Setelah semua anak berbaris rapi, petugas yang mengendarai sepeda motor perpustakaan keliling menurunkan tas berisi buku dari jok sepeda motor. Tiga tas besar berisi buku dibuka dan diletakkan di halaman sekolah.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
Belasan bocah menghambur keluar kelas saat tiga motor trail memasuki halaman SD Negeri Pulau Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Kamis (22/8/2019). Mereka mengerumuni motor-motor yang membawa tas besar penuh berisi buku bacaan. Itulah kali pertama sekolah mereka dikunjungi motor perpustakaan keliling.
”Anak-anak, tolong berbaris yang rapi. Harus tertib kalau mau dapat buku. Semua pasti kebagian,” kata seorang guru melalui mikrofon. Guru-guru yang lain segera bertindak untuk menertibkan anak-anak yang awalnya berebutan mengambil buku. Mereka diajak membuat barisan yang rapi terlebih dahulu.
Setelah semua anak berbaris rapi, petugas yang mengendarai sepeda motor perpustakaan keliling menurunkan tas berisi buku dari jok sepeda motor. Tiga tas besar berisi buku dibuka dan diletakkan di tengah halaman SD Negeri Pulau Alalak di Desa Pulau Alalak, Kecamatan Alalak.
”Sekarang, bukunya boleh diambil. Kalau sudah selesai dibaca, harap dikembalikan,” kata Herliana, Kepala SD Negeri Pulau Alalak. Para guru lalu mengarahkan anak-anak yang sudah mendapatkan buku untuk duduk membaca di teras sekolah. Mereka duduk berjajar di lantai papan dan bersandar pada dinding kelas. Anak-anak yang belum lancar membaca didampingi.
Setelah duduk membaca sekitar 20 menit, anak-anak kembali heboh dengan kehadiran badut kuda poni yang datang sambil membagi-bagikan buku bacaan. Badut itu menjadi kejutan yang disiapkan petugas dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan untuk menghibur anak-anak.
Mereka pun langsung bangkit mengerumuni badut. Setelah membagi-bagikan buku, si badut mengajak anak-anak kembali duduk untuk membaca bersama-sama.
”Senang sekali karena hari ini bisa membaca buku cerita. Tadi saya membaca dua buku cerita. Yang satu bercerita tentang Nabi Muhammad, satunya lagi bercerita tentang Kereta Thomas. Semuanya bagus,” kata Putra Adika (9), siswa kelas IV SD Negeri Pulau Alalak.
Putra dan anak-anak lain berharap sepeda motor perpustakaan keliling bisa rutin datang ke sekolah mereka. ”Kalau bisa datang lagi karena kami di sini suka membaca buku cerita,” kata anak-anak serentak.
SD Negeri Pulau Alalak, yang memiliki 156 siswa dan 9 guru, termasuk sekolah pinggiran di Banjarmasin. Untuk mencapai sekolah itu, petugas mesti melintasi gang-gang sempit dan menyeberangi Sungai Alalak dari Banjarmasin dengan feri, menempuh perjalanan total sekitar 45 menit.
Haus bacaan
Herliana menuturkan, pihak sekolah menyambut gembira kedatangan perpustakaan keliling. ”Anak-anak di sekolah kami haus bacaan. Masalahnya, di sekolah kami tidak ada perpustakaan dan koleksi buku-buku bacaan. Tidak heran jika anak-anak sangat antusias menyambut kedatangan perpustakaan keliling,” katanya.
Perpustakaan keliling membawa beragam buku bacaan. Bukunya juga bergambar dan berwarna-warni. ”Anak-anak kelas I SD yang belum lancar membaca juga senang melihat buku cerita bergambar dan berwarna-warni,” ujarnya.
Menurut Herliana, budaya literasi sebenarnya sudah tertanam dalam diri anak-anak di sekolah pinggiran tersebut. Namun, karena keterbatasan sarana dan prasarana, kebiasaan membaca belum begitu hidup. Selama ini anak-anak hanya disodori buku teks pelajaran.
”Kalau disodori buku, anak-anak pasti mau membaca. Karena itu, kami berharap perpustakaan keliling bisa datang setiap bulan ke sekolah kami. Untuk selanjutnya, kami juga berharap bisa memiliki perpustakaan sendiri dengan koleksi buku beragam,” tuturnya.
Husnul Khatimah, pegawai Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalsel yang mengoordinasi kegiatan perpustakaan keliling, mengatakan, sepeda motor trail perpustakaan keliling mulai beroperasi awal 2019.
Saat ini ada empat motor trail perpustakaan keliling yang dioperasikan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalsel. Armada sepeda motor itu melengkapi delapan armada mobil perpustakaan keliling yang telah dioperasikan sebelumnya.
”Motor trail perpustakaan keliling dikhususkan untuk menyasar daerah-daerah pelosok yang tidak bisa dijangkau dengan mobil. Ini dalam rangka meningkatkan minat baca serta memupuk budaya literasi pada anak-anak dan warga Kalimantan Selatan,” katanya.
Setiap kali berkeliling, satu sepeda motor trail perpustakaan keliling mengangkut lebih kurang 100 buku. Jika turun tiga unit, ada sekitar 300 buku dibawa. Buku-buku yang dibawa disesuaikan dengan minat baca anak-anak di sekolah atau tempat yang dituju agar lebih tepat sasaran.
Selain motor trail dan mobil pustaka, Pemprov Kalsel juga menginisiasi truk literasi yang bernapas milenial. Lima truk tersebut didesain kekinian. Kursinya warna-warni, mirip kafe keliling. Truk juga dilengkapi dengan perangkat multimedia yang terdiri dari TV, proyektor, Wi-Fi, komputer, dan genset untuk suplai daya listrik.
Data Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menunjukkan, indeks minat baca warga Indonesia hanya 0,001. Artinya, dari 1.000 orang, hanya 1 orang yang punya minat baca bagus. World’s Most Literate Nations mencatat, tingkat literasi Indonesia ada di peringkat ke-60 dari 61 negara yang diteliti (Kompas, 11/2/2019).
Sejauh ini, menurut Husnul, kedatangan motor trail perpustakaan keliling di sekolah-sekolah pinggiran, pelosok, dan terpencil selalu disambut anak-anak dengan antusias. Budaya literasi mesti ditanamkan sejak dini sehingga diharapkan mewujudkan masyarakat cerdas, kritis, dan berwawasan luas.