Bencana kabut asap yang melanda wilayah Provinsi Riau, termasuk ibu kota di Pekanbaru, terus memburuk. Untuk pertama kali dalam 2019, konsentrasi partikel molekulat (PM 10) pada Kamis (12/9/2019) sangat tidak sehat.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·5 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Bencana kabut asap yang melanda sebagian besar wilayah Provinsi Riau, termasuk ibu kota di Pekanbaru, terus memburuk. Untuk pertama kali dalam 2019, konsentrasi partikulat di udara PM 10 pada Kamis (12/9/2019) berada di atas angka 320 atau sangat tidak sehat dan tidak tertutup kemungkinan bakal meningkat lagi menjadi berbahaya bagi manusia.
PM 10 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron. Nilai ambang batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan di Indonesia adalah di bawah 150 mikrogram per meter kubik. Ukuran 1 mikron adalah 1 per 25.000 inci. Sebagai perbandingan, ukuran ketebalan rambut manusia adalah 30 mikron sampai 100 mikron. Partikel yang lebih kecil dari 10 mikron dapat masuk melalui saluran pernapasan dan menyebabkan gangguan kesehatan.
Sepanjang hari Kamis mulai dari pukul 06.00 sampai pukul 16.00, angkasa di seluruh wilayah Kota Pekanbaru memutih tertutup asap. Pada tengah hari pukul 12.00, cuaca terlihat seperti mendung karena sinar matahari terhalang asap. Pada Rabu kemarin, sinar matahari masih dapat menembus bumi pada tengah hari.
Aktivitas masyarakat Pekanbaru di luar ruangan tampak berkurang dibandingkan hari sebelumnya. Namun, para pekerja kasar tetap beraktivitas seperti biasa. Sebagian besar warga yang berada di luar sudah memakai masker. Namun, pekerja kasar lebih abai terhadap penggunaan masker.
Sepanjang hari Kamis mulai dari pukul 06.00 sampai pukul 16.00, angkasa di seluruh wilayah Kota Pekanbaru memutih tertutup asap.
Pekatnya asap yang menutupi angkasa Pekanbaru sebagian besar disebabkan kebakaran lahan gambut yang belum juga dapat dikendalikan. Dikendalikan artinya lokasi sekeliling kebakaran sudah dapat dibatasi dengan parit halang dan setelah itu sedikit demi sedikit digempur air untuk proses pemadaman. Pengendalian dapat gagal karena cuaca terik dan angin kencang menerbangkan bunga api ke lokasi baru.
Pantauan satelit pengindera cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika pada Kamis pagi menunjukkan 1.316 titik panas di seluruh Pulau Sumatera. Sumatera Selatan memiliki titik panas terbanyak (437), disusul Jambi (420) dan Riau (279). Terdapat peningkatan 105 titik dibandingkan dengan Rabu kemarin yang terdapat 1.211 titik.
Wali Kota Pekanbaru Firdaus kembali menginstruksikan Kepala Dinas Pendidikan Pekanbaru untuk meliburkan seluruh siswa sampai hari Sabtu. Sebelumnya, Pekanbaru sudah meliburkan siswa mulai dari Selasa sampai Rabu.
Kebijakan meliburkan siswa juga diambil oleh tiga perguruan tinggi di Riau, yaitu Universitas Riau, Universitas Muhammadiyah (UM) Riau, dan Universitas Islam Riau (UIR). Berdasarkan rilis yang diterima Kompas, Wakil Rektor UM Riau Sujianto, Wakil Rektor II UM Riau Bakaruddin, dan Rektor UIR Syafrinaldi menetapkan hari libur kegiatan belajar di kampus untuk Jumat dan Sabtu. Libur berlaku untuk mahasiswa S-1 dan pascasarjana.
”Benar, UIR meliburkan kegiatan belajar hari Jumat dan Sabtu terkait kabut asap,” kata Zulkarnain Kadir, salah seorang dosen dan pengurus Yayasan UIR.
Pada Kamis siang, ratusan mahasiswa Universitas Riau menggelar unjuk rasa di Kantor Gubernur Riau. Mahasiswa yang didominasi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini mengecam tindakan Gubernur Riau Syamsuar yang bepergian ke luar negeri di kala wilayahnya didera bencana asap.
”Semestinya Gubernur berada di Riau di saat warganya menderita karena asap. Kami meminta Gubernur segera pulang,” kata koordinator aksi mahasiswa, Kaisar Nugraha.
Sejak Rabu menurut Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Riau Firdaus, Syamsuar berada di Thailand untuk mengikuti pertemuan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle. Dalam acara shalat Istisqa (meminta hujan) di halaman Kantor Gubernur Riau, Rabu kemarin, hanya Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution yang hadir.
Dalam unjuk rasa yang dilakukan pada tengah hari itu, tiga mahasiswi pingsan di lapangan. Seorang di antaranya dibawa ke RS Bhayangkara untuk mendapat pertolongan medis. Adapun dua lainnya segera sadar setelah beristirahat di masjid di dalam kompleks kantor gubernur.
Pada Kamis sore, giliran mahasiswa dari kelompok Himpunan Mahasiswa Islam Kota Pekanbaru yang berunjuk rasa di kantor gubernur. Dalam aksinya, mahasiswa ini membawa keranda yang dibalut dengan kain putih.
”Kami meminta agar Presiden Joko Widodo membuat tindakan konkret untuk mengatasi bencana asap di Riau. Kami juga meminta agar Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau mencabut gelar Datuk Setia Amanah Negara yang diberikan kepada Jokowi,” kata koordinator aksi, Jiwanda.
Agar Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau mencabut gelar Datuk Setia Amanah Negara yang diberikan kepada Jokowi.
Menjelang pemilihan presiden pada akhir 2018 lalu, Joko Widodo diberi gelar kehormatan dengan sebutan Datuk Setia Amanah Negara. Gelar ini merupakan gelar tertinggi pernah diberikan LAM Riau. Pemberian gelar itu salah satunya karena Presiden dapat membebaskan Riau dari asap selama tiga tahun berturut-turut sejak 2016 sampai 2018.
Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau Edwar Sanger mengatakan, urusan administrasi empat helikopter Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah selesai. Mulai kemarin, semua helikopter BNPN, yang berjumlah enam unit, sudah diterjunkan untuk membantu pemadaman dari udara, yang diprioritaskan di wilayah Selatan Riau.
”Untuk mengurangi kabut asap di Pekanbaru, kami harus dapat mengendalikan kebakaran lahan di wilayah selatan terlebih dahulu. Karena angin bergerak dari selatan menuju utara atau ke Kota Pekanbaru. Asap pekat di Pekanbaru memang disebabkan kebakaran di selatan, seperti Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, dan Pelalawan. Namun, diperparah oleh asap kiriman dari Jambi dan Sumatera Selatan,” papar Edwar.
Ia menambahkan, dua helikopter secara khusus diperbantukan untuk membantu pemadaman di dekat ladang minyak PT Pertamina di wilayah Kerumutan, Pelalawan. Tim darat dari TNI, Polri, BPBD, dan Manggala Agni juga difokuskan di wilayah obyek vital tersebut agar produksi minyak negara tidak terganggu.