Jumlah Alat Pemadam Kebakaran Hutan Terbatas, Api Tetap Muncul
Kebakaran lahan gambut meluas di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat (13/9/2019). Jumlah alat pemadam api yang terbatas membuat pemadaman tidak efektif.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
PENAJAM, KOMPAS - Kebakaran lahan gambut meluas di Kelurahan Petung dan Desa Giripurwa, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat (13/9/2019). Jumlah alat pemadam api yang terbatas membuat pemadaman tidak efektif. Selain itu, sistem pencegahan dini tak berjalan sehingga kebakaran berulang.
Menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Penajam Paser Utara, luas lahan gambut yang terbakar lebih dari 100 hektar. Sebagian besar lahan gambut yang terbakar merupakan lahan perkebunan sawit.
Sebanyak 210 personel gabungan yang terdiri dari BPBD, TNI, dan polisi diturunkan untuk memadamkan api sejak awal September. Tiga alat berat terlihat mengeruk tanah di dekat titik api agar air irigasi mengalir ke dekat lokasi kebakaran. Hal itu dilakukan agar api tidak merembet ke lahan lain.
Namun, alat pemadam yang digunakan hanya 20 mata semprot. "Dari mata semprot yang ada, tim bergantian memadamkan api sambil menyusuri lahan lain," kata Komandan Kodim 0913 Penajam Paser Utara, Letnan Kolonel Infanteri Mahmud saat meninjau lokasi.
Mahmud mengatakan, penambahan alat tengah diajukan agar pemadaman bisa berjalan lebih cepat. Saat ini, tim gabungan kewalahan memadamkan api. Di lokasi yang sudah disemprot, api kembali timbul dan perlu dipadamkan lagi. Ketebalan gambut membuat api di bawah tak sepenuhnya padam dan merembet ke lokasi lain. Angin kencang dan matahari terik membuat rambatan api semakin cepat di permukaan.
Dari mata semprot yang ada, tim bergantian memadamkan api sambil menyusuri lahan lain
Kejadian berulang di lokasi yang sama menunjukkan belum ada langkah jangka panjang untuk memadamkan api. Abu Nawar (60), warga yang mengelola lahan di sekitar lokasi kebakaran mengatakan, kebakaran membuat bibit sayuran yang ia tanam mati.
"Sudah seperti langganan. Untung, saya belum tanam banyak. Sekitar 50 bibit mati. Pasrah saja, mau bagaimana lagi," katanya.
Kebakaran ini membuat kabut asap tipis terlihat di Teluk Balikpalan. Meski demikian, kabut belum sampai mengganggu perjalanan kapal feri dan speed boat yang beroperasi.
Kepala Sub Bidang Logistik dan Peralatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah PPU Nurlaila mengatakan, peralatan yang ada sudah dikerahkan. Penambahan personel diharapkan mempercepat proses pemadaman api.
Lokasi kebakaran ini berjarak sekitar 50 kilometer dari Kecamatan Sepaku yang direncanakan menjadi calon lokasi ibu kota negara baru. Jika kebakaran semakin meluas, tak menutup kemungkinan asap sampai ke Sepaku.
Penerbangan
Kebakaran hutan dan lahan juga terjadi di Kabupaten Berau. Ketebalan asap membuat beberapa penerbangan dari Balikpapan menuju tiga lokasi dibatalkan.
Berdasarkan deteksi titik api Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menggunakan sensor MODIS pada satelit TERRA dan AQUA, terdapat 62 titik api dengan tingkat kepercayaan 81-100 persen di Kalimantan Timur.
Kepala Seksi Pengendali Kerusakan dan Pengamanan Hutan Dinas Kehutanan Kaltim Shahar Al Haqq mengatakan, kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Berau mencapai 300 hektar. "Pemadaman terus diupayakan dengan kerja sama tim gabungan. Tim kami akan disiagakan hingga Desember," ujar Shahar ketika dihubungi dari Penajam.
Berdasarkan catatan penerbangan Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, lima penerbangan dibatalkan menuju Berau, satu penerbangan menuju Tanjung Selor, Kalimantan Utara, dan dua penerbangan menuju Kutai Barat.