Amerika Serikat tengah mempertimbangkan berbagai opsi, selain perang, untuk menghukum Iran atas serangan yang terjadi di kilang minyak Arab Saudi, pekan lalu.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
LOS ANGELES, KAMIS — Amerika Serikat tengah mempertimbangkan berbagai opsi, selain perang, untuk menghukum Iran atas serangan yang terjadi di kilang minyak Arab Saudi, pekan lalu. Salah satu langkahnya adalah menambah sanksi ekonomi terhadap Iran.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, pemilihan opsi terjadi setelah Teheran diduga kuat menjadi dalang di balik serangan kilang minyak perusahaan Arab Saudi, pekan lalu. Saudi telah menunjukkan sisa-sisa pesawat nirawak dan rudal bekas serangan yang diperkirakan berasal dari Iran.
”Ada banyak pilihan (untuk menghukum Iran). Ada pilihan terakhir dan ada banyak pilihan selain itu, kita lihat saja nanti. Apa yang saya maksudkan dengan pilihan terakhir adalah perang,” kata Trump, di Los Angeles, Rabu (18/9/2019).
Sebelumnya, Trump mengatakan, ia tidak ingin berperang melawan Iran. Sebagai gantinya, ia berkoordinasi dengan negara-negara sekutu di Timur Tengah dan Eropa.
Trump juga telah memerintahkan agar Kementerian Keuangan AS secara substansial meningkatkan sanksi terhadap Iran. Detail sanksi ini akan diumumkan dalam waktu 48 jam.
Sanksi itu akan melengkapi berbagai sanksi ekonomi lainnya yang telah diberlakukan AS sejak 2018. AS telah mengeluarkan larangan internasional kepada negara-negara lain agar tidak mengimpor minyak dari Iran pada 2018. AS juga membekukan aset sejumlah pejabat Iran, seperti Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Pada hari yang sama, Rabu (18/9), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berkunjung ke Arab Saudi untuk bertemu Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. Keduanya sepakat rezim Iran harus dimintai pertanggungjawaban atas perilakunya yang terus agresif, ceroboh, dan mengancam.
”(Serangan) itu adalah sebuah tindakan perang melawan Saudi secara langsung dan saya yakin mereka akan membawa masalah serangan ke pertemuan tahunan Majelis Umum PBB pekan depan,” kata Pompeo.
Kilang minyak milik perusahaan Arab Saudi, Aramco, diserang pada Sabtu (14/9/2019). Serangan ini mengganggu produksi dan ekspor minyak Saudi sehingga sempat memicu kenaikan harga minyak dunia. Saudi merupakan eksportir minyak mentah terbesar di dunia.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, ia menolak tegas tuduhan AS. Menurut dia, justru AS dan sekutunya di Timur Tengah yang membuat situasi memburuk.
”Mereka ingin memaksakan tekanan maksimum kepada Iran melalui fitnah. Kami tidak ingin konflik di wilayah. Siapa yang memulai konflik?” ujar Rouhani merujuk kepada Washington dan sekutunya atas perang yang terjadi di Yaman.
Konflik AS-Iran memburuk setelah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir (JCPOA) yang dibuat bersama Iran, Inggris, Perancis, Jerman, China, dan Rusia pada 2018. Hasil kesepakatan yang diperoleh waktu itu adalah Iran bersedia membatasi aktivitas program nuklir.
Penarikan diri AS membuat AS memberlakukan sanksi ekonomi sehingga memengaruhi perekonomian Iran. Secara bertahap, Iran kemudian berhenti menaati kesepakatan yang tertera dalam JCPOA, antara lain meningkatkan kapasitas pengayaan uranium dan produksi air berat.
Klaim serangan
Kelompok Houthi yang berbasis di Yaman mengklaim sebagai pelaku serangan. Mereka bahkan memberikan detail terkait serangan, yakni serangan diluncurkan dari tiga lokasi di Yaman.
Selain itu, Houthi menyatakan telah mendaftarkan sejumlah target lokasi serangan di Uni Emirat Arab, sekutu terbesar Saudi.
AS dan Saudi tetap menuding Iran sebagai dalang utama. Juru Bicara Kementerian Pertahanan Arab Saudi Kolonel Turki al-Malki mengatakan, total 25 pesawat nirawak dan rudal dalam serangan disediakan oleh Iran. Namun, serangan tidak diluncurkan dari Yaman, tetapi dari suatu lokasi di utara.
”Selain rudal jelajah, mereka juga menggunakan kendaraan udara tak berawak (UAV) Iranian Delta Wing. Penyelidikan tentang asal-usul serangan itu masih berlangsung dan hasilnya akan diumumkan nanti,” ujar Al-Malki.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, konfrontasi besar di Timur Tengah akan memberikan konsekuensi yang menghancurkan bagi kawasan dan global. Pejabat PBB yang memonitor sanksi Iran dan Yaman telah berangkat ke Saudi untuk menginvestigasi insiden. (REUTERS)