Para pemimpin Taliban bersepakat untuk membuka perundingan baru dengan Amerika Serikat. Beberapa dari mereka bahkan ingin proses itu cepat dilakukan. Namun, mereka berselisih soal cara dan waktunya.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
ISLAMABAD, JUMAT — Para pemimpin Taliban bersepakat untuk membuka perundingan baru dengan Amerika Serikat. Beberapa dari mereka bahkan ingin proses itu cepat dilakukan. Namun, mereka berselisih soal cara dan waktunya.
Negosiator Taliban, misalnya, berselisih dengan Dewan Pimpinan Taliban atau Dewan Syura soal apakah Taliban seharusnya memenuhi undangan Presiden AS Donald Trump ke Camp David sebelum belakangan Trump membatalkan undangan tersebut.
Menurut seorang pejabat Taliban yang mengetahui informasi soal itu, Kamis (12/9/2019), Dewan Syura menentang undangan Trump ke Camp David dan akan menghukum negosiator yang pergi ke sana.
Selama lebih dari setahun terakhir Taliban menggelar perundingan dengan AS di Doha, Qatar. Di kota itu, mereka memiliki kantor perwakilan di bawah bendera Emirat Islam Afghanistan. Namun, pada 7 September lalu, melalui akun Twitter-nya, Trump mengumumkan penghentian perundingan dengan Taliban, dengan alasan serangan bom mobil di Kabul pada pekan sebelumnya, yang diklaim Taliban, dan menewaskan seorang tentara AS serta 11 orang lainnya.
Trump juga mengungkapkan, sebelum mengumumkan penghentian negosiasi, dirinya telah merancang pertemuan rahasia dengan tokoh Taliban dan pemimpin Afghanistan di Camp David, Maryland, beberapa hari menjelang peringatan serangan 11 September 2011.
Melalui laman Al-Emarah, Suhail Shaheen, juru bicara Kantor Taliban di Doha, Selasa (10/9/2019), mengatakan, Utusan Khusus AS untuk Perdamaian di Afghanistan Zalmay Khalilzad telah mengundang negosiator Taliban ke Camp David pada akhir Agustus lalu.
Saat itu, Taliban menyatakan menerima undangan tersebut hanya untuk memperlambat proses perundingan damai. Taliban menghendaki kesepakatan damai dengan AS diumumkan di Qatar, disaksikan menteri luar negeri sejumlah negara, seperti Pakistan, Rusia, dan China. Usaha ini diambil karena Dewan Syura menolak undangan itu.
Perbedaan
Menurut seorang sumber di kalangan Taliban yang tak mau diungkap identitasnya, perbedaan antara tim negosiator dan Dewan Syura Taliban ini bukan yang pertama kali. Beberapa bulan sebelumnya, Dewan Syura menolak tawaran Mullah Abdul Ghani Baradar, pemimpin negosiator sekaligus salah satu pendiri Taliban, untuk memberikan waktu 14 bulan bagi AS guna menarik sekitar 14.000 anggota pasukannya dari Afghanistan.
Dewan Syura memberi tahu Baradar bahwa usulannya itu tidak sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Dewan Syura juga menyampaikan, Baradar tidak bisa mengambil keputusan sendiri atas nama Dewan Syura.
Perbedaan antara tim negosiator dan Dewan Syura Taliban ini bukan yang pertama kali.
”Yang mengejutkan adalah bagaimana Taliban memobilisasi kepemimpinan level tertinggi untuk mendukung negosiasi dengan AS,” kata Michael Kugelman, Wakil Direktur Program Asia di Wilson Center di Washington. ”Pejabat senior Taliban tidak hanya mendorong pembicaraan, mereka membantu mengarahkan pembicaraan.”
”Hal ini menunjukkan Washington akan kesulitan memanfaatkan friksi di internal Taliban dalam upayanya untuk menaikkan posisi tawar dalam negosiasi,” lanjut Kugelman. ”Mungkin saja ada berbagai perpecahan di dalam Taliban, tetapi tidak terlihat di dalam proses negosiasi.”
Ketika Washington mulai membuka pembicaraan untuk mengakhiri perang di Afghanistan dengan Taliban pun, Taliban berada pada posisi terkuatnya.
Misi Utusan Khusus AS untuk Perdamaian di Afghanistan Khalilzad di Afganistan merupakan dorongan perdamaian paling kuat dari Washington untuk mencapai perdamaian.
”Salah satu kekhawatiran saya adalah jika pembicaraan tidak dimulai lagi segera, kemajuan besar yang diraih Khalilzad dalam menghasilkan… konsensus regional untuk perdamaian di Afghanistan akan hilang, dan (tetangga Afghanistan) dapat kembali tidak stabil,” kata Andrew Wilder, Wakil Presiden Program Asia di Institut Perdamaian AS.
”Jika Pakistan merasa AS akan segera menarik pasukannya tahun depan... Pakistan mungkin akan memutuskan lebih penting untuk mendukung kekuatan yang dekat seperti Taliban untuk melindungi kepentingan Pakistan di Afghanistan yang memungkinkan pengaruh India tetap kecil,” tutur Wilder. (AP)