TEHERAN, SENIN -- Iran semakin menunjukkan keseriusan meninggalkan kesepakatan nuklir. Kini, Iran telah memasang alat pengaya uranium tahap lanjut di sejumlah reaktor nuklirnya.
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) memastikan Iran telah memasang sejumlah sentrifugal yang lebih canggih di sejumlah reaktor. Mesin sentrifugal adalah alat dalam proses pengayaan uranium. Mesin itu memutar gas uranium heksafluorida agar pengayaannya meningkat.
Dalam kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada 2015, Iran tetap boleh memperkaya uranium dan mengoperasikan mesin pemutar. Kesepakatan yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) itu mengizinkan Iran mengoperasikan 5.060 mesin IR-1.
Iran juga hanya boleh memperkaya uranium pada aras tertinggi 3,67 persen. Beberapa waktu lalu, Teheran mengumumkan akan memperkaya uranium hingga pada aras 20 persen. Dengan aras itu, Teheran sudah melanggar JCPOA.
Walakin, aras itu masih jauh di bawah standar kebutuhan pembuatan bom nuklir yang memerlukan uranium dengan pengayaan paling rendah 90 persen.
Dalam laporan IAEA pada Senin (9/9/2019), Iran telah memasang sejumlah mesin pemutar model IR-4 dan IR-5. Pemeriksa IAEA juga melihat 30 unit IR-6 dan 3 IR-6s. Kala pemeriksaan dilakukan pada 7-8 September 2019, belum satu pun mesin itu yang diuji coba.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal IAEA Cornel Feruta mengatakan, para pemeriksa terus berada di lokasi untuk memverifikasi dan memantau komitmen Iran pada JCPOA. Ia menyatakan telah menekankan kepada pejabat Iran tentang pentingnya kerja sama secara penuh dan tepat waktu oleh Teheran.
Reaksi
Para penandatangan JCPOA menyikapi laporan itu secara berbeda. Selain Iran, JCPOA diteken Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Inggris, Rusia, dan China. AS memutuskan keluar dari JCPOA dan kembali menerapkan serangkaian sanksi kepada Iran sejak Mei 2018.
Wakil Tetap Rusia untuk IAEA Mikhail Ulyanov mengatakan, Iran sudah mengumumkan langkah soal mesin itu. Karena itu, temuan IAEA tak perlu disikapi berlebihan. ”Betul ini penyimpangan lain dari JCPOA. Walakin, langkah baru ini tetap terverifikasi IAEA dan bisa dibatalkan. Tidak ada ancaman, hanya tanda kuat soal keseimbangan untuk memulihkan JCPOA,” katanya.
Sementara China menyalahkan Amerika Serikat atas perkembangan keadaan di Iran. Beijing meminta semua pihak berpegang teguh pada JCPOA. ”AS harus meninggalkan kebijakan salah, seperti sanksi unilateral dan tekanan maksimum kepada Iran,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Rainer Breul, mengatakan, Berlin menilai langkah Iran soal mesin pemutar adalah salah arah. ”Kami meminta Iran memenuhi komitmen pada JCPOA,” ujarnya.
Ia juga menyebut Jerman mendukung upaya Perancis mendorong dialog untuk meredakan ketegangan. ”Ada perbincangan rahasia di antara sesama mitra untuk perincian tertentu. Kami tidak mau berkomentar atas berbagai berita yang beredar,” katanya. (AP/AFP)