Pemasangan iklan ke media massa konvensional tetap menarik bagi pemilik merek.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemasangan iklan ke media massa konvensional tetap menarik bagi pemilik merek. Medium ini dianggap mampu melengkapi akses jangkauan platform dalam jaringan yang sedang marak digunakan.
Data Nielsen Indonesia pada 2014 hingga semester I-2019, yang dikutip pada Senin (9/9/2019), mengelompokkan 10 kategori barang dengan nilai iklan terbesar. Mereka memasang iklan sesuai karakteristik media.
Selain itu, platform dalam jaringan juga tetap memerlukan media untuk beriklan. Layanan daring termasuk salah satu dari 10 kategori pemasang iklan terbesar.
Executive Director Nielsen Media di Indonesia, Hellen Katherina, mengemukakan, koran memiliki karakteristik dapat menyampaikan informasi secara lebih detail. Instansi pemerintah dan organisasi mendominasi iklan di koran dengan nilai Rp 30,12 triliun atau sekitar 31 persen dari total nilai iklan yang dipasang 10 kategori barang terbesar itu.
”Instansi pemerintah perlu menyampaikan berbagai informasi penting dan detail kepada masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, barang yang diiklankan di televisi termasuk kategori merek massal. Televisi dipilih karena masih banyak masyarakat menonton televisi.
Terkait iklan layanan daring, media konvensional, seperti televisi, tabloid, dan majalah, masih disasar. Porsi iklan layanan daring sekitar Rp 3,17 triliun atau 8 persen dari total belanja 10 kategori barang yang paling banyak beriklan pada 2014 hingga semester I-2019.
”Hal yang ikut memengaruhi belanja iklan di media massa konvensional antara lain faktor kepercayaan pengusaha atau pemasang iklan, peluncuran produk baru, kompetisi, dan acara nasional. Faktor kepercayaan pebisnis biasanya mengacu pada stabilitas politik dan makro ekonomi,” ujar Hellen.
Associate Vice President of Product Marketing Bukalapak Rika Indraoktaviani, akhir pekan lalu, mengatakan, Bukalapak memiliki berbagai segmentasi pasar, tidak terbatas pada pengguna tertentu. Oleh karena itu, iklan perusahaan diupayakan sesuai dengan demografi konsumen.
Ia mencontohkan, Bukalapak masih beriklan di media cetak atau koran. Tujuannya, menjangkau pembaca di luar Jawa berusia di atas 25 tahun dan masih menggunakan koran sebagai salah satu medium memperoleh informasi.
Bukalapak juga memakai baliho untuk membidik pengguna yang tinggal di kota-kota besar. Titik-titik pemasangan baliho merupakan hal penting.
”Semakin banyak pesan kami gaungkan di berbagai medium, semakin banyak peluang masyarakat menerima pesan itu secara berulang,” katanya.
Keterbacaan
Head of Corporate Communication PT Mitra Adi Perkasa Tbk Fetty Kwarti berpendapat, beriklan di media massa konvensional masih menarik, terutama di media yang memiliki tingkat keterbacaan tinggi dan sesuai pangsa pasar produk atau merek yang dibawa MAP. Kontennya tidak semata-mata pencitraan, tetapi juga bisa menarik perhatian pembaca untuk berbelanja, seperti iklan promosi dengan penawaran diskon. (MED)