Tujuh Warga Tertembak dalam Kontak Senjata di Puncak
Tujuh warga sipil tertembak dalam insiden kontak senjata antara kelompok separatis bersenjata dan aparat keamanan di Kampung Olen, Distrik Mabugi, Kabupaten Puncak, Papua, Selasa (17/9/2019).
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Tujuh warga sipil tertembak dalam insiden kontak senjata antara kelompok separatis bersenjata dan aparat keamanan di Kampung Olen, Distrik Mabugi, Kabupaten Puncak, Papua, Selasa (17/9/2019). Insiden itu menyebabkan tiga warga meninggal dan empat warga luka-luka.
Hal ini disampaikan Bupati Puncak Willem Wandik saat dihubungi Kompas dari Jayapura, Rabu (18/9/2019) sore. Jenazah tiga korban meninggal telah dimakamkan secara adat Rabu ini. Pada waktu bersamaan, lanjut Wilem, Pemda Puncak telah menerbangkan empat korban luka ke Timika untuk menjalani perawatan medis.
Adapun identitas para korban meninggal adalah Tekiman Wonda, Muliton Pinim, dan Erendi Mom. Sementara satu korban luka adalah Yuprina Wonda, sedangkan tiga korban lain belum diketahui identitasnya.
”Kami membawa para korban luka ke Timika untuk mendapatkan pelayanan medis yang lebih memadai. Mereka semua mengalami luka tembak,” kata Willem.
Ia menilai, seharusnya tak ada kontak senjata di antara kedua pihak yang bertikai di tengah masyarakat sipil yang tidak bersalah. ”Aparat keamanan melakukan penyisiran untuk mencari kelompok bersenjata organisasi Papua Merdeka yang sebelumnya bersembunyi di daerah Gome. Kelompok ini menggunakan cara bersembunyi di tengah warga di Distrik Mabugi,” kata Willem.
Ia berpendapat, sebaiknya pihak keamanan, baik TNI maupun Polri, lebih menggunakan pendekatan persuasif daripada menggunakan senjata. Dengan pendekatan persuasif dan komunikasi di antara kedua pihak, dapat tercipta perdamaian di Puncak.
”Dengan cara ini, anggota kelompok tersebut akan menyerahkan diri secara baik-baik. Saya juga telah menggunakan cara ini dan berhasil sejak lima tahun yang lalu,” ujar Willem.
Ia berharap Panglima Kodam XVII Cenderawasih Mayor Jenderal TNI Herman Asaribab yang juga warga asli Papua lebih mengedepankan pendekatan non-kekerasan untuk mempersuasif kelompok tersebut menghentikan aksinya.
Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Letnan Kolonel (Cpl) Eko Daryanto saat dikonfirmasi membenarkan adanya insiden kontak senjata yang terjadi di Distrik Mabugi. ”Kami belum dapat memberikan informasi yang lengkap terkait masalah ini karena tim di lapangan masih mengumpulkan data,” kata Eko.
Direktur Perhimpunan Advokasi Kebijakan Hak Asasi Manusia Papua Matius Murib mengatakan, seharusnya aparat keamanan menggunakan upaya penegakan hukum yang terukur sehingga tak terjadi penembakan di Distrik Mabugi.
”Seharusnya tak ada kontak senjata ketika kelompok tersebut berada di area permukiman warga. Saya telah menyampaikan masalah di Puncak ke Pangdam Cenderawasih dan berharap kejadian ini tak terulang lagi,” ujar Matius.