Wiranto: Pembinaan Bulu Tangkis Tak Boleh Dibuat Kisruh
Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia, pemerintah, dan pemangku kepentingan terkait telah membicarakan persoalan Djarum Foundation yang berencana menghentikan program beasiswa bulu tangkis.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia, pemerintah, dan pemangku kepentingan terkait telah membicarakan persoalan Djarum Foundation yang berencana menghentikan program beasiswa bulu tangkis. PBSI juga menyebutkan, urusan pembinaan olahraga tidak semestinya diributkan.
Ketua Umum PBSI Wiranto menyatakan hal itu di Jakarta, Senin (9/9/2019). Pernyataan itu terkait dengan rencana PB Djarum menghentikan program beasiswa bulu tangkis untuk anak Indonesia mulai 2020 hingga waktu yang tidak ditentukan.
Keputusan itu menyusul polemik yang muncul lantaran Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menuding PB Djarum mengeksploitasi anak melalui audisi bulu tangkis demi promosi merek dagang rokok.
”Ini, kan, masalah pembinaan bulu tangkis Indonesia, mengapa kisruh? Semua bisa dibicarakan dengan baik,” kata Wiranto yang juga Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan.
Menurut Wiranto, ada kesadaran dari kedua pihak untuk menyelesaikan masalah tersebut. Selama ini, pandangan Djarum Foundation dan KPAI berangkat dari perspektif berbeda.
”Yang satu merasa penting untuk (pembinaan atlet) ke depan, kan, ketat sekali sekarang. Yang satu lagi berpandangan jangan memanfaatkan anak sebagai bagian dari kampanye rokok. Gitu aja susah, sudah selesai,” ujarnya.
Yang satu merasa penting untuk (pembinaan atlet) ke depan, kan ketat sekali sekarang. Yang satu lagi berpandangan jangan memanfaatkan anak sebagai bagian dari kampanye rokok.
Wiranto memastikan, audisi bulu tangkis oleh Djarum Foundation untuk tahun 2019 masih berlanjut. PBSI juga tengah merancang konsep pembinaan yang baru untuk diterapkan tahun depan.
Menyayangkan
Sebelumnya, rencana penghentian beasiswa itu disayangkan berbagai pihak, mulai dari Kementerian Pemuda dan Olahraga hingga para atlet yang telah mengharumkan nama bangsa.
Deputi Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Raden Isnanta mengatakan, beasiswa Djarum Foundation masih dibutuhkan. Sebab, pemerintah belum mampu membiayai pembinaan seluruh cabang sehingga butuh dukungan swasta. Dukungan itu semakin penting karena pemerintah tengah mengembangkan industri olahraga yang lebih profesional.
Pemerintah belum mampu membiayai pembinaan seluruh cabang sehingga butuh dukungan swasta.
Selain itu, kontribusi Djarum Foundation juga sudah berakar. ”Melalui PB Djarum, kaderisasi pebulu tangkis Indonesia terus berlangsung. Bahkan, sejumlah atlet yang berprestasi, baik di tingkat lokal, regional, maupun internasional, juga berasal dari PB Djarum,” katanya.
Humas Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Ayu Dyah Pasha pun prihatin atas rencana penutupan audisi bulu tangkis yang selama ini digelar PB Djarum. PB Djarum merupakan lembaga yang tak berkaitan dengan pengenalan merek dagang. Program PB Djarum justru membuat anak menjauhi rokok karena mereka ingin berprestasi tinggi.
Di samping itu, kegiatan PB Djarum untuk melatih bibit muda telah berlangsung selama 50 tahun. ”Kalau kamuflase, tidak mungkin sampai berjalan 50 tahun,” kata Ayu.
Legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata, mengemukakan, penghentian audisi PB Djarum sama saja dengan memutus regenerasi atlet Indonesia. Ia mengibaratkan, pembinaan atlet, seperti piramida, bagian terbesar ada pada bagian terbawah. Artinya, dalam pembibitan, klub akan mengumpulkan banyak calon atlet dan menyeleksinya untuk mendapatkan yang terbaik.
Selama 50 tahun ke belakang, lanjut Christian, PB Djarum telah menerapkan konsep tersebut. Lembaga itu pun mengumpulkan atlet dalam satu wadah dan melatihnya secara profesional. Banyak pemain besar yang lahir dari sana, di antaranya Liem Swie King dan Hariyanto Arbi.
Senada, sejumlah warga juga menyayangkan rencana tersebut. Salah satunya Oryza Sativa (45), warga Cilacap, Jawa Tengah, yang mengantar anaknya mengikuti Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 di GOR Satria, Purwokerto, Jawa Tengah, Minggu lalu.
”Kalau bisa audisi jangan dihentikan, kecuali pemerintah ada wadahnya. Sayang sekali potensi anak-anak ini. Audisi ini jadi ajang untuk melatih mental. Kalau audisi tidak ada, nanti Indonesia tambah kalah dengan negara lain,” kata Oryza.