PT Transportasi Jakarta menargetkan 100 bus listrik Transjakarta sudah beroperasi pada 2020. Sebanyak enam operator sudah menandatangani nota kesepahaman untuk beralih ke bus listrik.
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Transportasi Jakarta menargetkan 100 bus listrik Transjakarta sudah beroperasi pada 2020. Sebanyak enam operator sudah menandatangani nota kesepahaman untuk beralih ke bus listrik. Peralihan bus dari berbahan bakar minyak menjadi listrik ini sebagai upaya menekan tingginya emisi dan polusi udara Jakarta.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Agung Wicaksono mengatakan, sekitar 100 bus listrik tersebut merupakan proyek percontohan atau pilot project. Saat ini, lima operator yang sudah menandatangani nota kesepahaman untuk beralih ke armada bus listrik adalah PPD, Pahala Kencana, Steady Safe, Kopaja, dan Damri. Adapun Mayasari Bakti masih dalam proses.
”Nanti akan dibuat roadmap untuk peralihan, mulai dari peraturan pemerintah hingga waktunya. Mungkin nanti pergantian saat armada sudah harus diganti, maka diganti dengan armada bus listrik,” katanya seusai menjadi pembicara di lokakarya Regional Workshop Soot-free Urban Bus Fleet in Asia di Jakarta, Kamis (12/9/2019).
Pengoperasian bus listrik Transjakarta ini nantinya tetap menggunakan skema yang sama seperti yang berjalan sekarang, yaitu PT Transportasi Jakarta tidak memiliki armada. Armada tetap dimiliki dan dioperasikan operator dengan penghitungan rupiah per kilometer yang dibayarkan oleh PT Transportasi Jakarta.
Saat ini jumlah armada Transjakarta 3.000 unit. Tahun depan, jumlahnya akan ditargetkan meningkat menjadi 10.047 unit, terdiri dari bus besar, bus sedang, dan bus mikro atau angkot dalam sistem Jak Lingko.
Menurut Agung, salah satu hambatan untuk mengubah seluruh armada tersebut adalah keterbatasan kapasitas karoseri dalam negeri yang hanya sekitar 50. Untuk itu, akan dilakukan perencanaan target peralihan secara bertahap.
Saat ini, dari 3.000 bus Transjakarta, hanya 300 unit yang berbahan bakar gas yang ramah lingkungan. Sebagian besar di antaranya masih berbahan bakar solar. Peralihan ke bus listrik merupakan upaya menekan emisi dan polusi udara Jakarta.
Direktur Eksekutif Komite Pengurangan Bensin Bertimbal Ahmad Safrudin mengatakan, dari penghitungan yang dilakukan, bus menyumbang sekitar 21 persen polusi udara Jakarta yang dihasilkan moda transportasi. Peralihan ke bus listrik berdampak signifikan pada polusi udara Jakarta. ”Polusi udara terbesar di sektor transportasi tetap sepeda motor,” katanya.
Proses izin
PT Transportasi Jakarta Saat ini sedang masuk dalam fase pra-uji satu bus listrik. Saat ini, bus listrik tersebut sudah memperoleh sertifikat uji tipe (SUT) kendaraan bermotor dari Kementerian Perhubungan. Selanjutnya adalah proses memperoleh pelat nomor kuning sebagai kendaraan bermotor umum di Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Kepolisian. Setelah semua izin lolos, PT Transportasi Jakarta berencana menjalankan bus listrik itu sebagai kendaraan umum, tetapi gratis.
Agung mengatakan, masa pra-uji coba bus listrik ini untuk mengkaji seluruh sisi tehnis, mulai dari performa baterai, mesin, kapasitas hingga menentukan biaya operasional yang diperlukan untuk nantinya digunakan sebagai acuan menetapkan rupiah per kilometer yang harus dibayarkan.
Pihaknya juga tengah mengkaji pabrik-pabrik produsen bus listrik. Hal ini dilakukan untuk mencari bus listrik yang paling cocok digunakan di iklim tropis Jakarta. Dari sembilan produsen yang sudah terdata, enam berasal dari China. ”Ini bukan soal China atau bukan China. Namun, sejauh ini, pabrikan Eropa, kami belum menemukan yang cocok untuk iklim tropis,” katanya dalam lokakarya.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan, polusi udara Jakarta sudah mendesak ditangani. Sementara itu, kebijakan ganjil genap diperkirakan tak akan mampu menahan laju pertambahan kendaraan bermotor di jalanan dalam waktu lama.
”Kami prediksi kebijakan ini efektif untuk setahun. Namunn, nanti akan terjadi peralihan ke sepeda motor dan pertumbuhannya akan eksponensial,” ujarnya.
Kami prediksi kebijakan ini efektif untuk setahun. Tapi nanti akan terjadi peralihan ke sepeda motor dan pertumbuhannya akan eksponensial.
Oleh karena itu, perlu segera dilakukan upaya lanjutan untuk menekan polusi udara, di antaranya menerapkan jalan berbayar ERP dan peralihan ke kendaraan listrik. BPTJ sendiri tengah mengkaji kemungkinan penerapan ERP di jalan nasional.