Akses transportasi berperan penting dalam membuka kemajuan perekonomian suatu daerah. Ketersediaan prasarana transportasi di suatu wilayah akan mendorong daerah di sekitarnya lebih berkembang. Proyek jalan Trans-Papua merupakan program pemerintah untuk membuat Papua lebih terbuka dan mudah diakses.
Proyek jalan Trans-Papua berupaya menghubungkan wilayah Provinsi Papua Barat dan Papua sejauh 4.330 kilometer. Proyek ini menembus berbagai rintangan alam, seperti rimba belantara dan kondisi keamanan yang rawan.
Menurut rencana, Trans-Papua akan membuka akses darat mulai dari ujung barat Papua di Sorong hingga ujung timur di Jayapura. Jalan itu juga membuka akses wilayah pegunungan tengah di Wamena dan wilayah paling selatan di Merauke.
Dengan akses jalan yang menghubungkan sentra-sentra perekonomian Papua Barat dan Papua, kemajuan diharapkan dapat dipercepat. Saat ini, dari 43 kabupaten/kota di Papua Barat dan Papua, hanya tujuh kabupaten/kota yang perekonomiannya maju.
Tujuh daerah tersebut adalah Kabupaten Teluk Bintuni, Manokwari, Sorong, Kota Sorong, Merauke, Mimika, dan Jayapura. Daerah-daerah ini memiliki sejumlah keunggulan yang sulit ditandingi daerah lain di Papua, seperti sarana transportasi lengkap, jalan raya, pelabuhan, dan bandara.
Dengan kelengkapan infrastruktur, daerah bersangkutan memiliki frekuensi transportasi yang tinggi. Hal ini secara tak langsung memicu perkembangan pertanian, pertambangan, industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, komunikasi, dan lainnya.
Ketersediaan prasarana transportasi merupakan gerbang utama untuk membuka berbagai kemajuan di suatu wilayah. Daerah yang memiliki prasarana transportasi yang memadai relatif mudah mendorong kemajuan. Sebaliknya, daerah yang daya dukung prasarana transportasinya rendah akan relatif sulit berkembang.
Infrastruktur transportasi
Daerah dengan frekuensi transportasi tinggi mengindikasikan kegiatan ekonomi yang tinggi pula. Menurut data BPS 2017, panjang jalan di seluruh Papua Barat 8.231 kilometer. Hanya saja, jalan dengan kondisi baik hanya sekitar 4.000 km (48 persen). Sisanya, sekitar 1.800 km atau 23 persen dalam kondisi sedang dan selebihnya (2.300 km) dalam kondisi rusak atau rusak berat.
Dari 13 kabupaten/kota di Papua Barat, jaringan jalan terpanjang terletak di Teluk Bintuni, Manokwari, dan Sorong. Total panjang jalan masing-masing lebih dari 1.000 km. Daerah lain yang memiliki jaringan jalan relatif panjang adalah Fakfak dengan panjang 880 km.
Untuk Provinsi Papua, panjang jalan di seluruh kabupaten/kota 16.733 km. Namun, hanya 24 persen atau sekitar 4.000 km yang kondisinya baik. Sekitar 2.800 km atau 17 persen dalam kondisi sedang, sementara sisanya sekitar 9.800 km atau 58 persen rusak.
Ukuran jalan berikut kondisinya sangat bervariasi di 30 kabupaten/kota di Papua. Hanya saja, daerah dengan jaringan jalan yang panjang dan berkualitas baik masih terkonsentrasi di sejumlah daerah, seperti Merauke, Jayapura, Nabire, Mimika, dan sekitar pegunungan tengah di Jayawijaya. Untuk daerah lain, kondisinya memprihatinkan.
Kendala itulah yang membuat pembangunan di Pulau Papua belum merata. Situasi diperburuk dengan keberadaan infrastruktur pelabuhan dan bandar udara antarpulau yang juga belum merata.
