Masih adanya belasan ribu orang dengan kusta mengingatkan perlunya untuk terus meningkatkan layanan kesehatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Indonesia secara statistik adalah negara dengan jumlah orang dengan kusta terbanyak di dunia meskipun jumlahnya ”hanya” 17.441 orang atau 0,2 permil dari total penduduk sebesar sekitar 265 juta jiwa. Di aras internasional, jumlah orang dengan kusta terbanyak ada di India dan Brasil.
Sebaran orang dengan kusta yang tercatat resmi terdapat di sembilan provinsi. Bukan kebetulan apabila beberapa di antaranya ada di provinsi dengan angka Indeks Pembangunan Manusia di bawah rata-rata nasional, yaitu Papua, Papua Barat, dan Maluku Utara.
Laporan harian Kompas bersama Kompas.com, Kompas TV, dan harian Kontan sejak awal pekan ini memperlihatkan, ketidaktahuan penderita serta terbatasnya layanan kesehatan yang menjangkau orang-orang dengan lepra menjadi faktor penyebab masih adanya penyakit tersebut.
Lepra merupakan penyakit infeksi kulit kronis yang ada sejak ratusan tahun lalu. Pada masa lalu orang dengan lepra diasingkan dari komunitasnya. Mereka yang sehat merasa ketakutan karena orang dengan lepra dapat kehilangan bagian tubuh, seperti jari-jari tangan dan kaki.
Padahal, penyakit ini sulit menular. Perlu kontak bertahun-tahun dan berulang-ulang dengan penderita serta ada luka (lesi) untuk dapat tertular lepra. Penularan ikut didorong oleh rendahnya kebersihan diri dan lingkungan serta berbaurnya mereka dengan lepra dan orang sehat. Risiko tertular juga meningkat apabila tubuh mengalami kurang gizi.
Stigma yang masih bertahan di masyarakat menyebabkan tidak mudah mengobati dan mencegah adanya penderita baru. Stigma tersebut menyebabkan sebagian orang dengan lepra enggan berobat walaupun penyakit ini dapat diobati.
Meskipun jumlah orang dengan lepra hanya kecil, keberadaan mereka menjadi penanda masih terjadi ketimpangan dalam pendidikan, layanan kesehatan, ketersediaan infrastruktur sanitasi dan air bersih, dan jangkauan warga terhadap makanan bergizi.
Keberadaan orang dengan lepra juga memperlihatkan perlunya peningkatan layanan kesehatan. Bukan hanya memberi pengobatan, melainkan juga mencegah penyakit ini menyebar.
Hal lebih penting yang harus dilakukan adalah menginformasikan kepada masyarakat mengenai penularan, pengobatan, dan pencegahan penyakit ini.
Pemerintah menetapkan program kerja kabinet berikut adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia agar dapat menjawab tantangan global industri 4.0. Kita tidak ingin ada sebagian rakyat Indonesia tertinggal dalam pembangunan, seberapa sedikit pun jumlahnya.
Dalam konteks itu, keberhasilan memberantas penyakit lepra dapat menjadi ukuran keberhasilan pembangunan manusia dan menjadi indikator menurunnya kesenjangan kesejahteraan di masyarakat.