Landas Pacu 3 Bandara Soekarno Hatta Efisienkan Operasional Pesawat
Landas pacu atau runway 3 yang telah beroperasi selama tiga bulan di Bandar Udara Soekarno Hatta, di Tangerang, disebut mampu menghemat biaya bahan bakar pesawat sampai Rp 75 juta setiap pendaratan atau lepas landas.
Oleh
Erika Kurnia
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS - Landas pacu atau runway 3 yang telah beroperasi selama tiga bulan di Bandar Udara Soekarno Hatta, di Tangerang, disebut mampu menghemat biaya bahan bakar pesawat sampai Rp 75 juta setiap pendaratan atau lepas landas. Landas pacu, yang pengerjaannya akan rampung pada November 2019, diharapkan semakin mengefisiensikan pengoperasian pesawat.
Landas pacu 3 Bandara Soekarno-Hatta diyakini membuat waktu pesawat yang melewatinya untuk persiapan terbang dan mendarat makin cepat. Dari studi yang dilakukan AirNav Indonesia selama landas pacu 3 digunakan, pesawat dapat menghemat biaya avtur sampai Rp 75 juta.
Laporan studi itu disampaikan dalam konferensi pers di Kantor Cabang Utama AirNav Indonesia di Cengkareng, Tangerang, Minggu (8/9/2019).
Berbicara pada kesempatan itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto Rahardjo, Direktur Utama di PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, serta Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana Banguningsih Pramesti.
Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto Rahardjo menjelaskan, dari riset terhadap waktu yang dibutuhkan pesawat untuk melalui landas pacu baru itu selama beberapa bulan terakhir, pesawat menghemat biaya avtur sampai Rp 75 juta.
"Penambahan infrastruktur ini, bisa menurunkan jumlah pesawat antre untuk masuk ke landas pacu. Secara operasi, operator dapat keuntungan yang besar. Seperti kita ketahui, 40 persen biaya penerbangan berasal dari pembakaran bahan bakar," jelasnya.
Landas pacu 3 Bandara Soekarno Hatta, yang dioperasikan untuk pesawat komersial sejak 15 Agustus 2019, membuat kapasitas pendaratan dan lepas landas pesawat semakin besar
Direktur Utama di PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, landas pacu 3 Bandara Udara (Bandara) Soekarno Hatta, yang dioperasikan untuk pesawat komersial sejak 15 Agustus 2019, membuat kapasitas pendaratan dan lepas landas pesawat semakin besar.
Dengan panjang 2.500 meter dan lebar 45 meter yang ada saat ini, landas pacu 3 meningkatkan kapasitas Bandara Soekarno Hatta sampai 81 aktivitas pendaratan dan lepas landas setiap sejam, dibanding 75 aktivitas sebelumnya. Sejauh ini, tipe pesawat yang bisa lewat di landasan tersebut antara lain Boeing 373 dan Airbus A320.
"Kalau panjang jalan ditambah menjadi 3.000 meter, kapasitas bisa menjadi 100 aktivitas dalam satu jam. Jadi, satu pesawat hanya perlu antre 4 pesawat saja setiap akan lepas landas," kata Awal.
Pada kesempatan itu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menjamin pengerjaan landas pacu 3 akan rampung pada November 2019. Luas landasan itu akan bertambah hingga 3.000 meter dengan lebar 60 meter. Dengan demikian, pesawat-pesawat lebih besar dari mancanegara bisa mendarat di Indonesia.
"Sekarang nggak ada kendala. Tanahnya sudah bebas semua, tetapi konstruksinya masih dikerjakan. Jadi, kami pastikan landasan ini akan dibangun sampai 3.000 meter dan saat ini sudah beroperasi penuh. Semoga ini memberi kemudahan bagi pesawat besar untuk datang ke Indonesia," katanya.
Harga tiket
Penggunaan landas pacu yang memiliki nilai investasi Rp 6 triliun itu terbukti dapat mengurangi beban operasional maskapai penerbangan. Pada akhirnya, efisiensi itu juga diharapkan dapat mengurangi harga tiket.
"Ini secara sistematis dapat digunakan sebagai upaya penghematan biaya operasional secara mendasar, walau kalkulasinya tergantung masing-masing maskapai," lanjut Menhub Budi.
Harga tiket pesawat saat ini masih lebih rendah dari kenaikan drastis di awal tahun karena beberapa kebijakan harga batas atas tiket pesawat yang ditetapkan pemerintah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tiket pesawat sudah bisa menahan laju inflasi di Juli 2019 sebesar 0,31 persen.
Pada Juli lalu, tiket pesawat menyumbang deflasi sebesar 0,03 persen, daripada andil inflasi sebesar 0,3 persen yang disumbang pada Juni 2019. Secara tahunan, harga tiket pesawat masih mengalami inflasi sebesar 3,09 persen.