Timnas sepak bola Indonesia merapatkan barisan menjelang laga krusial kontra Thailand di kualifikasi Piala Dunia 2022, Selasa (10/9/2019). Pemulihan fisik dan mental jadi perhatian tim pelatih untuk mengangkat performa.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim nasional sepak bola Indonesia bertekad bangkit dan tampil lebih kolektif seusai dikalahkan Malaysia, 2-3, di laga pertama Grup G kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Kekalahan itu menjadi cambuk bagi tim ”Garuda” menebalkan mentalitasnya menjelang duel kontra Thailand pada lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2022 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (10/9/2019).
Thailand menjadi lawan sulit lainnya bagi Indonesia pada lanjutan penyisihan Grup G kualifikasi Piala Dunia 2022, Selasa, di Jakarta. Selain diperkuat para pemain berbahaya, seperti Chanathip ”Jay” Songkrasin yang dijuluki ”Messi” Thailand, tim itu kini diasuh Akira Nishino. Pelatih asal Jepang itu punya prestasi fenomenal, yaitu membawa timnas Jepang lolos ke babak 16 besar Piala Dunia Rusia 2018.
Namun, alih-alih menggenjot lebih keras timnya menjelang duel itu, Pelatih Kepala Timnas Indonesia Simon McMenemy justru meliburkan para pemainnya dari aktivitas latihan pada Sabtu, 7 September. Tidak seperti biasanya, pelatih asal Skotlandia itu juga memangkas durasi latihan timnya saat mereka mengasah taktik dan teknik di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (8/9/2018) sore.
Jeda latihan itu bertujuan memulihkan kembali tenaga dan pikiran pemain yang habis terkuras seusai laga kontra Malaysia, Kamis lalu. Sejumlah pemain yang tinggal di kawasan Jakarta, seperti kiper Andritany Ardhiyasa, bahkan bisa pulang ke rumah sejenak dan mencari penghiburan serta penyemangat ekstra dari keluarga atau orang-orang terdekatnya.
Pemulihan psikologis
Sejumlah pemain, seperti Andritany, menjadi sasaran kemarahan suporter Indonesia di media sosial seusai kekalahan dari Malaysia. ”Saya paham, suporter masih marah. Namun, percayalah, tiada yang lebih terluka ketimbang para pemain saya ketika kalah seperti itu (dari Malaysia). Kami tidak punya waktu mendengarkan hal-hal negatif dan harus segera bangkit dan kembali bertempur,” ujar Simon seusai latihan, Minggu.
Terkait hal itu, Simon mengumpulkan staf pelatih dan para pemainnya dalam makan malam di luar kawasan hotel tempat tinggal mereka selama kualifikasi, Sabtu malam. Nyaris tidak ada pembahasan soal taktik. Pertemuan serius itu dimanfaatkan untuk mencurahkan isi hati, pikiran, dan menguatkan kebersamaan mereka seusai dibekap Malaysia serta menjelang duel kontra Thailand.
”Kami berkumpul dan mereka (para pemain) membayar masing-masing untuk makan malam itu. Mereka tidak meminta (penggantian uang makan) dari PSSI. Mereka berkeinginan kuat untuk saling mengisi dan bahu-membahu (pada laga berikutnya). Ini sinyal bagus terkait mentalitas kami,” tutur Simon kemudian saat ditanya kondisi psikologis timnya saat ini.
Menurut Simon, faktor mental bisa lebih menentukan ketimbang aspek lain, yaitu taktik, pada laga sepak bola. ”Sekarang, kami semua memahami bahwa hanya tersisa sekian tenaga pada diri para pemain saat ini. Kini, tinggal bagaimana caranya memanfaatkan tenaga tersisa itu untuk hasil maksimal di laga berikutnya. Adrenalin dan motivasi terkadang mampu menggerakkan hal-hal luar biasa,” ujarnya.
Meremehkan fisik
Diakui mantan Pelatih Persija Jakarta itu, dirinya sempat meremehkan masalah fisik dan stamina para pemainnya. Saat mengikuti pemusatan latihan, kondisi fisik para pemainnya kurang bagus karena kelelahan menyusul padatnya jadwal liga di Indonesia. Stamina hampir seluruh pemain pun anjlok di babak kedua kontra Malaysia.
”Saya sampai terkejut. Namun, itu kesalahan saya, bukan para pemain. Kami akan mencoba menghindari masalah itu di laga berikutnya,” ucap Simon.
Mentalitas dan fisik prima memang dibutuhkan untuk menghadapi Thailand, tim yang tiba dan berlatih tertutup di Jakarta sejak Sabtu. Pada Sabtu sore di Stadion Madya, Senayan, Akira mengasah permainan menekan timnya, baik dengan operan kombinasi maupun bola-bola panjang.
Ia juga melatih umpan-umpan silang akurat para pemainnya. Umpan silang ini menjadi kelemahan Indonesia saat menghadapi Malaysia.
Seperti halnya Simon, Akira menargetkan tiga poin di laga Selasa untuk menaikkan kembali kepercayaan publik. Pada laga kualifikasi sebelumnya, Thailand ditahan imbang 0-0 oleh Vietnam di rumahnya sendiri. Akira disorot media Thailand karena kebijakannya tidak menurunkan satu pun striker murni pada babak pertama laga kontra Vietnam.
Namun, ia bersikeras, timnya bisa tampil tajam saat melawan Indonesia. Menurut dia, gol-gol bisa datang dari mana pun, termasuk lini kedua. ”Tiada masalah tanpa striker murni. Kami masih punya dua penyerang, Thitiphan (Puangchan) dan Supachok (Sarachart). Kami akan meraih hasil lebih baik di laga berikutnya,” ujar Akira yang baru saja ditunjuk melatih Thailand, seperti dikutip dari Bangkok Post.