Pihak perbankan berkomitmen mendukung rencana pemerintah untuk menggenjot sektor manufaktur. Namun, perbankan akan tetap berhati-hati dan mewaspadai risiko kredit macet.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perbankan berkomitmen mendukung rencana pemerintah untuk menggenjot sektor manufaktur. Namun, perbankan akan tetap berhati-hati dan mewaspadai risiko kredit macet (non performing loan/NPL).
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menyepakati langkah strategis memacu industri manufaktur khususnya dalam tiga sektor prioritas, yaitu industri otomotif, tekstil dan produk tekstil, serta alas kaki.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan akan membantu untuk menopang akselerasi industri manufaktur. Namun, penyaluran kredit harus dalam kewajaran untuk menghindari risiko-risiko tertentu, seperti misalnya NPL.
Menurut Jahja, sektor manufaktur memang cukup berisiko dalam persoalan NPL.
”Selama memang industrinya berkembang, maka harus ditopang,” kata Jahja, Rabu (11/9/2019), kepada Kompas.
Direktur BCA Santoso mengatakan, pihaknya ke depan akan mengkaji peluang penyaluran kredit ke berbagai sektor termasuk manufaktur dengan prinsip kehati-hatian. Rekam jejak dan prospek bisnis nasabah juga menjadi aspek utama penyaluran kredit.
”Selain itu, BCA dalam penyaluran kreditnya terdiversifikasi ke berbagai sektor ekonomi sehingga dapat meminimalisasi risiko konsentrasi kredit pada salah satu sektor saja,” tutur Santoso.
Penyaluran kredit BCA ke sektor manufaktur per Juni 2019 tercatat sebesar Rp 112,8 triliun atau tumbuh 15 persen secara tahunan. Pertumbuhan signifikan penyaluran kredit pun tecermin dalam tiga sektor prioritas pemerintah.
Penyaluran BCA ke industri otomotif sebesar Rp 5,6 triliun atau tumbuh 44 persen secara tahunan dengan NPL hanya 0,1 persen. Penyaluran ke industri tekstil dan produk tekstil sebesar Rp 14,9 triliun tumbuh 18 persen secara tahunan dengan NPL 0,9 persen. Sementara itu, penyaluran ke industri alas kaki sebesar Rp 2 triliun atau tumbuh 33 persen secara tahunan dengan NPL 0,1 persen.
Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Herry Sidartha mengatakan, kualitas kredit di sektor manufaktur semakin baik. Terbukti, BNI mencatatkan perbaikan NPL dari 4,8 persen tahun lalu menjadi 2,8 persen pada Juni 2019. ”Kondisi ini menjadi guidance kami untuk tetap tumbuh di sektor ini,” ujarnya.
Penyaluran kredit BNI pada sektor manufaktur Juni 2019 sebesar Rp 101,5 triliun atau tumbuh 20,5 persen secara tahunan. Adapun spesifik di industri otomotif, tekstil dan produk tekstil, serta alas kaki tumbuh sekitar 10,7 persen secara tahunan. Laju itu berada di atas industri perbankan yang tumbuh 6,9 persen secara tahunan.
Data OJK menyatakan, NPL dalam sektor manufaktur cenderung stabil. NPL pada Juni 2019 berada di 2,86 persen atau hanya naik tipis dibandingkan pada periode sama tahun lalu sebesar 2,84 persen.