Kabut Asap, Ribuan Warga Pekanbaru Tetap Beraktivitas di Luar Ruang
Imbauan pemimpin daerah di Riau yang meminta warga mengurangi aktivitas luar ruang disaat kabut asap menebal, tidak terlalu dipatuhi.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·4 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS – Imbauan pemimpin daerah di Riau yang meminta warga mengurangi aktivitas luar ruang disaat kabut asap menebal, tidak terlalu dipatuhi. Faktanya, pada hari Minggu (8/9/2019), pagi ribuan warga Kota Pekanbaru, tetap melakukan aktivitas hari bebas kendaraan ditengah kepungan asap cukup tebal. Dan sebagian besar warga tidak memakai masker.
Padahal, data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dari situs resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Minggu pukul 7.30 menyebutkan, udara di enam wilayah Provinsi Riau berada pada level Tidak Sehat sampai Sangat Tidak Sehat. Kota Pekanbaru dan Kabupaten Rokan Hilir memiliki angka ISPU diatas 200 atau kategori Sangat Tidak Sehat.
Pemantauan Kompas di acara Hari bebas Kendaraan di Jalan Sudirman Pekanbaru, di sepanjang ruas dari depan Kantor Gubernur Riau dan Kantor Walikota Pekanbaru, tetap berlangsung seperti biasa. Walakin terjadi pengurangan jumlah pengunjung dibanding hari biasa (cerah), namun diperkirakan hanya sekitar 20 persen saja.
Masih terlihat keluarga yang membawa anak balita yang rentan terhadap udara kotor yang dapat mengganggu kesehatan. Ratusan orang melakukan aktivitas olahraga dengan berjalan kaki, bersepeda atau bermain badminton di jalan. Adapun kaum remaja terlihat asyik berswafoto ditengah kepungan asap.
Sri Hartati (32), warga Panam Kota Pekanbaru yang ditemui di lokasi mengatakan, ia berangkat dari rumah bersama suami dan anaknya yang masih berusia 7 tahun. Ia mengaku pasrah dengan kondisi asap di Pekanbaru.
“Dalam kondisi berasap, di dalam atau pun di luar rumah sebenarnya sama saja. Sama-sama menghirup asap. Lagipula acara CFD (Car Free Day) ini hanya seminggu sekali. Setiap hari Minggu kami sudah biasa keluar untuk berolahraga sekaligus mencari makanan pavorit di belakang arena CFD,” kata Sri.
Beberapa waktu lalu, Gubernur Riau Syamsuar, mengeluarkan imbauan kepada seluruh Bupati dan Wali Kota se-Riau agar meminta murid-murid sekolah mengurangi aktivitas di luar ruangan selama masih ada asap. Kepala Dinas Kesehatan Riau, Mimi Yuliani Nasir pun telah mengimbau warga untuk membatasi aktivitas di luar rumah.
Dalam kondisi berasap, di dalam atau pun di luar rumah sebenarnya sama saja. Sama-sama menghirup asap. Lagipula acara CFD (Car Free Day) ini hanya seminggu sekali. Setiap hari Minggu kami sudah biasa keluar untuk berolahraga sekaligus mencari makanan pavorit di belakang arena CFD, kata Sri.
Pada Minggu pagi, Masyarakat Peduli Asap Riau menggelar mimbar bebas mengecam kebakaran lahan dan hutan Riau yang tidak kunjung berakhir. Dimotori LSM pemerhati lingkungan, Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau, kelompok tersebut meminta pemerintah mempercepat pemulihan hutan gambut rusak dan menghukum perusahaan yang membakar hutan dan lahan.
Masih membara
Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau, Edwar Sanger mengungkapkan, kabut asap di Kota Pekanbaru dan beberapa daerah di Riau memang disebabkan kebakaran lahan yang belum dapat dipadamkan. Pada Minggu pagi, terdapat 71 titik panas di seluruh Riau, yang terpantau satelit pengindra cuaca.
“Memang ada penurunan titik panas dibandingkan hari kemarin. Namun ada titik kebakaran baru yang memerlukan penanganan. Berdasarkan laporan yang masuk ke Posko Satgas, kebakaran lahan hari ini terjadi di sembilan (dari total 12) kabupaten dan kota se Riau,” papar Edwar.
Edwar menambahkan, saat ini pemadaman kebakaran lebih difokuskan dari darat. Puluhan tim TNI, Polri, warga peduli api, BPBD, Manggala Agni dan perusahaan, yang tersebar di setiap lokasi masih berjibaku untuk memadamkan api. Adapun penggunaan helikopter sedikit terkendala persoalan nonteknis.
Memang ada penurunan titik panas dibandingkan hari kemarin. Namun ada titik kebakaran baru yang memerlukan penanganan. Berdasarkan laporan yang masuk ke Posko Satgas, kebakaran lahan hari ini terjadi di sembilan (dari total 12) kabupaten dan kota se Riau, papar Edwar.
“Ada tujuh helikopter BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang ditempatkan di Riau, namun hanya tiga yang aktif yaitu jenis Kamov dan Bell 214 untuk membantu pemadaman dan Bell 430 untuk monitoring udara. Kemarin Kamov membantu pemadaman di Langgam, Pelalawan dan Bell 214 di Bukit Kerikil, Bengkalis. Empat helikopter lainnya masih standby menunggu instruksi dari BNPB,” tutur Edwar.
Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang dikeluarkan oleh Balai Besar BMKG Wilayah I Medan menyebutkan, terdapat peningkatan signifikan jumlah titik panas tahun 2019 dibandingkan tahun sebelumnya di Sumatera. Pada 2018, jumlah titik panas di Riau, Jambi dan Sumatera Selatan masing-masing 1.809, 346 dan 1.420 titik dengan tingkat kepercayaan diatas 50 persen.
Sampai 8 September 2019, Riau sudah terdapat 4.356 titik panas atau terjadi peningkatan hampir 2,5 kali lipat. Adapun Jambi mencapai 1.602 titik dan Sumsel 1.464 titik.