Jaswita Jabar Targetkan Peningkatan Dividen Lewat Penataan Aset
Potensi pariwisata di Jawa Barat belum digarap maksimal. Sejumlah aset kurang diberdayakan untuk mendatangkan pendapatan asli daerah. Penataan aset mendesak dilakukan agar potensi sektor wisata dapat dioptimalkan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Potensi pariwisata di Jawa Barat belum digarap maksimal. Sejumlah aset kurang diberdayakan untuk mendatangkan pendapatan asli daerah. Penataan aset mendesak dilakukan agar potensi sektor wisata dapat dioptimalkan.
Sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di bidang layanan jasa, properti, dan wisata, PT Jasa dan Kepariwisataan (Jaswita) Jabar menargetkan dividen Rp 15 miliar pada 2020. Jumlah itu meningkat lebih dari tujuh kali lipat dibandingkan dividen tahun ini, yaitu sekitar Rp 2 miliar.
”Harus diakui, penghasilan dari pariwisata masih jeblok. Namun, dengan fokus menata aset, kami optimistis dividen akan meningkat,” ujar Direktur Utama PT Jaswita Jabar Deni Nurdyana Hadimin. Hal itu disampaikan saat meresmikan Grha Jaswita di Kota Bandung, Selasa (10/9/2019).
Deni mengatakan, penataan aset itu sudah dilakukan dengan membebaskan sejumlah gedung yang selama ini ditempati pihak lain. Beberapa di antaranya akan digunakan untuk pusat seni budaya dan penjualan suvenir.
Untuk menarik kunjungan wisatawan, PT Jaswita bekerja sama dengan sejumlah hotel di Kota Bandung. ”Jadi, tamu hotel bisa diarahkan menonton pertunjukan budaya. Kami juga akan menyediakan kafe untuk nongkrong,” ujarnya.
Beberapa aset Pemerintah Provinsi Jabar juga segera diserahkan kepada PT Jaswita. Salah satunya Pondok Seni Cottage yang selama ini dikelola Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar.
PT Jaswita juga mengincar potensi kawasan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Kabupaten Majalengka. Tahun depan mereka berencana membangun hotel berbintang tiga di kawasan bandara.
Deni mengatakan, Pemprov Jabar juga mempunyai aset lahan di sekitar Pantai Barat Pangandaran. Lahan itu akan dijadikan lokasi berkemah bagi wisatawan.
”Untuk wisatawan dengan anggaran besar disediakan cottage. Sementara yang anggarannya kecil bisa berkemah. Dengan begitu, pemanfaatan aset lebih efektif,” ujarnya.
Deni menuturkan, rencana itu akan diluncurkan pada Januari 2020. Pihaknya juga akan mengelola destinasi wisata lain di Pangandaran, antara lain Pantai Batu Karas dan wisata sungai Green Canyon.
PT Jaswita juga mengincar potensi kawasan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Kabupaten Majalengka. Tahun depan, mereka berencana membangun hotel berbintang tiga di kawasan bandara.
Hotel akan dibangun di atas lahan seluas 6 hektar dengan kapasitas 140 kamar. Rencana pembangunan hotel itu sempat digulirkan pada 2018, tetapi tidak terealisasi.
”Kawasan BIJB punya prospek bagus. Sebab, selama ini kru maskapai pesawat dan penumpang harus menginap di Cirebon karena belum ada hotel di bandara,” ujarnya.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Jabar Eddy Iskandar Muda Nasution mengatakan, potensi wisata di sekitar BIJB belum dioptimalkan. Keterisian penumpang di bandara itu juga masih 60 persen.
”Tidak bisa hanya mengandalkan penumpang dari Bandung. Oleh sebab itu, perlu pengembangan destinasi wisata yang memadai untuk menarik wisatawan,” ujarnya.
Eddy mendorong PT Jaswita dan BUMD lainnya terus berupaya meningkatkan dividen. Hal itu sangat diperlukan untuk meningkatkan dividen dari BUMD yang tahun lalu nilainya sekitar Rp 358 miliar.
”Dividen BUMD ditargetkan meningkat menjadi Rp 400 miliar. Untuk BUMD yang belum memberikan keuntungan akan dikaji untuk dievaluasi atau dimerger,” ujarnya.