“Selamat kepada Bapak Firli yang telah terpilih sebagai Pimpinan KPK. Kita dukung revisi UU KPK,” ujar seorang dari atas mobil pick-up dengan tiga corong pengeras suara seketika berhenti di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat (13/9/2019). Satu per satu orang yang mengatasnamakan mahasiswa pun berdatangan.
Siang itu, suasana KPK tak seperti biasa. Di depan Gedung KPK Jakarta, tersusun karangan bunga dari masyarakat sebagai bentuk dukungan terhadap KPK. Sebuah spanduk putih dengan tulisan hitam “KPK Shutdown” pun berada di depan papan nama Komisi Pemberantasan Korupsi yang diselimuti kain hitam. Spanduk itu dipasang bertepatan dengan terpilihnya pimpinan baru KPK 2019-2023.
Dua logo KPK yang berada di dinding halaman lobby gedung pun masih ditutup kain hitam sejak Minggu (8/9/2019). Namun sejenak setelah ada pernyataan dari orang yang ada di atas mobil bersuara, massa yang menyebut dirinya mahasiswa mulai mendekat, membakar karangan bunga serta spanduk putih, dan membuka paksa kain hitam yang menutup papan nama KPK.
Sebagian mencoba masuk karena menuntut kain hitam yang menutup dua logo KPK dibuka. Melihat hal ini, petugas pengamanan internal KPK keluar dari dalam gedung untuk mengamankan gerbang agar massa tidak menembus masuk.
Batu dan bambu sisa papan karangan bunga pun dilemparkan ke dalam gedung. Seorang polisi lalu meminta pegawai KPK melepas kain hitam jika ingin kondisi tenang. Tak lama berselang, Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Bartoni Purnama datang untuk berkoordinasi dan berjaga di depan gedung KPK.
Ikut-ikutan
Hanya berbeda 10 menit, datang massa lanjutan. Kali ini, mengatasnamakan masyarakat sipil. Ketika Kompas hendak mengklarifikasi mengenai keikutsertaannya dalam aksi dukung revisi UU KPK, tiga laki-laki yang berkumpul dengan membawa bendera merah putih kecil mengaku hanya ikut-ikutan. Sementara sebagian lainnya, memilih menyodorkan temannya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Tak satupun pula yang bersedi menyebutkan nama. Sebagian besar berusia remaja antara 17-19 tahun.
Usai demonstrasi tersebut sebelum pukul 18.00 WIB, Para pengunjuk rasa lalu pergi meninggalkan gedung KPK dengan naik metro mini ke arah Jalan Pegangsaan Barat. Sebelum naik ke metro mini, mereka dibagikan nasi bungkus yang diselipkan uang Rp 100 ribu dan air minum dalam kemasan.
Tepat di Jalan Pegangsaan Barat yang letaknya bersebelahan dengan Kantor DPP PPP dan Kantor DPP PDI Perjuangan para pendemo membubarkan diri. Metro mini itu pun diakui sudah lima kali disewa untuk kegiatan aksi serupa dan aksi damai Papua.
Menurut Adam (25) yang menjadi sopir dari metro mini tersebut, dirinya dibayar Rp 450 ribu untuk jasa sewa metro mini dan mengantarkan para pendemo. Bayaran ini dihitung berdasarkan jarak. Jika jaraknya jauh dari lokasi Pegangsaan yang menjadi tempat parkir metro mininya, tarifnya lebih dari Rp 450 ribu. Ia juga melayani jasa mengantarkan pendemo hingga luar kota.