomblo, tidak perlu khawatir, karena para asisten tersebut akan mendampingi selama 30-60 menit, membantu menentukan pose terbaik, serta tentunya membantu menjepretkan kamera.
Upside Down World Alam Sutera buka setiap hari, pukul 10.00-20.00. Harga tiketnya Rp 100.000 per pengunjung dewasa dan Rp 50.000 per pengunjung anak-anak.
Baca juga : Di Resto Taman, Kami Makan