Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan masih menyelimuti Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Timur, dan Kabupaten Pulang Pisau di Kalimantan Tengah, setidaknya dalam dua bulan terakhir.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PULANG PISAU, KOMPAS — Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan masih menyelimuti Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Timur, dan Kabupaten Pulang Pisau di Kalimantan Tengah, setidaknya dalam dua bulan terakhir. Aktivitas warga semakin terganggu akibat kejadian ini.
Dari pantauan Kompas, kebakaran di Pulang Pisau terjadi sejak Juli lalu. Api terpantau di Tanjung Taruna dan Maliku hingga Senin (9/9/2019). Di Kota Palangkaraya, kebakaran juga terjadi di banyak tempat. Kebakaran hebat melanda sekitar permukiman Tampung Penyang dan Jekan Raya. Kawasan Mahir-Mahar juga masih terbakar sejak Juli lalu.
Ketua Masyarakat Peduli Api Sabaru, Palangkaraya, Danior Rizart mengungkapkan, pihaknya sudah berjibaku memadamkan api sejak dua hari lalu. Meskipun sudah dibantu bom air dari helikopter, kebakaran belum terkendali.
”Kami bahkan lakukan pembasahan lagi hingga malam, tetapi kebakaran sudah meluas,” kata Danior.
Danior dengan lima anggotanya berupaya memadamkan api di pagi hingga petang hari. Mereka dibantu personel Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng, Manggala Agni, hingga aparat keamanan. Bahkan, beberapa kali helikopter melakukan bom air di wilayah itu. Asap tebal masih memenuhi badan jalan sekitar 200 meter hingga petang hari. Petugas pun belum pulang dan masih terus memadamkan api.
”Kesulitan utamanya adalah sumber air. Kami sudah dua kali pindah lokasi ambil air karena got-got kering dan tidak ada sumur bor. Warga punya sumur bor, tetapi tidak sesuai spesifikasi dengan selang yang kami bawa,” kata Rahmanuddin, petugas pemadam di lapangan.
Kesulitan utamanya adalah sumber air. Kami sudah dua kali pindah lokasi ambil air karena got-got kering dan tidak ada sumur bor. Warga punya sumur bor, tetapi tidak sesuai spesifikasi dengan selang yang kami bawa.
Berdasarkan data BPB-PK Kalteng, pada periode Minggu (8/9/2019) hingga Senin, terdapat 527 titik api dengan luas kebakaran 261,68 hektar. Palangkaraya, Kotawaringin Timur, dan Pulang Pisau memiliki titik api terbanyak. Dari data yang sama, sejak Januari hingga saat awal September 2019, sedikitnya 6.146 titik panas muncul dengan luas kebakaran 5.158 hektar. Jumlah kejadian kebakaran tercatat sebanyak 1.340 kejadian.
”Saya tidak bisa melihat jalan lagi saat menuju Pulang Pisau dari Palangkaraya, jadi harus pelan-pelan,” ungkap Simpun (47), sopir truk pembawa CPO sawit.
Devi (27), ibu rumah tangga di Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur, mengungkapkan, dia dan keluarga tidak bisa beraktivitas di luar rumah. Bahkan, anaknya yang baru berumur tiga bulan harus terus berada di kamar karena kondisi asap yang kian berbahaya.
”Mau tidak mau di rumah saja daripada kena asap, kasihan anak saya masih bayi,” ungkap Devi.