Asyiknya punya teman dekat atau pacar itu kalau sama-sama memiliki hobi yang sama. Ke mana-mana bisa barengan menikmati hobi atau jalan bareng. Tetapi, bagaimana jika pasangan dekat memiliki hobi atau kesukaan yang berbeda dengan kamu? Ribet enggak, ya? Bisa-bisa menjadi pangkal masalah yang mengundang keributan. Atau malah santai saja. Kalian berdua bisa menjalani hobi yang berbeda dan saling belajar menyukai hobi baru malah. Nah!
Lia Dameria Hutasoit, mahasiswi Jurusan Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara (UMN), mempunyai pengalaman berdamai dengan perbedaan kala menjalani hubungan asmaranya.
Ia memiliki hobi menonton film dengan topik yang ringan, seperti genre komedi dan percintaan. Sementara teman cowoknya lebih gemar membaca buku, terutama isu-isu yang serius. Perbedaan hobi ini membuat Lia kadang sulit memahami apa yang dibicarakan sang pacar.
”Gue sama dia sudah pacaran tiga tahun. Dia suka ngajak ngobrol, tetapi kadang gue bingung sendiri, enggak ngerti apa yang diomongin, apalagi kalau dia bahas soal isu politik atau internasional,” ujar Lia.
Namun, Lia merasa, ketidaktahuannya itu menjadikan mereka sering berdiskusi dan malah menambah wawasan masing-masing. Bagi dia, keinginan saling mengeksplorasi kegemaran masing-masing menjadi sebuah kunci berdamai dengan perbedaan tersebut. Eksplorasi ini sekiranya dapat menemukan irisan di antara keduanya.
Mereka akhirnya bisa saling belajar. Lia yang juga suka menonton drakor alias drama Korea sering merekomendasikan drama dengan bahasan serius kepada kekasihnya. Sebaliknya, sang pacar yang paham Lia tertarik soal puisi atau syair sering menghadiahkan Lia buku kumpulan puisi.
”Gue juga enggak mau pacaran yang cuma gandeng-gandengan tangan doang, tapi harus ada manfaatnya. Ya, jadi saling melengkapi dan membantu berkembanglah,” ucapnya.
Tak semua perjuangan pasangan berbeda hobi berlangsung bahagia seperti kisah Lia.
Andrew Prasettya, mahasiswa Jurusan Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, justru harus menelan pahitnya putus hubungan karena memiliki kegemaran yang berbeda.
Andrew merupakan tipe mahasiswa yang hobi mencari kesibukan dengan mengikuti berbagai kegiatan, sedangkan sang pacar lebih senang menghabiskan waktu untuk bersantai. Memiliki intensitas kepadatan kegiatan yang berbanding terbalik membuat mereka kesulitan bertemu dan berkomunikasi.
Di awal hubungan, mereka berdua memasang sikap toleransi yang cukup tinggi. Mereka biasa saling menjadwalkan pertemuan di tengah kesibukan masing-masing. Tetapi, masalah muncul ketika kemudian Andrew sibuk banget dan suka telat respons. Komunikasi pun terhambat dan keduanya memutuskan berpisah.
”Ya, sempat menyesal, sih, karena gue sama dia itu sebenarnya cocok kalau ngobrol. Masalah muncul, pas dia bete, gue enggak ada. Dia jadi curcol sama temannya yang kemudian jadian. Mungkin memang benar, ya, yang setia akan kalah sama yang selalu ada, ha-ha-ha,” ucapnya.
Sesungguhnya, perbedaan hobi juga memberikan keuntungan tersendiri. Tidak memiliki kesamaan hobi bukan menjadi halangan untuk bisa bersama. Pengalaman ini dialami Vany Melinia, mahasiswi Jurusan Marketing Komunikasi Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Binus University Jakarta. Cewek asal Kalimantan ini sedang menjalani hubungan dengan anak Jakarta. Mereka mempunyai perbedaan hobi dengan dirinya.
”Gue suka pergi ke alam bebas, seperti gunung, pantai, dan air terjun, pokoknya yang bener-bener adventure gitu,” kata Vany. Eh, si cowok lebih suka dunia perkotaan, enggak mau capek. ”Kalaupun diajak ke alam, sukanya yang nyantai,” ujarnya.
Menghargai dan memahami
Komunikasi yang baik menyebabkan keduanya saling belajar. Mereka pun saling mencoba hobi satu sama lain dan bisa mengerti satu sama lain. ”Kita jadi bisa mengerti karakter masing-masing,” ujar Vany.
Menurut Vany, memiliki hal berbeda dengan pasangan justru memberikan keuntungan tersendiri, seperti menimbulkan rasa saling menghargai dan saling memahami. ”Jujur, gue orangnya agak keras kepala dan memaksa kehendak gue, tapi akhirnya gue belajar, semua orang itu enggak sama,” katanya
Lain lagi Helen Angelica, mahasiswi Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sistem Informasi Binus University, Jakarta. Helen sangat menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan akademik, sedangkan pasangannya menyukai bidang musik dan olahraga.
”Dari perbedaan hobi itu kami dapat belajar atau mengetahui hal-hal yang sebelumnya enggak kita peduli. Itu juga yang membuat aku semakin menghargai dia,” ujarnya.
Dalam menghadapi masalah, perbedaan hobi membuat keduanya dapat menghadapi masalah dengan cara berbeda, yaitu dengan saling mendukung dan menyemangati yang bukan menjadi hal yang sulit lagi.
”Dia selalu dukung aku, dengerin keluh kesah aku juga. Aku juga begitu. Waktu dia nulis lagu, aku dukung dia juga,” ujarnya.
Menurut psikolog klinis spesialisasi dewasa, Yulius Steven, masalah perbedaan seperti itu bukan hanya saat pacaran, melainkan juga ketika orang sudah menikah. Banyak karena perbedaan prinsip atau value di pasangan tersebut yang menyebabkan konflik.
Soal apakah setiap pasangan itu sebaiknya memiliki hobi atau kesukaan yang sama atau berbeda, bukanlah masalah. Sebenarnya secara psikologi enggak ada yang lebih baik dan buruk. ”Sama saja, ada kelebihan dan kekurangan. Ketika perbedaannya cukup banyak, satu sisi positif bisa saling melengkapi. Namun, secara negatif itu juga akan menimbulkan banyak konflik,” kata Yulius, yang berpraktik di Puskesmas Palmerah, Jakarta.
Menurut dia, salah satu cara untuk bisa mengatasi perbedaan hanya dengan komunikasi yang baik. Berkomunikasi yang baik supaya bisa saling mengerti masalah. Jadi, kalau ada perbedaan atau konflik dikomunikasikan dengan baik agar masalahnya segera selesai
Jadi, santai saja, ya, perbedaan malah bisa jadi hal yang indah jika kita saling mengerti dan memahami. (*/**/***)