Potensi Ledakan Susulan di Gudang Brimob Masih Ada
Tim penjinak bom berhati-hati mengamankan bahan peledak dan bom militer di gudang Markas Brimob Srondol, Kota Semarang, Jawa Tengah, yang meledak pada Sabtu (14/9/2019) pagi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Potensi ledakan di gudang Markas Brigade Mobil Srondol, Kota Semarang, Jawa Tengah, masih ada. Sebagian bahan peledak belum diambil sehingga masih rentan memicu bahaya.
Sabtu (14/9/2019) sekitar pukul 07.00, ledakan terjadi di gudang tempat penyimpanan bahan peledak dan bom militer temuan masyarakat di Markas Brimob Kepolisian Daerah Jawa Tengah. Diawali beberapa ledakan kecil, lalu diikuti satu ledakan besar. Ledakan-ledakan kecil terjadi lagi hingga pukul 08.00.
Sebanyak 44 rumah warga yang berjarak sekitar 100 meter dari lokasi kejadian mengalami kaca pecah serta plafon dan genteng rusak. Tidak ada korban luka dari warga. Namun, Kepala Detasemen Gegana Brimob Polda Jateng Ajun Komisaris Besar Syaiful Anwar terluka ringan di lengan dan kepala.
Kepala Polda Jateng Inspektur Jenderal Rycko Amelza Dahniel, Sabtu sore, mengatakan, tim penjinak bom Brimob Mabes Polri dan Jateng terus mengawasi lokasi kejadian (TKP). Hal itu juga yang membuat tim olah TKP belum dapat masuk ke lokasi kejadian.
”Masih ada potensi terjadinya ledakan. Namun, apabila kembali terjadi ledakan, sudah diantisipasi oleh tim Brimob. Serpihannya tidak akan sampai ke permukiman warga,” kata Rycko.
Rycko belum dapat memprediksi kapan tim olah TKP, yang terdiri dari penyidik, laboratorium forensik, dan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis), dapat masuk ke gudang. Ia berharap segera dilakukan, dengan tetap mengedepankan aspek keamanan.
Alasannya, dari proses olah TKP, nantinya akan diketahui penyebab ledakan di gudang Brimob Srondol itu, apakah ada kesengajaan atau kelalaian. Selama lokasi kejadian belum dipastikan aman oleh tim penjinak bom Brimob, proses identifikasi belum dapat dilakukan.
Rycko mengemukakan, di gudang berukuran 6 meter x 6 meter itu, terdapat 40 bahan peledak berupa granat, ranjau darat, dan mortir. Semuanya hasil temuan masyarakat.
”Separuh lebih merupakan granat sisa Perang Dunia II. Sebenarnya kami sudah mengajukan disposal (pemusnahan) ke PT Dahana, tetapi masih diproses,” ucapnya.
Di gudang berukuran 6 meter x 6 meter itu, terdapat 40 bahan peledak berupa granat, ranjau darat, dan mortir. Semuanya hasil temuan masyarakat. Separuh lebih merupakan granat sisa Perang Dunia II.
Dilanjutkan Minggu
Komandan Korps Brimob Polri Inspektur Jenderal Anang Revandoko menambahkan, tim dari pusat datang ke Semarang. Sabtu sore, pekerjaan mengambil bahan peledak di lokasi kejadian ditunda dan dilanjutkan pada Minggu (15/9/2019).
”Ini harus pelan-pelan dan penuh kehati-hatian agar tidak terjadi hal-hal yang bisa lebih parah,” ujar Anang.
Wardoyo (65), warga RT 002 RW 005, Kelurahan Srondol Wetan, Kecamatan Banyumanik, yang rumahnya berjarak sekitar 100 meter dari lokasi kejadian, menuturkan, awalnya dirinya mengira anggota Brimob sedang latihan. Namun, suara ledakan tak berhenti dan justru membesar.
”Sampai terdengar satu kali suara dentuman yang sangat kencang. Warga langsung keluar rumah dan menjauh,” kata Wardoyo.
Warga lainnya, Parman (58), mengatakan, kaca rumahnya rusak akibat ledakan itu. ”Biasanya, suara ’dar, dar’ enggak apa-apa, tetapi ini keluar asap. Kaca-kaca pecah dan sudah didata oleh polisi. Bagi saya, yang penting ke depan aman,” tuturnya.