Video perempuan menggendong jenazah bayi yang ditolong polisi viral di media sosial. Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa (17/9/2019) di Jalan Akses Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, sekitar pukul 16.00.
Oleh
WISNU AJI DEWABRATA
·4 menit baca
Video perempuan menggendong jenazah bayi yang ditolong polisi viral di media sosial. Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa (17/9/2019) di Jalan Akses Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, sekitar pukul 16.00. Perempuan itu adalah Dian Islamiati (36) yang menggendong jenazah cucunya, Andi Saputra. Bayi mungil itu meninggal di Puskesmas Cilincing setelah dilahirkan pada Selasa pukul 14.00.
Dian membawa jenazah cucunya ke rumahnya di Kampung Malaka, Rorotan, Cilincing, untuk dimakamkan. Dian membonceng keponakannya, Hamim, naik sepeda motor. Di tengah jalan, sepeda motor itu mogok kehabisan bensin. Dian lalu berjalan kaki sambil menggendong jenazah cucunya, sementara Hamim mendorong sepeda motor.
”Dengan terpaksa saya jalan kaki sekitar 100 meter. Sampai pos polisi, ada polisi yang membantu. Saat itu panas terik. Jarak dari pos polisi ke rumah saya sekitar 2 km,” kata Dian saat diundang ke markas Polda Metro Jaya, Rabu.
Dian mengatakan, cucunya lahir prematur saat usia kandungan tujuh bulan. Selain itu, kondisi sang ibu, yaitu Insani Aura Stefani (17), tidak bugar karena tidak mau makan.
Menurut Dian, siang itu pikirannya sedang kalut. Dia ingin secepatnya mengurus jenazah cucu pertamanya. Dian meminta keponakannya mengantar ke puskesmas tanpa mengecek bensin sepeda motor. Mobil jenazah saat itu tidak tersedia di Puskesmas Cilincing. Namun, petugas puskesmas memberikan surat keterangan kematian supaya Dian tidak ditilang di jalan.
”Saya mengucapkan terima kasih banyak. Tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Seandainya tidak ada polisi entah bagaimana,” ujarnya.
Kepala Kepolisian Subsektor KBN Marunda Aiptu Wayan Putu bersama anak buahnya, Bripka Julianus dan Aiptu Wahyu yang sedang mengatur lalu lintas di jalan arteri Marunda, melihat kejadian mengibakan itu.
Aiptu Wayan mengatakan, awalnya polisi curiga melihat anak muda sedang mendorong sepeda motor. Setelah ditanyai, anak muda itu ternyata kehabisan bensin saat menjemput keluarganya yang meninggal di Puskesmas Cilincing.
Menurut Wayan, niat menolong adalah spontanitas. Wayan mengajak Dian untuk diantar naik mobil. Wayan juga memberikan uang Rp 200.000 untuk membantu biaya penguburan.
”Saya bilang ini sudah biasa. Tugas Polri memang seperti ini. Yang kami lakukan adalah pelayanan terhadap masyarakat,” ucapnya.
Video viral
Dua video terkait profesi polisi beredar viral dalam sepekan, yang kebetulan semuanya terjadi di Jakarta.
Video pertama adalah Bripka Eka Setiawan yang tertelungkup di kap mobil di Jalan Raya Pasar Minggu. Sementara video kedua adalah polisi mengantar perempuan yang menggendong jenazah cucunya. Kedua video itu sudah ditonton ribuan orang dan menuai banyak komentar positif dan disukai penonton.
Psikolog forensik dan dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Reza Indragiri Amriel, mengutarakan, kisah polisi selaku pelayan seperti itu sebenarnya jauh lebih menarik ketimbang kisah polisi dalam menegakkan hukum.
”Inisiatif polisi membantu memang bagus. Kita hargai. Tapi rezim perpolisian saat ini tidak meneropong hal semacam itu,” paparnya.
Menurut Indra, persoalan saat ini community policing atau perpolisian masyarakat digeser oleh Kapolri ke democratic policing atau perpolisian demokratis. Telah terjadi pergeseran fungsi polisi dari lingkup ”alit” (rakyat kecil) ke lingkup elite. Masyarakat elite ingin polisi mempertahankan stabilitas status quo, sedangkan masyarakat bawah ingin kepolisian yang menjunjung HAM.
Indra mengungkapkan, perpolisian masyarakat lebih menekankan kerja polisi sebagi pelayan dan pengayom, bukan sebagai penegak hukum. Namun, peran penegak hukum tidak bisa dihilangkan.
”Polisi membantu mengantar jenazah bayi adalah bentuk pelayanan dan pengayoman. Tapi, silakan survei siapa polisi yang saban hari fokus di situ? Pasti lebih banyak yang ingin penegakan hukum,” katanya.
Pengamat kepolisian Bambang Rukminto dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) mengatakan, polisi melayani masyarakat adalah hal yang biasa sesuai jargonnya sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.
”Tak ada yang istimewa. Dari sisi kemanusiaan, hal itu sudah selayaknya dilakukan oleh siapa saja sesama manusia. Apalagi, ini dilakukan aparatur negara. Seperti halnya anggota polisi menyeberangkan anak sekolah di jalan raya, atau menyeberangkan anak sekolah di sungai karena jembatan terputus,” ungkapnya.
Bambang justru prihatin soal video polisi yang tertelungkup di kap mobil. Hal itu menunjukkan polisi tidak cerdas dalam bekerja sehingga melakukan tindakan yang tak perlu dan membahayakan.
Menurut Bambang, dengan viralnya video perempuan menggendong jenazah bayi itu citra polisi sebagai pelayan masyarakat bisa jadi akan terbangun. Harus disadari, problem kepolisian bukan hanya pada pelayanan, melainkan juga pada penegakan hukum yang berkeadilan.
”Polisi harus sadar, banyak kasus terkait penegakan hukum yang kedodoran dan keluar dari substansi masalah. Salah satunya yang sedang ramai saat ini adalah kasus Veronica Koman. Kasus rasisme dan tindakan represif (di asrama mahasiswa Papua di Surabaya) sampai sekarang malah tak tersentuh,” lanjutnya.