Di Papua Barat, pelabuhan antarpulau hanya ada di enam daerah, yakni Fakfak, Kaimana, Wasior, Bintuni, Manokwari, dan Sorong. Daerah-daerah dengan pelabuhan laut ini umumnya juga mempunyai pelabuhan udara. Konsentrasi penerbangan tertinggi terjadi di Bandara Sorong dan Manokwari.
Di Provinsi Papua, distribusi barang antarpulau terkonsentrasi melalui pelabuhan di Merauke, Biak, Jayapura, Nabire, dan Mimika. Lima daerah ini merupakan pintu masuk utama barang dan penumpang pesawat dari luar Pulau Papua.
Infrastruktur pelabuhan dan bandara di Papua secara umum belum merata. Akibatnya, pembangunan di daerah yang berada di pedalaman berlangsung lambat karena distribusi barang dan manusia sangat terbatas dan mahal.
Kontribusi ekonomi
Sejumlah daerah dengan infrastruktur lengkap di Pulau Papua memiliki perekonomian maju. Hal ini terlihat dari analisis nilai tambah barang dan jasa sektor transportasi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) kabupaten/kota di Papua Barat dan Papua. Daerah dengan nilai sektor transportasi yang tinggi berbanding lurus dengan perolehan PDRB daerah yang besar.
Pada 2014-2018, kontribusi nilai tambah barang dan jasa sektor transportasi di Papua Barat mayoritas berasal dari Manokwari dan Sorong. Dari dua daerah ini, kontribusi sektor transportasi bagi PDRB Papua Barat rata-rata lebih dari 20 persen per tahun.
Namun, selain dua daerah ini, ada Kabupaten Teluk Bintuni yang memberikan kontribusi bagi PDRB Papua Barat sekitar 37 persen per tahun. Tingginya sumbangan ini terjadi karena hasil industri tambang gas alam tangguh di Teluk Bintuni.
Namun, hasil ekonomi riil industri yang disumbangkan untuk kemajuan daerah setempat relatif kecil. Maka, secara makroekonomi tanpa melibatkan sektor tambang, wilayah Sorong dan Manokwari adalah sentra ekonomi Papua Barat.
Untuk wilayah Provinsi Papua, kontribusi sektor transportasi terbesar bagi PDRB setidaknya berasal dari empat daerah, yakni Merauke 11 persen atau senilai Rp 649 miliar, Jayapura 20 persen atau Rp 1,2 triliun, Mimika 12 persen atau Rp 700 miliar, dan Kota Jayapura (17 persen) atau Rp 1 triliun setahun.
Empat daerah ini merupakan sentra ekonomi bagi Provinsi Papua jika menghitung tanpa melibatkan sektor tambang. Kontributor tertinggi berasal dari Kota Jayapura dengan besaran sumbangan perekonomian bagi Papua hingga 22 persen setahun.
Namun, jika melibatkan sektor tambang, Kabupaten Mimika merupakan penyumbang PDRB tertinggi bagi Papua karena mampu memberikan andil sekitar 38 persen setahun. Di Mimika, ada pusat operasi perusahaan tambang emas terbesar di Indonesia, PT Freeport Indonesia.
Sayangnya, kemajuan sejumlah wilayah ini belum berpengaruh besar bagi daerah-daerah di sekitarnya. Apalagi, untuk daerah yang lebih pelosok jauh ke pedalaman Papua. Hambatan akses transportasi merupakan salah satu hal yang harus terpecahkan agar semua wilayah di Papua dapat maju bersama.
Oleh sebab itu, kehadiran proyek Trans-Papua diharapkan berdampak positif bagi kemajuan Papua secara umum. Sentra-sentra ekonomi akan terhubung dengan akses jalan raya yang memadai hingga di daerah di pelosok hutan dan pegunungan. Dengan terjalin akses yang baik, niscaya kemajuan kian terasa di bumi Papua. (LITBANG KOMPAS)