Sebanyak 34 fotografer memamerkan karya mereka dalam pameran foto bertajuk ”Air Mata Air Bengawan”, di Bentara Budaya Balai Soedjatmoko, Solo, Jawa Tengah, untuk membangun kesadaran masyarakat agar lebih peduli.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS — Sebanyak 34 fotografer memamerkan karya mereka dalam pameran foto bertajuk ”Air Mata Air Bengawan”, di Bentara Budaya Balai Soedjatmoko, Solo, Jawa Tengah. Pameran ini diharapkan membangun kesadaran masyarakat untuk lebih peduli terhadap kondisi Sungai Bengawan Solo.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membuka pameran foto yang akan berlangsung hingga 19 September 2019 ini. Dalam pameran ini, para fotografer memotret Bengawan Solo dari berbagai sudut pandang. Sebagian foto memamerkan keindahan sungai terpanjang di Pulau Jawa itu. Namun, sebagian juga memotret nasib Bengawan Solo yang tercemar sampah. Berbagai aktivitas manusia di sungai yang berhulu di Kabupaten Wonogiri itu juga tak luput dari bidikan para fotografer.
Para fotografer yang ikut dalam pameran ini antara lain adalah Darwis Triadi, Risman Marah, Arbain Rambey, Oscar Matuloh, Dwi Oblo, Tarko Sudiarno, Soeprapto Soedjono, Anin Astiti, dan Boy Harjanto.
Ganjar mengatakan, Bengawan Solo telah menjadi korban peradaban manusia. Bengawan Solo menjadi tempat sampah, bahkan tempat terpanjang untuk buang air besar. ”Dengan pameran foto ini, mudah-mudahan bisa mengingatkan kita semua untuk menjadikan Bengawan Solo sebagai sumber kehidupan dan nadi kehidupan,” katanya.
Ganjar mengakui bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memiliki pekerjaan rumah yang panjang untuk memperbaiki kondisi Bengawan Solo. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan berkomunikasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk bersama-sama memperbaiki kondisi Bengawan Solo. Namun, kerja sama antara Pemprov Jateng dan Jawa Timur saat ini masih belum terlaksana.
”Hari ini, para fotografer hadir di tempat ini; mudah-mudahan itu menjadi pengingat dan menyemangati saya bahwa saya tidak sendirian. Para seniman fotografi juga ikut mengingatkan publik kita perbaiki Bengawan Solo,” katanya.
Dengan pameran foto ini mudah-mudahan bisa mengingatkan kita semua untuk menjadikan Bengawan Solo sebagai sumber kehidupan dan nadi kehidupan.
Ganjar menambahkan, ada harapan untuk memperbaiki kondisi Bengawan Solo. Dicontohkanya, di Klaten telah ada perubahan warga dalam memandang sungai melalui gerakan sekolah sungai. Sungai kini dibersihkan dari sampah dan pinggir-pinggir sungai yang sebelumnya kotor dibersihkan untuk tempat nongkrong warga.
Kurator pameran, Risman Marah, mengatakan, pameran foto ini menampilkan seluruh aspek tentang Bengawan Solo dari sisi keindahan hingga soal pencemaran. Para fotografer menyajikan Bengawan Solo dari sudut estetika yang menawan sehingga semua foto terlihat indah meskipun sebenarnya sebagian obyek yang difoto adalah sisi jelek kondisi Bengawan Solo.