AS Siap Pasok Stok Minyak
Amerika Serikat bersedia menyuplai pasokan minyak global yang terganggu setelah kilang pengolahan minyak terbesar dunia di Arab Saudi lumpuh akibat diserang milisi Houthi.
WASHINGTON, MINGGU -- Amerika Serikat siap mengeluarkan cadangan minyak jika dibutuhkan untuk menstabilkan pada pasokan minyak di pasar dunia akibat serangan terhadap kilang pengolahan minyak mentah terbesar dunia di Arab Saudi. Akibat serangan itu, AS secara faktual bisa menjadi pengendali terbesar pasar minyak.
Menteri Energi AS Rick Perry memastikan pasokan dari Cadangan Strategis Minyak (SPR) AS siap dikeluarkan. Kepastian itu disampaikan Perry, Sabtu (14/9/2019) malam, di Washinton atau Minggu pagi WIB. Hal serupa dikemukakan Penasihat Gedung Putih Kellyanne Conway dalam wawancara dengan televisi Fox News, Minggu.
”(Hal itu siap dilakukan) jika dibutuhkan untuk mengatasi gangguan pada pasar gara-gara agresi ini,” kata Jubir Kementerian Energi AS, Shaylyn Hynes. Agresi yang dimaksud Hynes adalah serangan milisi Houthi terhadap kilang minyak perusahaan Arab Saudi, Aramco, di Abqaiq dan Khurais pada Sabtu pagi.
Baca juga: Kilang Aramco Diserang Houthi
Kilang Abqaiq merupakan pengolahan minyak mentah terbesar di dunia dan bisa menghasilkan 7 juta barel minyak setiap hari. Kilang ini sebelumnya jadi sasaran Houthi, milisi Yaman yang dituding disokong Iran. Riyadh memastikan produksi hingga 5 juta barel per hari terganggu akibat serangan itu. Jumlah itu setara separuh produksi minyak Arab Saudi atau 5 persen pasokan minyak mentah global.
Selepas serangan tersebut, Perry dinyatakan telah memerintahkan para pejabat Kementerian Energi AS berkoordinasi dengan Badan Energi Internasional (IEA) untuk menjajaki apa saja pilihan tindakan global yang dibutuhkan. IEA mengoordinasikan kebijakan energi 30 negara industri.
Kepala kajian minyak dan gas JP Morgan, Christyan Malek, mengingatkan bahwa kini pasar minyak global sudah kelebihan pasokan. Dibutuhkan pengurangan rata-rata 5 juta barel per hari selama 5 bulan untuk membuat pasokan kembali ke aras normal sesuai rata-rata 40 tahun. ”Karena itu, serangan ini menghasilkan risiko penting baru ke pasar,” katanya.
Baca juga: Ekspor Minyak AS Ungguli Arab Saudi
Riyadh mengatakan akan bisa memulihkan produksi dalam hitungan hari. Walakin, gangguan akibat terhenti pasokan akan terasa lebih lama. Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman melalui pernyataan di kantor berita SPA menyatakan, ”Sebagian kekurangan pasokan akan dikompensasikan kepada para klien” dari cadangan minyak di fasilitas-fasilitas penyimpanan.
Terbesar
SPR merupakan tempat penyimpanan minyak terbesar di bumi. Kini, fasilitas penyimpanan yang terletak di Texas itu mempunyai hingga 645 juta barel minyak. Cadangan itu setara kebutuhan AS selama sebulan. SPR dibangun pada 1975 atas dorongan Menteri Luar Negeri AS kala itu, Henry Kissinger. Permintaan itu menyusul embargo minyak oleh negara-negara Arab. Embargo itu mengganggu perekonomian AS yang bergantung pada minyak Arab.
Akibat serangan atas kilang minyak Arab Saudi, Sabtu lalu, AS secara faktual bisa menjadi pengendali terbesar pasar minyak. Washington bisa menaikkan produksi sekaligus bisa memaksa produsen lain memangkas penjualan lewat sanksi- sanksi. AS, misalnya, menjatuhkan sanksi pada dua produsen minyak, Iran dan Venezuela.
Para analis menyebut, AS kini menghasilkan hingga 15 persen pasokan global. Selain memproduksi minyak dari ladang konvensional, AS juga mendorong produksi minyak serpih atau minyak yang berada di antara rekanan dan celah batu- batuan di bumi. Negara lain yang benar-benar bisa berproduksi dan mempunyai cadangan besar adalah Iran dan Venezuela. Namun, kedua negara itu masuk daftar sanksi AS, menyebabkan banyak negara takut membeli minyak mereka.
Tuding Iran
Menlu AS Mike Pompeo menyebut tidak ada bukti serangan dilancarkan dari Yaman. Ia malah menuding Iran terlibat. ”Teheran di belakang hampir 100 serangan terhadap Arab Saudi, sementara Rouhani dan Zarif berpura-pura mencoba berhubungan lewat diplomasi. Di tengah semua upaya meredakan ketegangan, Iran melancarkan serangan yang tidak pernah terjadi pada pasokan energi dunia,” tulisnya di media sosial merujuk kepada Presiden Iran Hassan Rouhani dan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif.
Senator AS dari Partai Republik, Lindsay Graham, menyebut serangan itu sebagai bukti Teheran tidak tertarik pada perdamaian. Iran lebih suka mendominasi kawasan dan mengejar senjata nuklir. Iran membalas peringatan itu dengan pernyataan keras. ”Amerika mengadopsi kebijakan ’tekanan maksimum’ terhadap Iran yang karena gagal, kini beralih menuju ’kebohongan maksimal’,” kata Abbas Mousavi, Jubir Kemlu Iran. (AP/REUTERS)