Tiga Hari Berkabung Nasional, Masyarakat Diminta Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Pemerintah menyerukan kepada semua lembaga pemerintahan dan masyarakat untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama tiga hari berkabung nasional atas meninggalnya presiden ke-3 Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie.
Oleh
Anita Yossihara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menyerukan kepada semua lembaga pemerintahan dan masyarakat untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama tiga hari berkabung nasional atas meninggalnya presiden ke-3 Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie, Rabu (11/9/2019).
Pemerintah melalui Menteri Sekretaris Negara Praktikno telah mengeluarkan surat yang ditujukan kepada pimpinan lembaga negara, kepala daerah, dan perwakilan Indonesia di luar negeri untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama tiga hari berturut-turut mulai Kamis (12/9/2019) besok.
”Kita, seluruh bangsa Indonesia, berduka. Tadi pada pukul 18.05 presiden ke-3 Republik Indonesia Profesor Bacharuddin Jusuf Habibie telah meninggal dunia. Seperti kita ketahui bahwa beliau cukup lama dirawat di rumah sakit. Pak Presiden terus mengikuti selama beliau dirawat. Bahkan, berkali-kali Presiden membesuk. Pak Presiden telah memerintahkan kepada saya untuk mempersiapkan semua yang diperlukan,” tutur Pratikno.
Ia mengatakan, pemerintah telah menetapkan hari berkabung nasional selama tiga hari terhitung mulai Kamis besok hingga Sabtu (14/9/2019). Selain itu, pemerintah juga menginstruksikan kepada seluruh lembaga negara, pemimpin badan usaha milik negara, kepala daerah, dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama hari berkabung nasional.
Pemerintah juga mengimbau kepada masyarakat Indonesia untuk ikut mengibarkan bendera setengah tiang selama masa berkabung nasional tersebut.
Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal pada usia 83 tahun. Habibie meninggal dalam kondisi kritis karena sakit, Rabu pukul 18.05, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta. Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936, itu meninggalkan dua anak laki-laki.
Thareq Kemal Habibie, salah satu putra Habibie, menyatakan pernyataan duka sesaat setelah kepergian ayahnya. Berikut pernyataan Thareq kepada jurnalis.
”Bismillahir-rahmanir-rahim. Saudara sekalian, atas nama Allah Yang Maha Besar, kami dengan sangat berat mengucapkan, ayah saya, Bacharuddin Jusuf Habibie, presiden ke-3 RI, telah meninggal dunia pukul 18.05. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Alasan mengapa meninggal, sudah menua dan memang kemarin saya katakan gagal jantung. Karena sudah menua, mengakibatkan organ-organ itu degenerasi, melemah, menjadi tidak kuat. Maka pukul 18.05 dengan sendirinya jantungnya melemah. Sampai detik terakhir saya ada di situ. Hari ini presiden ke-3 RI BJ Habibie sudah meninggal dunia.”
Sesaat setelah kepergian Habibie, Presiden Joko Widodo mendatangi RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Mewakili pemerintah, Presiden menyampaikan duka mendalam atas kepergian Habibie.
”Saya menyampaikan belasungkawa mendalam atas berpulangnya ke rahmatullah, Bapak Profesor BJ Habibie, pukul 18.05, di RSPAD Gatot Soebroto,” kata Presiden di hadapan jurnalis.
Presiden merasa kehilangan atas kepergian Habibie. Tiga hari sebelumnya, Presiden menjenguk almarhum Habibie. Namun, tidak banyak yang bisa dibicarakan Presiden karena kondisi Habibie yang kritis. Semasa hidupnya, Presiden mengatakan sering bertukar pikiran dengan Habibie mengenai persoalan negara. Habibie, lanjut Presiden, kerap menawarkan solusi atas persoalan yang terjadi.
”Saya kira, beliau seorang negarawan yang patut kita jadikan contoh dan suri teladan. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan bisa melanjutkan apa yang dicita-citakan Profesor Habibie selama hidupnya,” kata Presiden.