Band heavy rock Seringai adalah salah satu langganan di festival tahunan Soundrenalin. Di Soundrenaline ke-17 tahun ini, mereka akhirnya dapat main di panggung utama.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·3 menit baca
Band heavy rock Seringai adalah salah satu langganan di festival tahunan Soundrenalin. Sejak terbentuk di Jakarta pada 2002, mereka telah belasan kali ikutan. Di Soundrenaline ke-17 tahun ini, mereka akhirnya dapat main di panggung utama.
Seringai jadi salah satu penampil utama pada hari pertama, Sabtu (7/9/2019), di Stage A, setelah grup Maliq & D’Essentials. Aksi mereka dimulai pukul 21.00 Wita dan usai 45 menit kemudian. Banyak lagu terkenal mereka mainkan, mulai dari ”Dilarang di Bandung”, ”Akselerasi Maksimum”, dan ”Amplifier”.
”Pertama kali main di Soundrenaline itu tahun 2005 di Senayan. Kami main di panggung penyambutan (welcoming stage) bareng The Brandals waktu itu. Durasinya 15 menit, tiga lagu doang,” kata Ricky Siahaan, gitaris. Setelah itu, mereka seperti tak pernah berhenti main di festival aneka rupa genre tersebut.
”Dulu dari underdog sekarang jadi headliner. Lumayanlah, sekarang mainnya di panggung yang lebih keren. Nanti Suede yang akan jadi penutup konser Seringai,” ujar Sammy Bramantyo, pemain bas. Suede adalah band asal Inggris yang jadi salah satu eksponen aliran britpop.
Di panggung, vokalis Arian 13 berkelakar, ”Apa kabar Soundrenaline? Sudah lama tidak main di sini. Terakhir kali di sini adalah tahun lalu, tahun sebelumnya, dan tahun sebelumnya lagi.”
Dulu dari underdog sekarang jadi headliner. Lumayanlah, sekarang mainnya di panggung yang lebih keren. Nanti Suede yang akan jadi penutup konser Seringai.
Penampilan mereka kali ini terasa spesial. Seringai mengajak kelompok marching band dari Bali. Kelompok ini membuka aksi mereka dengan memainkan potongan-potongan lagu Seringai.
”Kami ingin melibatkan anak-anak muda Bali. Ada yang menyodorkan kelompok marching band Udayana ini. Kami bertukar pikiran. Ternyata cocok. Kami datang ke Bali lebih awal untuk latihan bareng mereka. Memang cuma dua kali latihan, sih,” tutur drumer Edy Khemod.
Sudah menjadi kebiasaan Seringai menyajikan hal ”tak biasa” setiap main di Soundrenaline. Dua tahun lalu, mereka tampil dengan kemeja ala pantai yang ceria alih-alih pakaian hitam-hitam selayaknya band rock. Tak cukup begitu, mereka melemparkan balon dan bola raksasa ke penonton. Suasananya seperti konser musik pantai yang santai, tapi tetap keras dan bising.
Setelah kerap bermain di beragam festival musik, Seringai akan menggelar festival rancangan mereka sendiri pada 28 September di Jakarta. Festival itu untuk memperingati usia band yang memasuki angka 17 tahun.
”Sudah lama punya keinginan bikin festival ala Seringai. Akhirnya kesampaian juga di akhir September nanti. Memang enggak segede Soundrenaline sih, beda tipislah, ha-ha-ha,” kata Ricky.
Di festival berjudul ”High Octane Superfest” itu, mereka mengurasi penampil-penampilnya. Pengisinya ada band yang sudah terkenal dan ada yang baru.
”Band baru ini enggak selalu kami taruh di awal acara. Maunya supaya ada penontonnya juga. Pembukanya adalah salah satu band yang cukup terkenal,” ucap Arian.
Karcis festival besutan mereka itu mulai dijual sejak Jumat (6/9/2019) meskipun nama penampilnya belum diumumkan. Menurut rencana, acaranya dihelat di Studio Palem, di daerah Kemang, Jakarta Selatan.