Dua warga Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, terkena luka bakar akibat menerobos api kebakaran lahan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
INDRALAYA, KOMPAS — Dua warga Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, mengalami luka bakar akibat menerobos api kebakaran lahan. Sepeda motor mereka pun ludes dilalap api.
Hingga kini, kebakaran di Sumsel mencapai 2.291 hektar lahan, beberapa di antaranya berada di lahan gambut yang sulit dipadamkan. Nawawi (65) dan Syahroni (60) mengalami luka bakar di wajah setelah menerobos api yang mengepung mereka, Minggu (8/9/2019).
”Masih terasa sakit, tapi sudah lebih baik dibanding kemarin,” kata Nawawi sembari memperlihatkan luka bakar di wajah, telinga, dan tangannya, Senin.
Nawawi mengalami luka bakar setelah menerobos api sejauh 10 meter. Sepeda motornya tidak bisa diselamatkan karena dia tinggalkan di tengah kepungan api. Sepeda motornya pun hanya bersisa rangka besi. ”Kalau saya terlambat 10 detik saja, mungkin saya sudah mati,” kata Nawawi.
Kalau saya terlambat 10 detik saja, mungkin saya sudah mati.
Nawawi mengalami kebakaran setelah mencoba menyelamatkan kebun karetnya dari api. ”Saya melihat api sudah mendekat ke kebun. Jadi saya berusaha untuk memadamkan api segera,” ujarnya.
Namun, naas, angin bertiup kencang. Api pun dengan cepat mendekat ke kebunnya dan mengepungnya.
Api mengelilingi Nawawi, sedangkan Syahroni sudah lebih dulu lari dari kepungan api. Syahroni mengalami luka di kuping dan alisnya terbakar. Namun, luka bakar yang dialaminya tidak separah Nawawi.
Nawawi nekat masuk ke kebun karetnya karena tidak mau lahan kebun karet yang sudah berusia lima tahun seluas 2 hektar terbakar sia-sia. Sudah empat kali Nawawi menanam karet, baru satu kali ini dia berhasil mempertahankan karetnya hingga lima tahun. Sebelumnya, kebun karet miliknya selalu terbakar.
Kepala Desa Suak Batok Azon Romli mengatakan, kebakaran di Soak Batok dalam dua hari terakhir bisa mencapai 10 hektar. Kebakaran kemungkinan disebabkan lompatan api dari Desa Rambutan yang berada persis di sebelah Desa Soak Batok.
Kebakaran diperkirakan menghanguskan lahan sawit, karet, dan sawah milik warga. ”Sampai saat ini, pemadaman terus dilakukan. Jadi, belum teridentifikasi berapa hektar kebun warga yang terbakar,” ucapnya.
Azon mengatakan, kebakaran ini merupakan yang terbesar sejak dua tahun terakhir. Sebelumnya, di daerahnya tidak pernah ada kebakaran. Kalaupun ada, kebakaran tersebut kecil sekali.
”Warga sudah sadar akan bahaya membakar, jadi mereka tidak lagi membakar. Mereka membuka lahan dengan menggunakan racun dan hand tractor,” lanjutnya.
Kepala Manggala Agni Daerah Operasi Banyuasin Tri Prayogi menuturkan, kondisi cuaca yang semakin ekstrem ditambah pembakaran lahan oleh orang yang tidak bertanggung jawab menjadi penyebab kebakaran di beberapa tempat di Sumsel.
Petugas kesulitan mendapatkan air karena kanal sudah mengering atau jauh dari titik api. Kondisi angin juga sangat kencang.
Selain di tanah milik warga, kebakaran lahan juga terjadi di Taman Nasional Sembilang. Sampai saat ini, kebakaran di sana belum bisa diatasi karena akses yang sangat sulit ditempuh.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori menyebutkan, kebakaran di Sumsel sudah menghanguskan lahan seluas 2.291 hektar. Kebakaran paling banyak terjadi di Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, dan Penukal Abab Lematang Ilir.
Saat ini, ujar Ansori, titik panas juga terus meningkat. Hingga Senin, 9 September, titik panas di Sumsel sudah mencapai 912. Bahkan, hari Minggu, titik panas mencapai 376. ”Itu merupakan yang terbanyak di sepanjang tahun 2019,” katanya.
Untuk itu, lanjutnya, sudah ada enam helikopter water bombing yang dikerahkan untuk memadamkan api dari udara. Dua helikopter di Ogan Ilir dan empat helikopter di Ogan Komering Ilir.
”Kami fokus ke Ogan Komering Ilir karena lahan yang terbakar di sana adalah lahan gambut,” ucapnya.
Bahkan, asap dari kebakaran di kedua kabupaten tersebut sudah masuk ke Palembang. Asap kian terasa pada sore dan malam.
Adapun teknologi modifikasi cuaca tidak bisa dilakukan karena per Sabtu, 7 September, pesawat yang digunakan untuk menyemaikan awan hujan sudah diterbangkan ke Malang, Jawa Timur, untuk keperluan lain. Dari lima kali penyemaian dengan menggunakan 4 ton garam, belum ada yang membuahkan hasil signifikan.