Hampir seminggu belakangan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan menyelimuti Kota Palangkaraya, Kotawaringin Timur, dan Pulang Pisau. Kualitas udara pun memburuk dan bertahan di kategori tidak sehat.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Hampir seminggu belakangan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan menyelimuti Kota Palangkaraya, Kotawaringin Timur, dan Pulang Pisau di Kalimantan Tengah. Kualitas udara pun memburuk dan bertahan di kategori tidak sehat.
Kabut asap kembali menyelimuti Kota Palangkaraya pada Selasa (10/9/2019). Juli lalu, biasanya kabut asap hanya bertahan hingga siang, lalu menipis dan menghilang, kemudian muncul lagi pada malam dan pagi. Namun, saat ini kabut asap bertahan sepanjang hari.
”(Asap) tebalnya itu di malam dan pagi hari biasanya, makanya saya jarang keluar rumah, apalagi anak saya masih kecil,” ucap Lusiana Sway (30), warga Jalan Badak, Kota Palangkaraya.
Lusi, sapaan akrabnya, mengungkapkan, asap masuk hingga ke dalam rumah. Ia dan suaminya terpaksa menutup ventilasi di rumah agar mencegah asap tebal masuk rumah. ”Bau gambut terbakar itu masuk sampai kamar,” katanya.
Meskipun berada pada kategori tidak sehat, tidak seperti bulan Juli lalu, pemerintah belum mengurangi jam pelajaran anak sekolah. Anak sekolah menjadi salah satu yang paling rawan terjangkit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
Wakil Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus Theodorus Sapta Atmadja menilai, masyarakat jauh lebih siap daripada tahun 2015 ketika terjadi kenaikan angka penderita ISPA. Kali ini masyarakat sudah sadar menggunakan masker dan mengurangi aktivitas di luar rumah.
”Sejak Juli lalu belum ada kenaikan signifikan. Ini, kan, RSUD ya, bisa saja pasiennya juga sudah tertangani di fasilitas kesehatan di wilayahnya,” ujar Theodorus.
Data Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana Provinsi Kalteng mencatat, selama 2019 sudah 12.619 titik panas muncul, dengan luas kebakaran mencapai 6.875 hektar lahan dan kejadian kebakaran sebanyak 1.617 kali.
Sementara dalam 24 jam sejak Senin (9/9/2019) pagi hingga Selasa pagi terdapat 1.042 titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. Kabupaten Pulang Pisau, Kapuas, Kotawaringin Timur, dan Kota Palangkaraya yang paling banyak ditemukan titik panas dari 14 kabupaten/kota di Kalteng.
Koordinator Sekretariat Bersama Anti Asap Kartika menyebutkan, pemerintah harus fokus untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan agar asap tidak mengganggu aktivitas warga di Kalteng. Salah satu yang menjadi penyebab asap karena masih banyak wilayah konsesi besar yang juga terbakar.
”Pemerintah belum berani mencabut izin dan meminta kompensasi atas kerugian masyarakat akibat kabut asap,” ucap Kartika.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Provinsi Kalteng Fahrizal Fitri mengungkapkan, pihaknya akan menindak tegas oknum ataupun perusahaan yang terbukti membuka lahan dengan cara membakar. Meskipun demikian, ada mekanisme pemberian sanksi hingga pencabutan izin.
”Ada peringatan yang diberikan terlebih dahulu, tetapi kami terus mengimbau agar tidak ada lagi yang buka lahan dengan membakar,” kata Fahrizal.