Usaha Rintisan Indonesia Unjuk Diri di Ajang Konferensi Digital Dunia
Usaha rintisan Indonesia unjuk diri di ajang konferensi digital dunia ITU Telecom World 2019 di Budapest, Hongaria. Mereka berkesempatan menjajaki peluang kerja sama bisnis dan investasi dengan negara-negara lain.
Oleh
GESIT ARIYANTO dari Budapest, Hongaria
·4 menit baca
BUDAPEST, KOMPAS — Usaha rintisan atau start up Indonesia unjuk diri di ajang konferensi digital dunia. Mereka menjadi bagian dari 150 bisnis serupa dalam konferensi yang mempertemukan pemerintah, inovator, investor, dan usaha rintisan.
Dalam Telecom World 2019 yang digelar Badan Telekomunikasi Internasional (ITU) Perserikatan Bangsa-Bangsa di Budapest, Hongaria, 9-12 September, mereka tidak hanya membuka stan di Paviliun Indonesia. Para pelaku usaha rintisan itu juga mempresentasikan profil dan potensi bisnis serta menjajaki kerja sama dan investasi.
Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Niken Widyastuti mengatakan, usaha rintisan Indonesia yang tampil antara lain Ruangguru, Aruna, Bahaso, dan Cubeacon. Mereka menjadi bagian dari ribuan usaha rintisan dunia yang saat ini terus tumbuh cepat dan menjadi fenomena baru.
”Kami punya program mendorong dan memfasilitasi start up nasional tampil di kancah dunia agar semakin membawa dampak bagi Indonesia,” kata Niken seusai membuka Indonesia Inclusion Day di HungExpo, Budapest, Rabu (11/9/2019).
Kami punya program mendorong dan memfasilitasi start up nasional tampil di kancah dunia agar semakin membawa dampak bagi Indonesia.
Di ajang itu, Ruangguru memaparkan profil usaha, peluang dan tantangan, serta proyeksi bisnis dan dampak sosial yang mereka hasilkan di hadapan sejumlah delegasi pemerintah dan pelaku bisnis dari negara lain. Saat ini, aplikasi Ruangguru yang belum berusia lima tahun itu diakses sekitar 15 juta pengguna yang sebagian besar dari kalangan pelajar SD-SMA.
Melihat komposisi penduduk dan kondisi riil dunia pendidikan dan pembelajaran di Indonesia, mereka yakin inovasi baru akan mencakup dampak yang jauh lebih besar. ”Kami belum bicara SMK, misalnya, atau generasi yang hendak masuk dunia kerja,” kata Vice President Business Operation Ruangguru Ritchie Goenawan.
Tawaran Alibaba
Sementara Aruna, aplikasi e-dagang produk kelautan yang menggandeng nelayan-nelayan kecil, akan mengikuti sesi paparan bisnis pada hari berikutnya. Selain menjajaki kemungkinan kerja sama dan melihat pasar, mereka juga tengah mencari teknologi baru.
”Kami mencari teknologi internet of things (IoT) yang bisa kami pakai di tengah laut supaya koneksi internet bisa tetap maksimal,” kata CEO Farid Naufal.
Saat ini, aplikasi Aruna diakses sekitar 20.000 orang. Namun, baru sekitar 300 nelayan di 15 kabupaten yang aktif memanfaatkan aplikasi itu untuk menyuplai ikan, lobster, dan kepiting. Dari produk perikanan laut yang ditawarkan itu, sekitar 90 persennya diekspor.
Raksasa bisnis digital Alibaba dari China sudah menawari Aruna untuk mengisi pasar China dengan produk-produk perikanan Indonesia. Sejumlah kerja sama juga ditawarkan para eksportir perikanan laut besar.
Raksasa bisnis digital Alibaba dari China sudah menawari Aruna untuk mengisi pasar China dengan produk-produk perikanan Indonesia.
Pada ajang pertemuan pemangku kepentingan digital dunia ini, tidak semua kesepakatan bisnis dicapai. Namun, mengenali perkembangan teknologi digital dan membuka jejaring bisnis menjadi hal tak kalah penting.
”Sejauh ini kami masih menyasar pasar dalam negeri. Kami masih mencari mitra strategis bisnis juga,” kata CEO Bahaso Allana Abdullah.
Bahaso merupakan aplikasi belajar bahasa Inggris tanpa tatap muka secara langsung. Berdiri pada 2015 dengan sekitar 20 karyawan, Bahaso diakses sekitar 500.000 pengguna. Bahaso juga baru saja menandatangani kerja sama dengan Nahdlatul Ulama untuk mengembangkan aplikasi belajar agama.
Sementara Cubeacon, pengembang sistem informasi keamanan pelacak benda bergerak, sedang menjajaki pasar di Malaysia. Sejak berdiri pada 2015, Cubeacon telah menjual sekitar 10.000 detektor mini di Tanah Air. Semuanya diproduksi di Cikarang, Jawa Barat.
”Unicorn” baru
Kemkominfo memiliki program khusus mencetak unicorn-unicorn baru, sebutan bagi perusahaan rintisan yang valuasinya menyentuh 1 miliar dollar Amerika Serikat. Indonesia memiliki empat unicorn, yakni Bukalapak, Traveloka, Tokopedia, dan Gojek. Bahkan, Gojek sudah naik kelas menjadi decacorn, perusahaan dengan valuasi 10 juta dollar AS.
Perkembangan teknologi digital yang disokong kecerdasan buatan dan penerapan teknologi internet untuk segala (IoT) menjadi kekuatan baru yang mengubah dunia. Mereka mengarahkan perkembangan ekonomi pasar.
”Start up telah menggerakkan banyak sektor, termasuk perekonomian secara luar biasa. Digitalisasi ini akan berdampak lebih dahsyat lagi dengan teknologi 5G,” kata Sekretaris Jenderal ITU Houlin Zhao.
Untuk itulah, pada ajang konferensi tahun ini, usaha rintisan diberi tempat dan dibahas secara khusus dalam sesi-sesi diskusi. Anak-anak muda dari sejumlah negara diberi kesempatan memaparkan pandangan mereka atas inovasi digital, teknologi 5G, dan perkembangan bisnis digital versi mereka.
Di setiap kesempatan, delegasi Indonesia memaparkan program Palapa Ring, jejaring serat optik yang sudah selesai dibangun dan menghubungkan 514 kota di seluruh Indonesia. Pelibatan badan usaha digencarkan untuk menghadirkan internet cepat hingga pelosok daerah.
”Dengan menggandeng badan usaha, pemerintah bisa mendorong percepatan akses digital sekaligus mengarahkan penggunaannya untuk hal-hal produktif dan solutif, seperti ekonomi, pendidikan, dan layanan kesehatan di daerah-daerah terpencil,” kata Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (Bakti) Kominfo Anang Latif.
Hingga 2020, setidaknya 4.000 menara pemancar (BTS) akan berdiri di daerah-daerah. Jumlah itu baru sarana yang dibangun Bakti, belum yang dibangun oleh perusahaan lain. Perangkat yang menjembatani komunikasi nirkabel antara pengguna dan jaringan itu diharapkan turut memupus kesenjangan sosial dan ekonomi di banyak daerah terpencil.