Bianca Andreescu Juara Grand Slam Pertama Dari Kanada
Bianca Andreescu menjadi petenis Kanada pertama yang meraih gelar Grand Slam dengan menjadi juara AS Terbuka.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
NEW YORK, SABTU - Petenis putri 19 tahun, Bianca Andreescu, menciptakan sejarah dalam perjalanan kariernya sebagai petenis profesional, juga bagi negaranya, Kanada. Andreescu menjadi petenis Kanada pertama yang menjuarai Grand Slam. Dia mendapatkanya dari Amerika Serikat Terbuka.
Kesuksesannya didapat setelah menundukkan legenda tenis putri, Serena Williams, dalam final yang berlangsung di Stadion Arthur Ashe, Flushing Meadows, New York, Sabtu (7/9/2019) sore waktu setempat atau Minggu dinihari WIB Andreescu menang, 6-3, 7-5.
Tak hanya menjadi petenis Kanada pertama yang menjuarai Grand Slam, Andreescu juga menjadi petenis pertama yang menjuarai AS Terbuka dalam debutnya pada babak utama. Dalam keikutsertaan pada 2017 dan 2018, dia tersingkir pada babak pertama kualifikasi. Dia melewati Eugenie Bouchard yang menjadi finalis Wimbledon 2014.
Gelar ini menjadi puncak penampilan gemilang Andreescu pada 2019. Setelah didera cedera, yang membuatnya hanya berada pada peringkat ke-208 setahun lalu, dia bangkit pada tahun ini.
“Sulit menjelaskan perasaan saya menjadi petenis Kanada pertama yang menjuarai Grand Slam. Ini mimpi yang menjadi kenyataan, apalagi melawan Serena, legenda tenis, di stadion sebesar ini,” tutur Andreescu.
Bekal lawan Serena
Sebelum menjadi yang terbaik di Flushing Meadows, Andreescu menjuarai dua turnamen WTA Tour level tinggi, yaitu WTA Premier Indian Wells dan Toronto. Di Toronto, Serena yang menjadi lawannya pada laga final tak dapat menyelesaikan pertandingan karena cedera punggung saat tertinggal, 1-3. Pengalaman bermain empat gim itu menjadi bekal baginya bermain di final AS Terbuka.
Kemenangan Andreescu didapat melalui penampilan agresif saat menyerang dan tangguh dalam bertahan. Dia tak takut untuk menyerang dari depan net.
Pada set kedua, Andreescu menghadapi tekanan lebih besar. Setelah unggul, 5-1, Serena mendekatinya menjadi 5-5. Namun, dia berhasil bertahan dengan merebut dua gim berikutnya.
"Mohon maaf pada penonton yang menginginkan Serena menjadi juara,” kata Andreescu.
“Ya, Serena bisa bangkit karena dia legenda, dia pemain bagus. Tetapi, saya mencoba untuk bertahan meski tak mudah melakukannya,” kata Andreescu yang akan naik dari peringkat ke-15 dunia menjadi kelima pada awal pekan ini.
Dia juga cukup terbantu dengan buruknya servis Serena. Meski bisa melakukan servis hingga kecepatan 193 kilometer per jam, Serena banyak melakukan double fault. Delapan kali dia melakukan kesalahan ganda saat servis, termasuk saat memberikan poin terakhir untuk Andreescu.
Meski kalah, Serena mendapat sambutan tepuk tangan cukup lama dari penonton saat acara pemberian penghargaan. Dia berterima kasih pada penonton yang mendukungnya selama dua pekan.
“Pada set kedua, saya mencoba bangkit karena dukungan penonton, tetapi Bianca bermain sangat bagus. Selamat untuk Bianca, saya sangat senang dan bangga dia jadi juara,” kata Serena yang pertama kali tampil di AS Terbuka pada 1998 dan menjadi juara setahun berikutnya.
Kekalahan tersebut membuatnya kembali harus menunggu untuk menyamai Margaret Court sebagai petenis dengan gelar tunggal Grand Slam terbanyak, 24 gelar. Serena telah memperoleh gelar ke-23 sejak menjuarai Australia Terbuka 2017. Dia mendapat kesempatan menambahnya dengan empat kali tampil di final setelah beristirahat dari kompetisi karena hamil dan melahirkan putrinya pada September 2017.
Serena tampil pada final Wimbledon dan AS Terbuka pada dua musim beruntun, 2018 dan 2019, tetapi selalu kalah. Angelique Kerber mengalahkannya pada final Wimbledon 2018, lalu Simona Halep pada tahun ini. Di AS Terbuka, sebelum dikalahkan Andreescu, Serena ditaklukkan petenis muda lainnya, Naomi Osaka. (AFP)