Ekspor Global Anjlok, China Persiapkan Stimulus Baru
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
BEIJING, SENIN -- Ekspor global China secara tak terduga turun sekitar 1 persen pada Agustus tahun ini dibandingkan dari tahun sebelumnya. Perang dagang China dengan Amerika Serikat yang semakin intensif dipastikan mempengaruhi capaian itu, sekaligus siap menekan periode-periode berikutnya. Perang dagang telah menekan permintaan global.
Menghadapi situasi itu, Beijing diperkirakan menyiapkan program stimulus baru untuk mendorong ekonominya. Data yang dirilis otoritas kepabeanan China, Minggu (8/9/2019), juga memperlihatkan bahwa impor pada bulan Agustus turun 5,6 persen dari tahun sebelumnya. Capaian tersebut tidak berubah dari data yang dihimpun untuk Juli tahun ini.
Namun, angka penurunan ekspor global tersebut di luar perkiraan sebelumnya. Merujuk pada data dari analis yang disurvei Reuters, ekspor awalnya diperkirakan tumbuh sekitar 2 persen, khususnya mengacu pada capaian Juli yang mengalami kenaikan 3,3 persen.
Adapun impor pada Agustus awalnya diperkirakan turun hingga 6 persen. Data-data terbaru itu pun mengakibatkan turunnya surplus perdagangan China. Pada Agustus, surplus perdagangan China tercatat senilai 34,84 miliar dollar AS, dibandingkan dengan surplus senilai 45,06 miliar dollar AS pada Juli. Analis sebelumnya memperkirakan, surplus perdagangan Beijing akan mencapai 43 miliar dollar AS.
Bulan Agustus lalu memang menandai peningkatan dramatis dalam perang dagang antara China dan AS yang sudah berlangsung selama setahun. Washington mengumumkan tarif sebesar 15 persen untuk berbagai barang China mulai 1 September. Beijing membalas dengan pungutan tarif dan membiarkan mata uang yuan turun tajam untuk mengimbangi beberapa tekanan akibat tarif.
Langkah-langkah tarif AS lainnya ditetapkan mulai berlaku pada 1 Oktober dan 15 Desember mendatang. Dalam perkembangannya, China-AS pada hari Kamis sepakat untuk mengadakan pembicaraan perdagangan tingkat tinggi pada awal Oktober di Washington. Hal itu akan menjadi negosiasi secara langsung pertama sejak kedua pemerintah gagal menggelar negosiasi pada akhir Juli lalu.
Turun tajam
Hubungan perdagangan China dengan AS turun tajam. Memang kedua belah pihak bersiap untuk negosiasi lebih lanjut. Namun, sejauh ini tidak ada tanda-tanda kemajuan untuk mengakhiri perang tarif yang memburuk yang mengancam pertumbuhan ekonomi global.
Impor barang AS turun 22 persen pada Agustus secara tahunan menjadi 10,3 miliar dollar AS. Hal itu terjadi setelah kenaikan tarif diterapkan China, dan terjadi pembatalan aneka pesanan ke perusahaan. Ekspor dari China ke AS, yang merupakan pasar terbesar China, merosot 16 persen menjadi 44,4 miliar dollar.
Penurunan terjadi akibat penerapan tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump, untuk mengatasi surplus perdagangan China dan ambisi Beijing untuk mengungguli sektor teknologi AS.
Kenaikan tarif AS dan China senilai miliaran dollar AS atas produk impor satu sama lain telah mengganggu perdagangan barang secara global. Cakupannya sangat luas, mulai dari kedelai hingga peralatan medis dan merugikan bagi kedua negara, plus negara-negara lain yang termasuk dalam rantai pasokan secara global.
Eksportir China juga menghadapi tekanan dari melemahnya permintaan konsumen global. Beijing mengatakan akan mencari pasar lain sebagai ganti dari pasar AS. Akibatnya, surplus perdagangan China dengan AS menyempit menjadi 31,3 miliar dollar AS pada Agustus dari 27 miliar dollar AS pada tahun sebelumnya. (AP/REUTERS)