Minuman ringan dengan gula ataupun pemanis buatan terbukti membahayakan kesehatan, karena secara signifikan meningkatkan risiko penyakit penyebab kematian.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Minuman ringan dengan gula ataupun pemanis buatan terbukti membahayakan kesehatan. Studi terbaru menunjukkan, konsumsi minuman ringan baik dengan pemanis gula ataupun pemanis buatan, secara signifikan meningkatkan risiko penyakit penyebab kematian.
Studi yang dilakukan para peneliti dari Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (Agency for Research on Cancer/IARC) ini dipublikasikan di jurnal AMA Internal Medicine yang dirilis akhir pekan ini. Studi ini melibatkan 451.743 responden di 10 negara di Eropa, yang diikuti kebiasaannya terkait konsumsi minuman ringan (soft drink) berpemanis selama 16 tahun.
Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) ini merupakan bagian dari Organisasi Kesehatan Dunia. Misinya adalah untuk mengoordinasikan dan melakukan penelitian tentang penyebab kanker manusia dan mekanisme karsinogenesis, dan untuk mengembangkan strategi ilmiah pengendalian kanker.
Dalam kajian dengan penulis pertama Amy Mullee dari University College Dublin, irlandia ini dibuktikan adanya kaitan langsung antara konsumsi minuman ringan berpemanis dengan risiko penyakit mematikan. Baik, minuman ringan dengan pemanis gula atau pemanis buatan sama-sama membahayakan kesehatan.
Konsumsi dua gelas atau lebih minuman ringan dengan pemanis buatan per hari terbukti meningkatkan risiko kematian akibat penyakit peredaran darah. Sedangan konsumsi satu gelas per hari atau lebih minuman ringan dengan pemanis gula berhubungan positif dengan meningkanya risiko kematian akibat penyakit pencernaan.
Dalam kajian ini, rata-rata usia responden adalah 50,8 tahun, di mana 71,1 persen di antaranya perempuan. Kematian tertinggi dari berbagai penyebab penyakit ditemukan di antara responden yang mengkonsumsi minuman ringan sebanyak dua gelas atau lebih per hari. Studi ini merekomendasikan pembatasan konsumsi minuman ringan, baik dengan pemanis gula ataupun pemanis buatan.
Sejumlah kajian lain telah menyebutkan dampak buruk minuman ringan, padahal tren konsumsinya cenderung meningkat. Misalnya, studi yang dilakukan Sanjay Basu di jurnal American Public Health Association (2013) menemukan, konsumsi minuman ringan secara signifikan terkait dengan kelebihan berat badan, obesitas, dan diabetes di seluruh dunia, termasuk di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Disebutkan dalam kajian Basu ini, konsumsi minuman ringan secara global meningkat dari 9,5 galon per orang per tahun pada tahun 1997 menjadi 11,4 galon pada tahun 2010. Peningkatan konsumsi minuman ringan 1 persen bisa dikaitkan dengan tambahan 4,8 orang dewasa kelebihan berat badan per 100 orang, dan 0,3 orang dewasa dengan diabetes per 100 orang.
Data yang dirilis worldatlas.com menunjukkan, 10 negara pengonsumsi minuman ringan besar didominasi dari Amerika Latin dan Eropa. Peringkat pertama adalah Argentina dengan konsumsi 155 liter per kapita, disusul Amerika Serikat dengan 154 liter per kapita, Chile 150 liter per kapita, Mexico 137 liter per kapita, Uruguai 113 liter pe kapita, Belgia 109 liter pe kapita, Jerman 98 liter per kapita, Saudi Arabia dan Bolovia masing-masing 89 liter per kapita.