Ratusan Jerat yang Dipasang di Hutan Ancam Harimau Sumatera
Sebanyak 180 jerat kawat ditemukan di ladang-ladang sejumlah desa penyangga hutan di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, tiga bulan terakhir. Sebagian besar jerat dipasang warga untuk menangkap hama babi hutan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
SIPIROK, KOMPAS — Sebanyak 180 jerat kawat ditemukan di ladang-ladang sejumlah desa penyangga hutan di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, tiga bulan terakhir. Sebagian besar jerat dipasang warga untuk menangkap hama babi hutan. Namun, keberadaannya mengancam satwa yang dilindungi, terutama harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).
”Beberapa jerat yang kami temukan terbuat dari lima lapis kawat tali rem mobil dan diletakkan di hutan. Jerat ini untuk memerangkap satwa dilindungi, seperti harimau sumatera, beruang, dan rusa,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara Hotmauli Sianturi saat memimpin patroli di Desa Batang Parsuluman, Kecamatan Saipar Dolok Hole, Tapanuli Selatan, Selasa (10/9/2019).
Patroli diawali dengan sosialisasi bahaya jerat kepada warga desa penyangga hutan. Desa itu ditempuh dengan perjalanan darat sejauh 360 kilometer di selatan Kota Medan. Sepanjang 40 kilometer di antaranya merupakan jalan berbatu menuju desa yang berbatasan dengan Cagar Alam Dolok Sipirok, Cagar Alam Dolok Saut, dan kawasan hutan lindung.
Petugas BBKSDA Sumut bersama sejumlah warga lalu berpatroli ke ladang-ladang di dekat hutan. Mereka menemukan beberapa jerat kawat yang sudah terpasang di dekat sawah dan kebun kemenyan.
Ujung jerat diikat ke kayu yang dilengkungkan. Ujung kawat yang lain dibuat melingkar di tanah dan ditutupi dengan daun. Beberapa kawat dibuat menggantung untuk memerangkap leher satwa.
Darurat jerat
Hotmauli mengatakan, desa-desa penyangga hutan di Sumut kini darurat jerat. Warga desa memasang jerat di sekitar kebun dan hutan untuk menangkap hama babi hutan yang berkembang semakin banyak. Namun, beberapa harimau terbukti terkena jerat tersebut. Ada juga beberapa yang sengaja memasang jerat untuk menangkap harimau.
Hampir semua harimau sumatera yang dievakuasi dari daerah konflik dengan warga desa merupakan korban jerat.
Hampir semua harimau sumatera yang dievakuasi dari daerah konflik dengan warga desa merupakan korban jerat. Pada Juli lalu, seekor harimau sumatera dievakuasi dari Kecamatan Sosopan, Tapanuli Selatan, setelah terlibat konflik dengan warga selama tiga bulan. Di kaki kanannya ditemukan kawat jerat. Kakinya itu pun mulai membusuk sehingga harus dirawat di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, Sumatera Barat.
Pada 2017 juga ditemukan harimau sumatera yang terjerat di Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Simalungun. Kaki kanannya terluka karena harimau itu memaksa membuka jerat. Setelah diperiksa, ternyata di kaki kiri harimau yang diberi nama Monang itu terdapat jerat lama yang sudah tertutup daging. Kakinya pun dibedah untuk melepas jerat tersebut.
”Harimau sumatera yang ditemukan pada 2015 lalu di Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal, juga terpaksa diamputasi kaki kanannya karena telah membusuk akibat jerat. Ketika ditemukan, mulut harimau yang diberi nama Gadis itu pun sudah membusuk karena berusaha membuka jerat di kakinya,” tutur Hotmauli.
Irwansyah Pasaribu (40), warga Desa Batang Parsuluman, mengatakan, warga terpaksa memasang jerat karena beberapa tahun ini makin banyak babi hutan yang menyerang kebun mereka. Namun, ia tidak memungkiri bahwa beberapa satwa dilindungi, terutama rusa, sering terperangkap jerat yang mereka pasang.
Warga terpaksa memasang jerat karena beberapa tahun ini makin banyak babi hutan yang menyerang kebun mereka.
Irwansyah menuturkan, penghasilan utama warga desa berasal dari hasil hutan terutama dari panen getah kemenyan. Kemenyan pun hanya bisa tumbuh di hutan yang masih bagus. ”Kalau kami pergi ke hutan kemenyan, kami sering melihat jejak harimau sumatera,” ujarnya.
Kepala Desa Batang Parsuluman Solahuddin Pasaribu mengatakan, mereka kini mengimbau masyarakat tidak memasang jerat lagi di dekat hutan. Jika ingin memerangkap hama babi hutan, masyarakat diminta memasang jerat di sekitar kebunnya saja, bukan di dekat hutan.
Tenaga Pelindung Hutan Seksi Wilayah V KSDA Sipirok, Nasir Siregar, menyebutkan, penghapusan jerat tidak bisa sepenuhnya dilakukan hanya dengan patroli. Peran masyarakat untuk membersihkan sendiri jerat yang dipasang di hutan sangat penting.
”Petugas di kantor kami hanya delapan orang. Tidak mungkin kami bisa membersihkan semua jerat yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan. Harus ada peran dan kesadaran masyarakat,” ucapnya.
Dalam tiga bulan ini, pihaknya berpatroli berjalan kaki masuk-keluar hutan untuk membersihkan jerat yang sudah dipasang.