JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah memiliki visi untuk memajukan Indonesia melalui sumber daya manusia yang unggul. Untuk mewujudkan visi tersebut, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada atau Kagama meluncurkan awal Rumah Kagama di Jakarta, Senin (9/9/2019). Rumah Kagama merupakan semacam rumah singgah bagi ribuan alumnus Kagama untuk mempersiapkan diri dengan berbagai serapan informasi sebelum mereka terjun menerapkan ilmunya di masyarakat.
Ketua Umum Kagama Ganjar Pranowo mengatakan, lulusan perguruan tinggi membutuhkan jejaring untuk masuk dan beradaptasi di dunia kerja. Namun, hal itu tak mudah karena alumni harus menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan saat ini adalah menyelaraskan keterampilan lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri.
”Para lulusan perguruan tinggi membutuhkan platform seperti rumah singgah yang dapat membantu mereka dalam mencari pekerjaan. Rumah singgah ini dibangun sebagai titik poin anggota Kagama yang berjumlah sekitar 300.000 orang untuk bertemu dan menyalurkan informasi dari para lulusan, pelaku usaha, dan pemerintah,” kata Ganjar, yang juga Gubernur Jawa Tengah.
Dalam acara itu, sejumlah pejabat dan akademisi hadir, di antaranya Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati, serta Rektor UGM Panut Mulyono.
Budi Karya menambahkan, sebagai salah satu universitas ternama di Indonesia, UGM perlu terus memberi kontribusi terhadap pembangunan bangsa. Contoh kontribusi yang dapat dilihat saat ini adalah banyaknya lulusan UGM yang menjadi anggota kabinet pemerintah saat ini.
”Peran alumni besar dalam memberikan contoh kepemimpinan yang baik. Format kepemimpinan yang merakyat akan memberi kontribusi yang lebih maksimal kepada bangsa,” tutur Budi Karya.
Panut menambahkan, universitas turut menghadapi tantangan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan saat itu. Disrupsi digital dinilai membuat keterampilan lulusan perguruan tinggi berorientasi terhadap teknologi dan digital. Universitas harus menyesuaikan diri dalam proses pemelajaran.
”Itu yang kami fasilitasi sekarang. UGM kini memiliki akademi khusus untuk membantu para mahasiswa kreatif menyampaikan ide kreatif dengan investor sehingga nanti akan membentuk perusahaan rintisan,” katanya.
Menurut Panut, lulusan UGM kini tak hanya bekerja di sektor pemerintahan. Namun, banyak yang bekerja di bidang lainnya, seperti perusahaan multinasional dan perusahaan rintisan. Sejak 2016, pemerintah mendorong program bertajuk Gerakan 1.000 Startup Digital untuk melahirkan perusahaan-perusahaan rintisan baru dengan keandalan SDM.