Satgas Karhutla Jambi Akui Pencegahan Belum Sinergis
Komandan Satuan Tugas Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Jambi akui upaya pencegahan kebakaran belum berlangsung sinergis di wilayahnya. Kondisi itu jadi penyebab meluasnya kebakaran hingga sekarang.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Komandan Satuan Tugas Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Jambi akui upaya pencegahan kebakaran belum berlangsung sinergis di wilayahnya. Kondisi itu menjadi penyebab meluasnya kebakaran hingga sekarang.
”Harusnya (kebakaran) bisa dicegah. Akan tetapi, pencegahan belum berlangsung secara sinergis,” ujar Dansatgas Pencegahan Karhutla Provinsi Jambi, dalam Diskusi Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kolonel Arh Elphis Rudi di Jambi, Selasa (10/9/2019).
Belum maksimalnya sinergi itu menyebabkan api akhirnya meluas. Ia mencontohkan ketika terjadi kebakaran di salah satu areal gambut berstatus konsesi, pihaknya meminta pejabat dari Badan Restorasi Gambut (BRG) agar membangun sumur bor darurat, tetapi permintaan ditolak. Alasannya, pihak terkait tak berwenang membangun sumur bor dalam wilayah korporasi.
Ia menambahkan, dari pengecekan lapangan ditemui ada korporasi yang tak diperlengkapi sarana prasana pencegahan kebakaran. ”Jangankan alat, kantornya saja tidak ada,” lanjutnya.
”Harusnya (kebakaran) bisa dicegah. Akan tetapi, pencegahan belum berlangsung secara sinergis,” ujar Elphis Rudi.
Dalam kondisi darurat, pihaknya berharap penanganan bisa berjalan cepat sesuai dengan target.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jambi Agus Salim menilai, upaya pengendalian kebakaran lahan telah dibangun. Yang kurang adalah tinggal mempercepat eksekusi di lapangan.
Untuk itu, pemerintah perlu membangun regulasi khusus soal penanganan darurat kebakaran lahan. Tujuannya agar di lapangan tidak terjadi benturan.
Deteksi citra satelit yang diolah Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi menunjukkan luas total kebakaran hutan dan lahan di Jambi sejak Januari hingga akhir Agustus mencapai 18.584 hektar. Dari luas tersebut, kebakaran yang terjadi di areal gambut 8.168 hektar.
Menurut Direktur KKI Warsi Rudi Syaf, hasil pemetaan menunjukkan bahwa kebakaran gambut paling luas terjadi di areal gambut dalam.