Muncul lima lokasi kekeringan baru di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, dalam musim kemarau tahun ini. kondisi tersebut mengejutkan karena lima lokasi tersebut punya sumber air.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS — Muncul lima lokasi kekeringan baru di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, dalam musim kemarau tahun ini. Lima lokasi tersebut tersebar di Desa Ngadimulyo di Kecamatan Kedu; Desa Drono di Kecamatan Tembarak; Desa Geblok di Kecamatan Kaloran; Desa Gowak di Kecamatan Pringsurat; dan Desa Tanggulanom di Kecamatan Selopampang.
Pelaksana tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung Gito Walngadi mengatakan, kondisi tersebut mengejutkan karena, saat BPBD melakukan survei lapangan potensi kekeringan, lima lokasi tersebut bahkan tak terindikasi akan mengalami krisis air bersih.
”Kami pun terkejut ketika tiba-tiba lima daerah tersebut mengajukan permintaan air bersih pada pertengahan Agustus lalu,” ujarnya, Minggu (8/9/2019).
Saat dilakukan pengecekan di lapangan, kekeringan diketahui sungguh nyata terjadi karena sejumlah sumber air yang ada di desa mulai mengalami penyusutan debit secara drastis, sebagian sumber air di antaranya bahkan tiba-tiba mengering, tidak mengalirkan air sama sekali.
Kami pun terkejut ketika tiba-tiba lima daerah tersebut mengajukan permintaan air bersih pada pertengahan Agustus lalu.
Menurut Gito, tahun lalu, hanya muncul satu daerah baru kekeringan. Di tahun-tahun sebelumnya pun, dalam lima tahun terakhir ini, tidak pernah muncul daerah baru kekeringan hingga di lima lokasi sekaligus.
Gito mengatakan, dirinya tidak paham kenapa kondisi semacam ini bisa terjadi. Namun, selain kondisi cuaca, hal tersebut juga terjadi akibat perubahan kondisi alam lingkungan di sekitarnya.
Berdasarkan survei yang dilakukan BPBD Kabupaten Temanggung sebelumnya, kekeringan dan krisis air bersih berpotensi terjadi di 149 dusun di 40 desa di 12 kecamatan. Sementara, hingga saat ini, kekeringan dilaporkan sudah terjadi di 48 titik di 20 desa di 10 kecamatan.
Untuk mengatasi kondisi kekeringan di berbagai tempat tersebut, Gito mengatakan, pihaknya mendistribusikan 12 tangki air bersih per hari. Dengan volume air per tangki mencapai sekitar 5.000 liter air.
Total alokasi bantuan air bersih yang disiapkan dari BPBD Kabupaten Temanggung mencapai hingga 800 tangki air. Adapun bantuan air bersih yang telah didistribusikan sejak Juni hingga sekarang telah mencapai sekitar 600 tangki.
Kendati demikian, Gito memastikan, karena pihaknya kerap mendapatkan bantuan air dari berbagai pihak, persediaan air dari BPBD diperkirakan masih dapat mencukupi kebutuhan air bersih hingga Oktober mendatang.
”Hingga saat ini saja, jumlah bantuan air bersih yang kami terima telah mencapai hingga 200 tangki,” ujarnya.
Kebutuhan air bersih dipastikan tetap akan tercukupi karena hingga saat ini juga masih terbuka peluang untuk mengajukan permintaan air bersih ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Walngadno, kepala Dusun Craken, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, mengatakan, di musim kemarau seperti sekarang, masyarakat Dusun Craken biasanya akan mengandalkan sumber air yang ada di Sungai Progo. Namun, tiba-tiba saja, di musim kemarau ini, sumber air tersebut tidak lagi mengalirkan air.
Menyikapi kondisi tersebut, Walngadno mengatakan, warga Dusun Craken saat ini sibuk mencari sumber air lain.
”Kami terpaksa bergerilya mencari dan meminta air dari dusun-dusun lain,” ujarnya.
Dalam upaya mencari air tersebut, menurut dia, warga, dengan mengendarai sepeda motor, harus berkeliling dengan membawa galon dan jeriken. Biasanya, mereka berkeliling menempuh jarak 1,5-2 kilometer.
Walngadno mengatakan, dirinya pun tidak tahu kenapa kondisi yang berbeda terjadi di tahun ini. Di tahun-tahun sebelumnya, pada kondisi kemarau, sekalipun debit air di Sungai Progo menyusut, sumber air tersebut masih mengalirkan air sehingga, walaupun harus mengantri lama, warga masih tetap bisa mendapatkan air di dusun sendiri.