MANADO, KOMPAS Panen raya sejak akhir Juli memicu anjloknya harga komoditas di Sulawesi Utara. Para petani menyiasatinya dengan menyimpan sebagian hasil panen dan menanti harga membaik.
Harga cengkeh di Sulawesi Utara (Sulut) yang pada kondisi normal berkisar Rp 100.000-Rp 120.000 per kilogram (kg) sejak akhir Juli jatuh menjadi Rp 74.500 per kg. Evie Runtuwene (60), petani asal Munte, Kabupaten Minahasa Selatan, mengatakan, dari hasil panennya sekitar 1 ton, sebagian disimpan untuk dijual menjelang hari Natal.
”Kalau saya jual semua, cuma dapat Rp 75 juta. Padahal, Rp 30 juta sudah buat bayar buruh. Jadi, saya mau simpan sebagian sampai Natal, tunggu harga naik,” kata Evie. Renny (53), petani cengkeh di Kumelembuay, Kecamatan Tomohon Timur, Kota Tomohon, juga memilih menjual sedikit demi sedikit hasil panennya. Dia biasa menjual cengkeh kepada pengepul di Tomohon atau Tondano, Minahasa.
Menunda penjualan juga dilakukan sejumlah pengepul. Lexi (70), pemilik gudang cengkeh di Manado, mengatakan membeli cengkeh dari petani seharga Rp 74.500 per kg. Ia mengambil untung Rp 1.500-Rp 2.000 per kg dari penjualan ke pabrik rokok di Kediri, Jawa Timur, dan Kudus, Jawa Tengah.
”Pabrik enggak mau ambil harga Rp 80.000 per kg. Jadi, yang penting jual dalam jumlah besar agar untung banyak. Tetapi, sebagian stok akan saya simpan dulu untuk dijual saat harga bagus,” kata Lexi. Lexi mengatakan, panen raya terjadi sekali dalam empat atau lima tahun. Pada akhir 2018, produksi cengkeh Sulut mencapai 3.819 ton. Adapun hingga Juli 2019, panen diperkirakan sudah 15.000 ton.
Untuk membantu petani, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Jenny Karouw mengatakan akan bekerja sama dengan pihak swasta untuk menyediakan gudang komoditas.
Karet
Di tengah lesunya harga pasar, para petani karet di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, diberi pendampingan dan fasilitas penunjang agar kualitas getah karet meningkat. Pendampingan dilakukan pemerintah daerah dengan menggandeng USAID Lestari Kalteng. Suradi (40), petani karet Kecamatan Pandih Batu, Pulang Pisau, mengatakan, harga karet di tingkat petani yang sebelumnya Rp 4.500-Rp 5.000 per kg kini beranjak naik jadi Rp 7.000-Rp 8.000 per kg.
”Petani diajari menghasilkan getah karet bermutu tinggi. Dulu kami gunakan tawas untuk membersihkan, kini ada jenis cuka yang lebih baik,” ungkap Suradi. Selain membuat getah bermutu, mereka juga diajari cara menyadap karet yang benar.
USAID Lestari, Kamis (12/9), juga memfasilitasi kesepakatan antara petani karet, Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau, dan PT Kahayan Berseri soal perdagangan karet. Dengan kesepakatan itu, karet yang dihasilkan petani dijamin berkualitas dan bisa dibeli langsung perusahaan. Koordinator Landscape USAID Lestari Rosenda Chandra Kasih mengatakan, penandatanganan nota kesepakatan bertujuan untuk meningkatkan ekonomi daerah melalui produksi karet. (OKA/IDO)