Krisis Air di Jakarta, Bantuan Air Bersih Dipusatkan ke Wilayah Paling Terdampak
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana memusatkan bantuan air bersih lebih intensif lagi ke wilayah yang paling terdampak kekeringan, yaitu di Jakarta bagian barat dan utara.
Oleh
Aditya Diveranta/Nikolaus Harbowo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana memusatkan bantuan air bersih lebih intensif lagi ke wilayah yang paling terdampak kekeringan, yaitu di Jakarta bagian barat dan utara. Hal tersebut karena memasuki bulan September, sejumlah wilayah terdampak kekeringan di Jakarta dianggap semakin parah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Subejo mengatakan, hingga Kamis (19/9/2019), sebagian wilayah Jakarta terus dilanda kekeringan. Laporan dari warga yang baru-baru ini diproses adalah di Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat.
”BPBD bersama PD PAM Jaya (operator penyedia air bersih), pekan ini, telah menyediakan air bersih gratis sebanyak 8.000 meter kubik di Pegadungan. Lokasi lain juga masih banyak dan kini kami sedang pusatkan di mana saja titik tersebut,” ujar Subejo saat dihuhungi di Jakarta, Kamis malam.
Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Juaini Yusuf mengatakan, Pemprov ternyata tak bisa hanya bergantung pada PAM Jaya dalam menghadapi kekeringan di wilayah DKI. Sebab, pasokan air dari perusahaan air minum daerah itu juga terbatas.
Kebutuhan air DKI Jakarta selama ini berasal dari Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Menurut dia, saat ini Waduk Jatiluhur menyumbang 64,7 persen sebagai sumber air baku PAM Jaya untuk DKI.
”Dengan sumbangan 64 persen, PAM Jaya belum bisa meng-cover keseluruhan,” ujar Juaini saat ditemui di Balai Kota.
Sementara itu, di Pegadungan, krisis air bersih terus berlanjut meski PAM Jaya telah menyediakan air bersih gratis. Sekretaris Lurah Pegadungan Fatihien mengatakan, krisis air bersih paling parah terjadi di RW 002, RW 004, RW 005, dan RW 009.
Keempat RW tersebut terdampak karena paling banyak menggunakan air tanah. Sementara itu, sumber air terdekat di sana, seperti Kali Maja yang bermuara ke Sungai Cisadane, juga sedang mengering.
”Sebenarnya dari total 20 RW di Pegadungan, ada 10 RW yang merupakan perkampungan dan 10 RW lagi adalah wilayah perumahan. Keduanya sama-sama mengalami krisis air bersih. Namun, yang terparah memang ada di empat RW tadi. Kalau diperkirakan, masing-masing RW itu jumlahnya penduduknya sekitar 3.000 orang,” ucap Fatihien.
Sejumlah warga juga mengaku masih membeli air meski sudah ada bantuan air bersih. Masroh (48), warga RW 002 Pegadungan, mengatakan, dirinya setiap hari masih membeli air bersih delapan hingga sepuluh jeriken. Untuk kebutuhan sebanyak itu, ia harus membayar Rp 6.000 per jeriken.
”Ini sudah menjadi pola setiap tahun saat musim kemarau. Kebutuhan mencuci, kan, butuh banyak air, sementara air dari tanah mengucurnya sedikit banget,” ujar Masroh.
Terkait antisipasi kekeringan, Kepala Dinas SDA Juaini mengatakan, pihaknya bersama BPBD DKI Jakarta akan memetakan wilayah terdampak kekeringan hingga Oktober nanti. Wilayah inilah yang akan diprioritaskan untuk mendapat pasokan air bersih secara gratis.
”Wilayah yang kami sudah tahu, Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Cuma belum tahu mana yang betul-betul parah. Yang parah itu berarti warga sampai harus beli air dan memang air tanahnya sudah enggak bagus, kan,” tutur Juaini.