LUXEMBOURG CITY, SENIN — PM Inggris Boris Johnson dan Ketua Komisi Eropa Jean-Claude Juncker lebih mengintensifkan pembicaraan soal kesepakatan Brexit setelah jamuan makan siang selama 2 jam di Luksemburg, Senin (16/9/2019). Namun, keduanya memberikan penilaian berbeda terhadap kondisi yang ada.
Pertemuan tersebut dihadiri juga Ketua Negosiator Uni Eropa Michel Barnier dan Menteri Urusan Brexit Inggris Steve Barclay. Kantor Downing Street menyatakan, ”Kedua pemimpin sepakat pembahasan perlu lebih intensif dilakukan, dan bahwa ke depan pertemuan harus dilaksanakan lebih rutin.” Pertemuan pada Senin kemarin itu pun dinilai ”konstruktif”.
Namun, Komisi Eropa menyatakan, Inggris belum memberikan opsi jalan keluar yang ”sah secara operasional” dalam masalah pergerakan bebas bagi orang dan barang di perbatasan Irlandia. Hal ini merupakan ganjalan utama dalam kesepakatan Brexit.
”Proposal semacam itu belum diajukan,” demikian pernyataan Komisi Eropa. Pejabat Komisi Eropa ”akan siap bekerja 24/7 (24 jam selama tujuh hari)”. Juncker menggarisbawahi, pihaknya bersedia dan terbuka membahas proposal Inggris sesuai tujuan backstop.
Dengan waktu tersisa kurang dari tujuh pekan bagi Inggris keluar dari Uni Eropa, Johnson belum mencapai kesepakatan dengan Brussel soal bagaimana mengelola keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Meski kemungkinan tidak ada terobosan yang bakal dihasilkan, banyak yang masih tetap berharap pada pertemuan antara Inggris dan UE.
Johnson mengatakan, Inggris akan keluar dari Uni Eropa sesuai jadwal pada 31 Oktober 2019 dengan atau tanpa kesepakatan. Dalam kolom di harian Daily Telegraph, Senin, Johnson mengatakan, dirinya yakin ”sepenuhnya” bahwa kesepakatan bisa dicapai dan disetujui pada pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa, 17-18 Oktober 2019. Namun, Uni Eropa menyatakan, mereka masih menunggu proposal akhir dari Inggris.
Poin penting yang menjadi perselisihan antara Johnson dengan Uni Eropa dan antara Johnson dengan anggota parlemen Inggris adalah soal batas darat antara Irlandia yang masih anggota Uni Eropa dan Irlandia Utara yang merupakan bagian dari Inggris.
Parlemen Inggris telah tiga kali menolak kesepakatan yang dinegosiasikan oleh pendahulu Johnson, Theresa May, yang mencakup mekanisme backstop untuk menjaga agar perbatasan Irlandia tetap terbuka. Hal tersebut sangat vital bagi perekonomian lokal dan proses perdamaian Irlandia Utara.
Para pendukung Brexit menentang backstop karena hal itu tetap membuat Inggris terikat pada peraturan perdagangan Uni Eropa dan membatasi kemampuan membuat kesepakatan perdagangan bebas pasca- Brexit. Inggris mengusulkan backstop diganti dengan ”pengaturan alternatif”, tetapi Uni Eropa mengatakan belum mendengar ada saran yang bisa diimplementasikan.
Dalam upaya membawa Inggris keluar dari Uni Eropa, Johnson membandingkan dirinya dengan pahlawan Hulk. Ia mengatakan kepada The Mail on Sunday, ”Makin marah Hulk, makin kuat Hulk, dan ia selalu lolos... itulah yang terjadi di negara ini.” (AP/REUTERS/ADH)