Usut Kematian Misterius Ribuan Ikan, Peneliti Telusuri Dasar Laut
Ribuan ikan karang di Laut Banda, Maluku, mati mendadak dan terdampar di sejumlah pesisir di Pulau Ambon dalam empat hari terakhir. Penyebab sedang diselidiki, termasuk melalui rencana meneliti dasar laut.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·4 menit baca
AMBON, KOMPAS - Ribuan ikan karang di Laut Banda, Maluku, mati mendadak dan terdampar di sejumlah pesisir di Pulau Ambon dalam empat hari terakhir. Menurut pemeriksaan sementara, semua ikan mengalami benturan dan pendarahan pada bagian punggung. Penyebab matinya ikan sedang diselidiki peneliti, termasuk melalui rencana melakukan penelitian dasar laut.
Menurut pantauan Kompas pada Senin (16/9/2019), salah satu lokasi terdamparnya ikan mati itu di pesisir Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon. Bangkai ikan ditemukan mulai dari Desa Hutumuri sampai Desa Hukurila yang terbentang sepanjang lebih kurang 7 kilometer. Jenis ikan yang paling banyak ditemukan adalah ikan tatu, yang merupakan famili balistidae. Ada juga ikan karang lainnya seperti naso sp dari famili acanturidae dan ikan kerapu.
Selama ini memang pernah ada ikan mati yang terdampar, tapi tidak sebanyak ini.
Enja Maitimu (56), nelayan di Hukurila, menuturkan, ikan-ikan itu mulai terdampar satu per satu pada Kamis pekan lalu. Jumlahnya membeludak pada Minggu (15/9). "Selama ini memang pernah ada ikan mati yang terdampar, tapi tidak sebanyak ini. Kami takut dengan kondisi ini. Saat ini kami belum berani melaut," katanya, saat ditemui di pesisir pantai desa itu.
Pada Senin siang, tim peneliti dari Pusat Penelitian Laut Dalam Ambon mendatangi pesisir Hukurila. Mereka mengambil sampel ikan, air laut, dan sedimen lumpur. "Nanti tim kami akan menyelam di perairan ini untuk melihat kondisi bawah laut. Apa yang sebenarnya terjadi di bawah laut," kata Daniel Pelasula, peneliti senior di lembaga yang berada di bawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia itu.
Menurut Daniel, secara teori, faktor yang menyebabkan kematian ikan adalah ulah manusia dan faktor alam. Ulah manusia itu seperti penggunaan potasium dan bom. Namun, penggunaan potasium dan bom otomatis terbantahkan sebab wilayah perairan itu bebas dari praktik tersebut.
Warga setempat tidak mendengar letusan bom atau melihat orang menebar potasium. Namun, jika pun sampai terjadi, ikan yang mati tidak akan sebanyak itu.
Dan, kalau (penyebabnya) plankton beracun, mengapa hanya ikan karang saja yang mati dan ikan-ikan pelagis tetap hidup?
Faktor alamiah seperti timbulnya plankton beracun pun diragukan karena efek plankton tidak meluas. Pesisir itu sering dilanda gelombang besar dan arus kencang Laut Banda sehingga akan memecah konsentrasi plankton.
Tingginya proses pengadukan membuat perairan kembali subur dan bersih. "Dan, kalau (penyebabnya) plankton beracun, mengapa hanya ikan karang saja yang mati dan ikan-ikan pelagis tetap hidup?" ujar Daniel.
Secara terpisah, Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Ambon Ashari Syarief mengatakan, berdasarkan temuan sementara, kematian ikan disebabkan oleh dinamika di dasar laut yang belum diketahui. Peneliti menemukan pendarahan hebat dan retak di bagian punggung karena hempasan benda keras. Semua sampel ikan yang diteliti mengalami kondisi serupa.
Sejauh ini, pihak karantina masih memeriksa kandungan dalam daging ikan. "Apakah karena keracunan di dasar laut kemudian mati dan terbentur akibat pukulan gelombang atau karena ada benturan yang membuat ikan itu mati? Ini masih didalami, termasuk kondisi air laut," katanya.
Kecemasan warga
Terdamparnya ikan karang itu menyebabkan penafsiran liar di masyarakat. Sempat beredar isu akan terjadi gempa besar dan tsunami di Ambon. Beberapa warga yang tinggal di pesisir Kecamatan Leitimur Selatan dikabarkan mengungsi ke rumah kerabat dan keluarga yang berada di ketinggian. Isu gempa dan tsunami itu dibantah.
"Tidak ada hubungan antara ikan mati dengan bencana gempa dan tsunami. Itu tidak benar. Sampai saat ini, tidak ada pihak mana pun yang dapat memprediksi terjadinya gempa. Namun, karena kita berada di daerah rawan, maka perlu waspada," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Ambon Andi Azhar Rusdin.
Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy memahami kekhawatiran warga. Namun, ia mengimbau agar warga Kota Ambon tidak panik dengan isu tersebut. Senin malam, Pemkot Ambon memutar informasi berupa cara penyelamatan diri pada saat bencana dan tsunami di semua titik lampu lalu lintas di kota itu.
Richard pun telah memimpin rapat khusus untuk membahas kejadian matinya ribuan ekor ikan itu. "Kami sudah mengirim laporan ke BNPB (badan nasional penanggulangan bencana) agar pusat juga terlibat meneliti masalah ini. Kami siapkan speedboat (kapal cepat) untuk membantu kelancaran penelitian di tengah laut," katanya.